Hal yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita adalah bertemu dengan orang yang selama ini kita benci akan menjadi seseorang yang menemani hidup kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Sudah selama satu bulan Anna dan Aldi hidup bersama, walau mereka bersama dalam satu atap tapi sifat dingin dan juga sifat datar Aldi ke Anna masih sama. Tak ada pancaran kebahagiaan pernikahan di antara mereka. Mereka sama-sama sibuk akan kehidupan masing-masing.
Aldi yang sibuk akan kerjanya yang menyita banyak hal di kehidupan Aldi dan Anna sibuk pada urusan Rumah tangga dan juga pekerjaan di kantor milik sang Ayah.
Terkadang Anna bingung dan tak mengerti harus bagaimana menghadapi Aldi, dia juga selalu berusaha agar menghormati sang suami layaknya seperti Ayah dan juga Ibunya yang saling mencintai dan juga menyayangi.
Namun, Anna ragu, apa bisa dia dapatkan kebahagiaan itu? Sedangkan sikap dan sifatnya Aldi sama sekali tak menunjukkan perubahan. Selalu dingin dan juga ketus saat Anna berbicara kepadanya.
" Anna, aku tidak pulang malam hari ini, kalau pun aku pulang aku akan terlambat. Jadi, tak usah kau menungguku untuk makan malam. Karena aku tak akan memakan apapun masakanmu." ucap Aldi dengan nada datar.
Sedangkan Anna masih melanjutkan kegiatan mengaduk-aduk Soup yang dia pegang sambil memikirkan bagaimana masibnya kelak.
Apa akan selalu sama seperti ini? Atau akan berubah? Ntahlah, hanya Tuhan nanti yang akan menjawabnya.
"Anna, apa kau mendengar apa yang aku ucapkan tadi?" ucap Aldi yang kini telah berhenti dari kegiatannya memakai Jam tangan.
" Aku tahu." ucap Anna yang tak kalah dinginnya.
" Baguslah, aku pergi dulu. Assalamualaikum." ucap Aldi sambil berjalan ke arah pintu Mansion yang megah itu.
" Waalaikumsalam "jawab Anna dalam hatinya. Selama menikah ya beginilah kehidupan Anna dan Aldi, tak ada kecupan manis saat berangkat kerja, tak ada Morningg Kiss saat mereka baru membuka mata, dan juga tak ada tidur dalam satu kamar.
Oh Anna ayolah, jangan pernah kau berfikir seperti itu. Aldi tak hanya menolakmu secara langsung, tapi dia juga menjauhimu layaknya kau itu seseorang yang harus dan wajib dia jauhi.
Walau Anna dan Aldi tinggal di Mansion milik Ayah Aldi yang cukup luas dan megah itu, tapi mereka tak pernah tidur dalam satu kamar. Aldi dia tidur di kamar utama dan Anna tidur di depan kamarnya. Setiap pagi sarapan yang Anna buat tak pernah tersentuh oleh tangan Aldi.
Aldi lebih memilih untuk makan di luar dengan teman kantornya atau dia lebih memilih untuk menyuruh Office Boy untuk membelikan sarapan di sekitar kantornya.
" Sayang sekali, makanan sebanyak ini harus aku buang lagi. Padahal aku sudah bangun pagi dan juga sudah memasakkan untuknya. Tapi lagi-lagi harus aku buang. " Lirih Anna sambil memandangi 2 piring Nasi goreng lengkap dengan Nugget, Sozis, sama Telur mata sapi yang sudah disiapkan di tempat yang berbeda.
"Baiklah, aku akan memakan mu walau sedikit." Anna menghibur dirinya sendiri.
Dia memakan makanan yang sudah ia buat dengan air mata yang meleleh di pipinya, mungkin itu bukan tetesan air mata pertama bagi Anna. Tapi, sekali lagi Anna bilang dan menyemangati diri sendiri seraya berkata
"Aldi butuh waktu untuk menyicipi masakan dan juga kopi atau susu yang sudah kau siapkan untuknya. Jangan memaksanya Anna, kamu hanya ikuti saja kemauan dan permainan yang di mainkan oleh Aldi." Selalu dan selalu itulah yang di ucapkan Anna dalam hatinya.
