Just The Way You Are

Mike termenung di kamar tidurnya. Pikirannya mengembara kemana-mana. Pengakuan Nabila membuatnya kaget. Memang untuk saat ini dia belum memikirkan untuk punya anak tapi suatu saat dia ingin memilik keturunan. Dan ternyata wanita yang dia cintai tidak mampu memberikan keturunan.

Flashback

"Apakah itu benar Nab?" tanya Mike sambil gemetar. Jujur dia sangat shock.

Nabila mengangguk kemudian mengambil ponselnya dan menunjukkan beberapa file tentang riwayat kesehatannya. Mike membacanya dengan serius.

"Ya Tuhan Nabila..." Mike meraup mukanya kasar.

"Itulah...itulah kenapa...aku tidak bisa menerimamu atau siapa pun..." Isak Nabila. "Aku bukan perempuan sempurna, kau sempurna Mike. Kau bisa mencari wanita yang lebih dari aku."

"Nabila, apakah kau mencintaiku?"

"Aku tidak...tidak boleh mencintai siapa pun karena nantinya aku yang sakit." Mike merasa ulu hatinya kena tinju.

"Apakah ada yang menyakitimu Nab?" bisiknya.

Nabila hanya memalingkan wajahnya ke arah kaca depan mobil. Sumpah demi apapun dia tidak mau mengingatnya.

"Nabila, dengarkan aku." Nabila menoleh ke arah Mike. "Kita jalani bersama ya. Kita hadapi bersama."

Nabila hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak Mike, aku tidak pantas untukmu. Lebih baik kita seperti biasa, seperti dulu yang selalu berdebat hal-hal remeh layaknya Tom and Jerry. Saat dimana romansa tidak termasuk di dalamnya"

Mike menghela nafas "Tapi aku benar-benar mencintaimu Nab"

"Hilangkan perasaan itu Mike. Pula selain kondisiku, dunia kita berbeda. Kita memiliki agama yang berbeda.."

"Aku akan masuk ke agamamu!" potong Mike.

"No Mike... Just don't. Kembalilah seperti kita sebelum ini, seperti dulu." Nabila menatap Mike sendu.

Mike menatap wanita yang sangat dia cintai tapi tak mampu digapai untuk saat ini. Rasanya ingin memeluknya namun tangannya tak mampu meraihnya.

"Aku antar kau pulang. Kita bahas lagi besok" ucapnya lembut.

"Terimakasih" lirih Nabila.

Flashback end

Mike kemudian bangun dari kasur king sizenya lalu menuangkan scotch ke gelas. Kamarnya yang luas memang lengkap termasuk perapian, tv lcd besar, meja kerja lengkap dengan iMac dan meja mini bar yang terdapat berbagai macam minuman keras. Mike bukan peminum tapi saat ini dia membutuhkan alkohol.

Sambil membawa gelas scotch nya, Mike membuka jendela balkon. Hawa dingin musim gugur tampaknya tidak mengusiknya. Kemudian Mike menenggak scotchnya. Rasa hangat mengaliri tenggorokan dan tubuhnya.

Shi**t!!! Kenapa harus Nabila yang mengalami hal ini??? Dia wanita baik ya Tuhan!!! Aku mencintainya sangat mencintainya tapi dia tidak mau membuka pintu hatinya.

Mike menghabiskan scotchnya lalu menutup jendela dan duduk di meja kerjanya. Setelah menyalakan iMac nya, Mike kemudian browsing tentang keadaan Nabila dan Islam. Mike bertekad apapun dia akan memiliki Nabila, akan dia buktikan bahwa hanya dia yang pantas bersama Nabila.

I love you just the way you are Nabila Putri Pratomo

Mike kemudian tenggelam dalam pekerjaannya.

***

Nabila menatap hot choco di hadapannya. Hatinya kacau. 'Lamaran' ala Mike membuatnya gundah. Satu sisi dia merasa tersanjung dicintai oleh pria yang jadi idola rumah sakit tapi satu sisi dia harus realistis. Mana ada seorang pria mau menerima dirinya yang tidak mampu memberikan keturunan. Nabila membuka MacBook nya lalu membuka emailnya. Tiga email dari tiga rumah sakit sudah memberikan draft kontrak untuknya. Nabila menyesap hot choconya.

