Michelle sudah lama mencintai Edward, namun ternyata lelaki itu justru jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan Kimberly, teman baik Michelle sendiri.
Rasa benci Michelle terhadap Kim semakin membara. Sehingga salah seorang sahabatnya yang lain mengajaknya ke desa sepupunya.
Michelle membawa pulang barang antik berupa cermin tua yang sangat menyeramkan setelah pulang dari hutan. Cermin itu bisa mendatangkan petaka.
Hingga kabar tentang kematian Kim setelah beberapa hari menikah dengan Edward pun tersebar di kalangan masyarakat.
Ada misteri apa di balik kematian Kimberly?
Ayo temukan jawabannya dengan membaca novel ini sampai selesai, selamat membaca 🥳
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richest, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Semua rekan bisnis Cornelia Group diundang dalam acara pada malam ini. Malam ini adalah acara peresmian CEO baru mereka, yaitu Edward.
Lelaki itu tampak sudah siap dengan seragamnya yang rapi dan wangi. James juga ada di sana.
"Wah, kamu ganteng sekali, bro." lelaki itu ingin mencolek dagu temannya. Tetapi Edward justru menepis tangan James hingga lelaki itu tampak sedikit kesakitan.
"Kasar banget sih." ucapnya kemudian.
"Takut ketularan gay." jawabnya singkat.
"Apaan sih? Aku udah enggak kayak begitu lagi. Dulu itu aku salah pergaulan. Sekarang udah enggak lagi, Ward. Kamu sensi banget ih."
"Siapa tau kan penyakit kamu kambuh lagi. Makanya lebih baik aku mencegah daripada mengobati."
"Iya-iya. Tapi aku memang benar-benar udah enggak gay lagi. Dulu kan aku salah pergaulan. Sekarang justru aku suka sama seorang perempuan. Kamu saja yang belum tau."
"Siapa?"
"Enggak, kamu enggak perlu tau. Soalnya aku belum mengungkapkan perasaan aku ke dia. Aku cuma takut orang yang aku cinta itu nanti malah menolak. Pasalnya lelaki idamannya kan sekarang udah single."
"Ha, maksud kamu? Harusnya kamu memberanikan diri. Mungkin saja kan nanti perempuan itu justru memilih kamu bukan lelaki pujaannya itu."
"Enggak, terimakasih sarannya. Tapi aku enggak bisa."
Michelle dengan dress sebatas lututnya itu sudah berada di pesta. Di sana sudah tampak ramai yang hadir. Memang sebentar lagi acaranya akan dimulai.
Singkat cerita, setelah kata sambutan dari Frans, kini adalah sesi penyerahan jabatan sebagai CEO kepada Edward.
Pandangan Michelle tak terlepas dari Edward. Bahkan matanya tak berkedip sekalipun. Dia juga turut bangga dengan jabatan baru pujaan hatinya tersebut.
Sementara James sedang berada di toilet. Saat dia sedang bercermin, tiba-tiba di sampingnya muncul seseorang yang sangat dikenalinya.
Matanya terbelalak. Namun pria disampingnya masih belum menyadari keberadaan James di dekatnya.
Dia berusaha ingin kabur dari sana sebelum pria itu menyadari keberadaan dirinya. Namun nahas, pria itu justru melirik ke samping dan melihatnya.
"Sweetie?" tanyanya lembut dan penuh keanggunan.
'Sial' batin James.
"Kamu ada disini? Tanpa disangka Tuhan mempertemukan kita kembali. Mungkin inilah yang dinamakan dengan jodoh."
"Apa maksudmu? Aku tidak ingin berjodoh denganmu. Aku sudah kembali normal. Kamu sekarang bukan lagi seleraku."
"What?! Yang benar saja, sweetie? Setelah tiga tahun kita tidak bertemu ternyata kamu sudah kembali seperti setelah awal pabrik? Cih, sulit dipercaya." desisnya.
"Aku tidak butuh kepercayaan darimu. Aku ingin kamu menjauh dariku. Lupakan semua masa lalu kita." tegasnya.
"Aku tau kamu pasti masih ada rasa untukku, kan? Tidak mungkin kamu bisa melupakanku secepat itu. Tidak mungkin!" pria itu berjalan mendekatinya dengan penuh emosi.
"Stop! Jangan mendekat, Aryan!" pekik James.
James kalah sigap dengan pria bernama Aryan itu. Pria itu mencengkeram tangan James dengan sangat kuat.
Kemudian dia menautkan bibirnya dengan bibir James dengan sangat penuh nafsu. Sepertinya lelaki itu benar-benar sedang mabuk berahi dengan sesama jenis.
James berusaha dengan sekuat tenaga ingin mendorong tubuh kekar lelaki tersebut. Tenaganya memang jauh lebih sedikit daripada lelaki bertubuh besar itu.
Aryan melucuti celananya hingga kini tinggal tersisa celana dalamnya saja. Dia ingin melorotkan celana James juga namun masih ditahan oleh lelaki itu.
"Cepat lepaskan!" geramnya.
Untunglah James punya ide untuk menendang adik kecil milik Aryan. Lelaki itu tampak merintih kesakitan sambil memegangi adik kecilnya.
Sementara James segera memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur dari sana. Akhirnya kini dia sudah berada di tempat yang aman.
Semua orang sedang party. Banyak dari mereka sedang minum-minum dan bersulang. Kepanikan di wajah lelaki itu dapat dilihat oleh Edward. Dia segera menghampiri sahabatnya tersebut.
"Kamu kenapa, James? Kok kayaknya habis jogging."