Setelah memakan masakannya dalam keadaan sunyi dan sepi Anna membersihkan meja makan tempat yang ia duduki tadi. Sambil berulang kali menyeka bulir-bulir air mata yang jatuh sedari dia makan sarapannya tadi.
"Aku kira aku sudah tidak mencintaimu lagi. Tapi aku salah! Sekali lagi aku jatuh dalam pesona mu. Walau kau bersikap dingin dan Tak acuh kepadaku tapi hati ini ternyata masih milikmu. Karena getaran di dalam dadaku masih terasa hingga kini. Hingga kita menikah dan hidup bersama." Lirih Anna dalam hatinya.
Yah oke anggap saja Anna bodoh, kenapa dia harus atau masih mencintai Aldi? Seorang pria yang mungkin sekarang tak akan pernah mencintainya.
Yah anggap sajalah dia seperti itu. Tapi, bukankah cinta tak memandang orang yang dia kehendaki? Jika sang Cupid telah melepaskan anak panahnya kita bisa apa? Itulah yang di rasakan oleh Anna.
Kini panah dari Cupid telah menancap di hatinya dan membuat jantungnya berubah berdetak hingga tak menentu.
Tapi sialnya perasaan itu hadir ketika sang pria sama sekali tak mencintai dan menyayanginya. Ironi sekali.
Anna Pov.
Kita menikah sudah sebulan, tapi yang dapat kurasakan hanya kehampaan dan juga kesepian. Selalu setiap pagi dan malam hanya aku sendirian di Mansion yang sebesar ini hanya bisa berdiam diri sambil meratapi nasibku.
"Kemana dia? Bukankah ini sudah mau tengah malam? Tapi kenapa dia belum pulang??" gumamku sambil melihat jam yang bertengger di pergelangan tangan dan juga dinding Mansion ini.
" Apa ada hal buruk yang terjadi? Ya Allah jangan sampai ada hal buruk yang terjadi kepadanya. Aku mohon." ucap Anna yang khawatir.
Ceklek..
"Ya Allah dia mabuk." lirih Anna dalam hatinya.
"Mila.. Aku merindukanmu.." ucapan nama yang Aldi sebut itu membuat hatiku sakit.
Yah siapa yang tak sakit saat kita mencintai pria tapi dia seakan masih stuck akan masa lalunya. Padahal Mila sudah jelas-jelas mengkhianatinya.
Perlahan tapi pasti Anna menghampiri Aldi walau dia tahu kalau dia akan di caci maki, tapi dia tak perduli. Aldi adalah Suaminya, jadi mau bagaimanapun sudah kewajibannya untuk mengurus Suami dengan baik.
" K.. Kau mabuk, ayo aku antar ke dalam kamar." ucapku dengan nada bergetar.
"Oh hy Cupu!! Kau kenapa disini hm? Apa kau mau melihat ku? " ucap Aldi sambil menaikkan salah satu alisnya yang tebal itu.
" Cupu ya!! Bawa Mila kesisi ku lagi. Aku sangat mencintainya." ucapannya bagaikan belati yang kini telah tertancap sempurna di dalam hatiku.
" Iya, nanti akan aku bawa dia, sekarang kau harus masuk kedalam kamarmu. Dan istirahat, kau terlalu mabuk Al." ucapku dengan nada terluka.
Suara pintu terbuka membuat Anna yang sedari tadi mondar-mandir bagaikan setrikaan kini mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang di buka. Disana dia melihat Aldi yang sedang berjalan dengan langkah kaki gontai sambil meraba seakan mencari sebuah pegangan.
Bagaimana aku tak terluka, dia adalah pria satu-satunya yang aku sayangi dan cintai. Pernah dulu aku mencoba untuk membencinya dengan sepenuh hatiku, tapi tetap saja tak bisa. Malah bayang-banyang saat dia tertawa dan main gitar di anak tangga tempat sekolah kita dulu selalu ada di memori otakku.