Tokyo, Seoul atau Jakarta yaaaa.

Nabila kemudian membuka satu satu draft penawaran kontrak kerja. Bukan uang yang utama karena Nabila sendiri tanpa harus bekerja keras, sudah mendapatkan jatah dari saham yang dimilikinya di PRC group.

Namun dia tidak suka menjadi tangan di bawah, selama dia mampu selama dia suka kenapa tidak mengerjakan sesuatu yang dia suka. Cita-citanya menjadi seorang dokter bedah dan sekarang terwujud. Keinginannya menjadi anggota dokter without Borders juga terwujud. Nabila suka traveling tapi kalau sekalian menyumbangkan kemampuannya kenapa tidak. Edinburgh adalah kota kedua yang Nabila pijak untuk bekerja setelah Johannesburg. Entah kenapa dia penasaran dengan ibukota negara Afrika Selatan itu. Walaupun kedua orang tuanya panik ketika mendengar dirinya akan bekerja di negara yang sempat menjadi konflik rasialisme, Nabila tetap meyakinkan ayahnya.

Nabila hanya enam bulan di Johannesburg, lengkap dengan pengawalan ketat ayahnya ketika menerima tawaran kerja di Edinburgh. Tentu saja Nabila bahagia bisa dekat dengan tim sepakbola favoritnya walaupun harus menggunakan kereta atau menyetir sekian jam untuk tiba di Manchester, namun setidaknya ayah dan ibunya agak tenang karena Tantenya Adinda selalu mengecek dirinya. Setidaknya ada keluarga yang dekat disana walaupun beda kota dan negara.

Kini dengan kontrak yang hampir habis sekitar kurang dari tiga bulan, Nabila harus mengambil tawaran kerja lagi.

Fix ! Aku pilih Jakarta. Lagipula sudah lama aku tidak pulang sejak mulai kuliah di US.

Nabila kemudian menjawab emailnya. Usai itu, ia mematikan Mac nya, menghabiskan hot choconya, dan mencuci mugnya. Setelah bebersih dan menunaikan sholat isya, Nabila merebahkan tubuhnya yang lelah di kasur empuknya. Dan Fred dengan setia menemaninya sampai Nabila terlelap.

***

Keesokan paginya Mike sudah datang ke ruang praktek Nabila. Tampak suster Yolanda sedang mempersiapkan berkas-berkas pasien hari ini karena Nabila dijadwalkan melakukan 3 tindakan operasi.

"Pagi suster Yolanda" sapa Mike.

"Pagi dokter Mike." balas suster Yolanda.

"Dokter Nabila di dalam?" tanya Mike sambil menunjuk ruang Nabila.

"Iya dok. Baru datang kok" Mike segera mengetuk pintu dan suara mempersilahkan masuk membuatnya membuka pintu.

Nabila terkejut ketika melihat siapa yang masuk. Pagi itu Nabila tampak cantik dengan blus biru navy dengan motif bunga-bunga putih, celana hitam dan flat shoes putih. Sneli dan stetoskop nya masih berada di meja prakteknya. Wajahnya hanya dipoles makeup tipis namun tetap menunjukkan kecantikannya. Mike menelan salivanya kagum melihat gadis yang sudah mencuri hatinya delapan bulan terakhir ini. Kemudian Mike menutup pintu.

"Nab" panggilnya. Nabila hanya memandangnya tanpa reaksi. "I don't care Nab. I don't care! I just love the way you are. Accept me Nab, and I will make you the most happiest woman in the world"

Nabila ternganga mendengar ucapan Mike.

"Please Nab. Accept me, accept my love." Mike semakin mendekati Nabila.

"What?" bisik Nabila sambil menatap Mike tidak percaya.

"I love you Nabila. I love all in you" Mike memeluk tubuh Nabila tanpa ada penolakan dari si empunya tubuh.

Nabila menatap Mike dengan sedih.

"I can't Mike. Maap, aku tidak bisa" bisik Nabila sambil berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Mike.

"Why?" bisik Mike di sisi telinga. Nabila sambil tetap memeluk gadis cantik itu. Bau Jasmine yang membuat Mike melayang memasuki hidungnya.

"You know what Mike..."

"I still don't care Nab!" tegas Mike.

Suara ketukan di pintu membuat keduanya terkejut dan saling melepaskan diri.

***