"Ya sebelas dua belas lah dengan jogging." dia masih tampak mengatur pernapasannya agar kembali stabil.
"Kamu habis dikejar hantu?"
"Enggak, Ward. Bukan itu. Kamu masih ingat Aryan, kan? Nah itu. Aku ketemu lagi sama pria brengsek itu. Sialan! Ngapain aku dipertemukan lagi sama orang enggak normal seperti dia." gerutunya.
"Yang benar saja? Aku pikir dia masih mendekam di penjara. Habisnya dia dulu kan tersangka kasus pelecehan seksual sesama pria."
"Aku juga enggak tau bagaimana dia bisa meloloskan diri. Aku benar-benar enggak mau lagi berhubungan sama dia, Ward. Sekarang aku harus bagaimana? Bagaimana kalau dia masih berniat ingin mengejarku dan mengajak balikan?"
"Bilang saja kamu sudah punya pacar baru. Kamu kan sudah normal. Bilang saja apa adanya. Kamu bisa melaporkannya ke polisi kalau-kalau saja nanti dia masih mencoba mengganggumu."
Beberapa jam telah berlalu. Kini jam menunjukkan pukul 12.50 malam. Edward ingin memasuki ruang kerjanya.
Namun, langkahnya terhenti saat melihat Michelle berjalan sempoyongan melaluinya dikarenakan ia sedang mabuk.
Dia sedang hilang kesadaran. Dia berjalan sambil mengoceh sendirian. Hampir saja ia terjatuh karena tidak berhati-hati.
Edward segera menghampiri gadis itu dan memeganginya. Gadis itu menatap matanya sekilas.
"Ed, Edward, ya?" ucapnya sambil cengar-cengir dan tertawa tidak jelas.
"Kamu terlihat gagah sekali pakai jas ini. Aku cinta kamu. Aku ingin menjadi istrimu." ucapnya tidak jelas.
Tanpa ia sadari, gadis itu mendekatkan bibirnya dengan bibir milik Edward. Dia menikmati kecupan hangat tersebut.
Dia terus melumati bibir lelaki itu dengan lincah. Tanpa mereka sadari, James ingin melewati jalan itu. Namun, terpaksa dia urungkan.
James melihat pemandangan yang membuat hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk oleh anak panah. Dia menundukkan kepalanya dan kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
Edward menjauhkan bibirnya dari bibir gadis itu. Sementara gadis itu sepertinya enggan untuk menjauh.
Dia kembali mendekati Edward dan tangannya yang nakal tampak meraba-raba hingga ke bagian intim lelaki itu.
Dia menahan tangan gadis itu. Kemudian memilih untuk menggendong gadis itu dan berniat ingin mengantarnya pulang ke rumah.
Kini, dia sudah berada di depan rumah Michelle. Gadis itu masih belum sadarkan diri. Namun, Edward bisa dengan mudah menemukan kunci rumahnya di dalam tas selempang milik gadis itu.
Dia menggendong Michelle hingga ke kamarnya. Dan menidurkan gadis itu di ranjang. Dan kemudian dia segera meninggalkan kamar itu.
Saat dia akan pergi keluar dari rumah itu, tetapi seolah ada suatu bisikkan yang membuatnya mengurungkan niatnya.
Dia seperti mencium aroma yang berbeda. Namun dia tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata biasa.
Dia melangkahkan kakinya mencari sumber aroma yang aneh itu. Sekarang dia sudah berada di depan pintu ruangan khusus bagi Michelle untuk mengoleksi mayat.
Entah dorongan dari mana rasanya dia ingin sekali untuk membuka pintu ruangan tersebut. Namun sialnya dia tidak mempunyai kuncinya.
Drrrttt....
Handphone lelaki itu berdering. Dia melihat ada panggilan dari seseorang di layar handphonenya tersebut.
Dia segera mengurungkan niatnya untuk membuka pintu ruangan itu. Saat dia ingin menjawab panggilan dari nomor yang tak dikenalnya itu, tiba-tiba saja panggilannya terhentikan.
Dia menjadi lupa dengan pintu ruangan tadi. Dia justru langsung meninggalkan rumah Michelle dan kembali pulang ke apartemennya.
Hari telah pagi. Michelle telah bangun dari tidurnya. Dia melihat-lihat ruangan sekelilingnya.
"Aku sudah di rumah? Siapa yang mengantarku pulang, ya?"
"Astaga, apa jangan-jangan Edward? Aduh, gawat. Ini sangat memalukan." dia menepuk jidatnya sendiri.
"Aku pasti sudah mengungkapkan semuanya ke Edward malam tadi. Sepertinya bibir ini juga sudah melecehkan bibirnya Edward." gumamnya sambil memegangi bibirnya sendiri.
"Arghh! Aku benar-benar sudah menjatuhkan harga diriku sendiri." gerutunya.
Dia segera bangun dari tempat tidurnya. Kemudian berjalan menuju ke kamar mandi.
Dia menyalakan shower. Saat air tersebut membasahi tubuhnya, kulitnya terasa seperti dibakar. Alias air itu sangatlah panas.
"Akh!!" kulitnya tampak sudah memerah dan melepuh.
Dia merasa syok. Namun, saat dia baru berkedip sekali saja, tiba-tiba kulitnya sudah kembali seperti semula.
Dia masih mengamati kulitnya dengan teliti. Dan benar-benar tidak ada bekas terkena air panas sedikitpun di sana.
Dia merasa dirinya seperti sedang dihantui oleh seseorang. Dikarenakan akhir-akhir ini dia sering mengalami kejadian-kejadian aneh dan di luar nalar.