Ku buka pintu kamarnya dan ku tidurkan dengan nyaman tubuhnya di atas ranjang King Sizenya itu. Ku lepas satu persatu pakaiannya yang melekat di tubuhnya yang bau alkohol itu.
"Kenapa kau jadi seperti ini? Apa kau akan berhenti minum-minum saat Mila ada di sampingmu? "lirihku dalam hati sambil tetap melucuti pakaiannya satu persatu dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur.
Aku keluar dari kamarnya dengan sedikit terisak. Mila dan Mila yang selalu dia sebut dalam setiap hembusan nafasnya.
Apa aku tak pernah ada di setiap hembusan nafasnya? Cih, kau ini berfikiran apa Anna?? Tak mungkin lah dia akan menyebutmu setiap hari? Itu tidak akan mungkin. Senyuman miris ku sunggingkan di bibirku.
Aldi Pov
Pagi ini kepalaku terasa pusing bagaikan tertekan benda berat yang bertumpu di kepalaku. Pusing dan juga sangat berat.
Tok..tokk..
Siapa sih pagi-pagi sudah berabi menggangguku? " Masuk" ucapku dingin.
Dan lagi-lagi dia datang, " Ada apa?" tanyaku dengan tatapan datar.
" Aku membawakan air putih dan juga sarapan kamu." ucapnya dengan sedikit bergetar.
" Taruh saja dia atas nakas. Aku pusing mau tidur lagi." ucapku sambil menyelimuti lagi tubuhku tanpa perduli apa yang di lakukan oleh Anna.
" Aku tahu kamu belum tidur. Boleh kah aku bertanya sesuatu kepadamu?"
Hebat, dia kini sudah berani berbicara kepadaku dan kini dia bertanya? Sejak kapan dia mulai berbicara kepadaku?.
"Tanya saja!" ucapku dingin.
" K.. K.. Kamu kenapa tadi malam sampai mabuk seperti itu?" tanyanya dengan nada suara bergetar.
"Apa jawabanku penting buat kamu?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya.
"Apa jawabanku penting buat kamu?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya.
" Ntahlah, hanya aku ingin tahu saja." ucapnya dengan menundukkan kepalanya.
Aku bangkit dari posisiku yang tadi tidur kini berdiri dan berhadapan langsung di depannya.
" Kau mau tahu?" tanyaku sambil melangkahkan kakiku ke depan dan dia melangkah secara perlahan ke belakang.
" Kau tak perlu tahu apapun yang aku sedang dan apa urusanku. Karena kau tak berhak bertanya hal itu kepadaku. Kau masih ingat kan dengan perjanjian kita?" ucapku mengingatkan dan dia mengangguk.
Ku angkat dagunya agar dia menatap mataku.
" Kau .. Jangan mengangguku lagi lebih baik sekarang kau pergi.. PERGIIIIIIIII.. " Teriakku membuatnya tersentak dam seketika dia pergi sambil meneteskan air matanya.
Siapa yang perduli? Dia tak pantas untuk di perdulikan. Toh dia tak penting buatku.
Aku duduk di tepi ranjang, dan menerawang jauh di mana aku bertemu Mila yang aku kira dengan kekasih barunya di Club malam. Dan di situlah awal muasalnya aku menjadi hilang kendali dan meminum beberapa gelas Vodka dan beberapa Beer.
Walau banyak teman-temanku yang sudah memperingatiku, tapi aku tak perduli. Mila dengan gampangnya masuk ke dalam kamar dengan lelaki yang aku fikir itu adalah kekasihnya. Tapi, ternyata itu bukan kekasihnya. Apa Mila sekarang telah berbeda dengan yang dulu? Benarkah? Aku tak tahu. Yang jelas dan pasti aku hanya ingin mabuk dam melupakan semua tentang Mila malam ini.
BERSAMBUNG