Inayah Ayudia seorang gadis polos berusia 21 tahun, menjadi sekretaris dari seorang Pimpinan Perusahaan Property terbesar di kota Jakarta, bernama Ibrahim Arsenio Cipta berusia 28 tahun.
Karena keseringan bersama, lama kelamaan antara Bos dan Sekretaris itu saling membutuhkan satu sama lain. Akankah tumbuh perasaan cinta diantara mereka, dan apakah hubungan mereka berjalan dengan mulus ketika ada perbedaan status sosial?
Mampukah Inayah yang berasal dari keluarga sederhana masuk kedalam kehidupan seorang Ibra yang berlimpah dan bergelimang harta. Simak kisah mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Siang
Akhirnya mereka keluar dari ruangan meeting, Ibra kembali keatas dan disusul oleh Inayah sambil tangan kirinya menenteng beberapa berkas yang diserahkan oleh Ridwan saat meeting tadi, dan tangan kanannya membawa tablet.
Sesampainya diruangan, Inayah duduk dikursinya. sementara Ibra langsung masuk keruangannya dengan langkah yang cepat dan terburu-buru.
Inayah melirik ke arah jam tangannya, sebentar lagi jam 2. perutnya sudah keroncongan sejak tadi.
Apa aku juga tak diperbolehkan makan siang?
Inayah membuka tablet tadi membaca ulang semua hasil rapat yang ia ketik disana, berharap tidak ada kesalahan yang membuat bos nya marah dan merendahkan dirinya lagi.
Setelah lima menit membaca dan memeriksa lagi hasil ketikannya, Inayah bangkit dari duduknya hendak menuju ruangan Ibra, saat membuka pintu ruangan, Inayah berdecak kagum dan terpana melihat pemandangan dihadapannya.
Masya Allah. Ucapnya dalam hati, saat melihat Ibra sedang melaksanakan sholat dzuhur.
Ternyata tadi ia terburu-buru karena mau ngejar sholat dzuhur. Nggak nyangka aku. dibalik sifat angkuhnya ternyata ia rajin beribadah.
Inayah kembali lagi ke tempat duduknya. Karena saat ini ia sedang datang bulan, maka ia tidak terlalu memusingkan dimana ia akan melaksanakan sholat.
Sepuluh menit kemudian, Ibra keluar dari ruangannya.
"Ayo Inayah, bawa tabletnya." Ucap Ibra dengan nada lembut dan tidak kasar seperti biasanya.
Tumben nada bicaranya nggak kasar, oh mungkin karena selesai sholat jadi hatinya adem. Tapi, kemana lagi? aku belum makan siang loh, emangnya ini kerja rodi ya? Ya Allah, kenapa begini nasibku. apa besok aku resign aja.
Inayah mengikuti langkah Ibra dan membawa apa yang ia perintahkan. Kali ini Inayah terlalu malas untuk bertanya kemana kemana dan kemana. Inayah hanya mengikut saja. Ia memperhatikan tangan Ibra memencet tombol ground, lantai dasar bahkan disana adalah basement tempat parkir mobil.
Tetap tanpa bertanya apapun Inayah terus mengikuti Ibra hingga berhenti di samping sebuah mobil mewah,
"Masuk, cepat." Ucap Ibra yang melihat Inayah masih bengong.
Inayah duduk disebelah Ibra yang sedang mengemudikan mobil mewahnya. Tapi karena kali ini keluar dari kantor, terpaksa Inayah membuka mulut dan mengeluarkan suaranya, "Kita mau kemana Pak?"
"Saya lapar, tapi saya tetap harus bekerja." Jawabnya.
"Lalu?" Inayah mengerutkan dahi. Ini orang maunya apa? kalau lapar ya makan lah. emangnya cuma Anda yang lapar, aku juga.
Ibra tidak menjawab, ia hanya fokus mengemudikan mobilnya.
Setelah perjalanan sekitar dua puluh menit, Ibra memarkirkan mobilnya di depan sebuah restoran yang lumayan mewah, salah satu restoran yang cukup terkenal di kota itu.
Oh mungkin dia mau meeting lagi ya disini.
Inayah turun dari mobil, mengikuti Ibra, kemudian mereka duduk di pojokan, restoran itu terlihat sepi.
Pelayan memberikan menu kepada kami. Inayah hanya diam sementara Ibra sibuk memilih.
"Kenapa kamu nggak melihat menunya?" Tanya Ibra, matanya tetap fokus melihat-lihat isi menu makanan tersebut.
"Oh, saya boleh pesan juga Pak?" Tanya Inayah.
"Nayah, kamu ini polos atau bodoh? untuk apa saya ajak kamu kesini kalau hanya saya yang makan sementara kamu hanya menonton? saya nggak sekejam itu Inayah." Ucapnya.
Lagi -lagi kan dia ngatain aku
Inayah memilih menu yang sangat simple dan menurutnya mudah cara memakannya, yaitu nasi goreng seafood dan jus melon.
Setelah memesan, "saya mau lihat hasil pembicaraan saat meeting yang sudah kamu catat di tablet," ucapnya tegas.
"ini Pak," Ibra meraih tablet itu dari tangan Inayah, kemudian mulai membaca setiap kata yang di ketik Inayah.
"Bagus," Itulah yang terucap dari bibirnya. membuat Inayah melengkungkan bibirnya dan tersenyum.
Akhirnya dia melihat hasil kerjaku.
drt...drt....drt... saat pesanan sudah datang dan mereka sedang makan, ponsel Inayah terus bergetar, dia terlalu segan untuk menerima panggilan itu. ia terus menatap ke layar ponselnya.
Yasmin memanggil.
"Kenapa nggak di jawab?"
"Saya permisi sebentar ya Pak," Inayah bangun dari kursinya.
"Disini saja,"
"Tapi Pak,"
"Emangnya itu siapa? dari pacar kamu?"
"Bukan Pak, teman saya Yasmin." Jawabnya jujur.
Akhirnya Inayah menerima panggilan itu.
"Halo Yas,"
"......"
"Iya ini aku lagi makan," ucapnya pelan sedikit berbisik, tapi percuma sepelan apapun ia mengecilkan suaranya Ibra yang berada dihadapannya tentu saja mendengar.
"sama.. ehm," Inayah terlalu enggan menyebut dengan siapa ia sedang makan, kemudian tiba-tiba Ibra meraih ponsel Inayah dari tangannya, Inayah menahannya namun tentu ia kalah dengan tenaga Ibra.
"Halo, ini saya Ibra, dan sekarang Inayah sedang makan bersama saya, apa ada hal yang penting?"
"........"
Panggilan berakhir, Ibra meletakkan kembali ponsel Inayah, kemudian melanjutkan makannya. Inayah menggeleng melihat kelakuan bosnya.
Bahkan urusan pribadiku juga dia campuri,
***
Bersambung...
kerja apapun
mSak tidur di jam kerja
dan LG Inayah ini gak ada sopan2 nya sama atasan
wajar Ibra bilang gak tau diri