Semua orang mengira Zayan adalah anak tunggal. Namun nyatanya dia punya saudara kembar bernama Zidan. Saudara yang sengaja disembunyikan dari dunia karena dirinya berbeda.
Sampai suatu hari Zidan mendadak disuruh menjadi pewaris dan menggantikan posisi Zayan!
Perang antar saudara lantas dimulai. Hingga kesepakatan antar Zidan dan Zayan muncul ketika sebuah kejadian tak terduga menimpa mereka. Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 - Tentang Alpen
Zayan melotot ke arah Zoya. Dia memperhatikan gadis itu. Mirisnya Zayan tidak mengenali Zoya. Dia lupa karena sudah meniduri banyak wanita, dan hanya sedikit wanita yang dirinya ingat nama serta wajahnya.
"Kau beneran hamil anakku?!" tukas Zayan.
"Tentu saja. Kita sudah beberapa kali tidur bersama, Zayan... Kau harus bertanggung jawab," kata Zoya yang masih menangis.
"Sial! Sial!" umpat Zayan sambil mengusap kasar wajahnya.
Melihat itu, Zoya tersenyum miring. Namun itu tak berlangsung lama, karena dia segera meringiskan wajah sambil memegangi kepala.
"Kepalaku pusing... Zay..." lirih Zoya. Tiba-tiba saja dia jatuh pingsan.
Zayan bergegas menolong Zoya. Dia letakkan gadis itu ke sofa dan memanggil dokter pribadi keluarga Nugroho.
Di sisi lain, Zidan masih berada di kebun binatang. Ia berada di taman burung. Lelaki itu baru selesai menyapu.
"Kau belum pulang?" suara gadis tidak asing terdengar. Zidan lantas menoleh, ternyata gadis itu adalah gadis yang menabraknya tadi siang.
"Bukankah harusnya aku yang bertanya begitu? Kebun binatangnya udah tutup loh, Mbak! Ini sudah malam," kata Zidan.
"Bisakah kau membantuku?" tanya gadis itu.
"Kau mau apa?" Zidan berbalik tanya.
"Aku ingin menemui seekor harimau bernama Alpen? Aku lihat beberapa hari ini dia tidak terlihat."
"Kau tahu Alpen?" Pupil mata Zidan membesar. Karena selama ini dia mengira kalau hanya dirinya yang tahu Alpen. Harimau itu bagi Zidan berbeda. Sangat menggemaskan dan pintar, sehingga bisa menjadi sahabat yang baik. Tidak heran kematian Alpen membuat Zidan terpukul.
"Ya. Aku tahu dia sejak pertama kali datang ke sini. Saat itu aku datang bersama mendiang kakekku," ungkap si gadis.
"Maaf sebelumnya. Tapi Alpen sudah tiada. Dia mati beberapa hari lalu," ucap Zidan.
"A-apa?!" gadis itu kaget.
"Tapi kalau kau mau, aku bisa mengantarmu ke kuburannya," tawar Zidan.
Gadis itu mengangguk. Dia dan Zidan lantas melangkah bersama ke kuburan Alpen.
"Kenalkan namaku Amora," imbuh Amora.
"Zidan," sahut Zidan singkat.
"Btw, wajahmu itu kayak nggak asing bagiku. Aku kayaknya pernah gitu lihat kamu di suatu tempat elit gitu."
"Cuman perasaan, Mbak. Mana pernah aku ke tempat elit."
"Kali aja gitu..." Amora diam sejenak dan melanjutkan, "Alpen mati kenapa?"
"Dia kena penyakit. Padahal penyakitnya nggak terlalu berat, tapi karena Alpen sudah tua, tubuhnya nggak bisa bertahan," jelas Zidan.
Amora tidak menanggapi. Malah terdengar suara desisan tangis dari gadis itu. Tangannya juga mengusap wajah beberapa kali.
"Alpen pasti sangat berarti juga bagimu," komentar Zidan. Ia dan Amora sudah tiba di kuburan Alpen.
"Memang..." lirih Amora. Ia sepertinya enggan bercerita pengalamannya tentang Alpen dan kakeknya.
"Aku senang ada orang lain selain aku yang peduli sama Alpen. Apa Mbak tahu? Alpen adalah sahabatku. Menurutku dia bahkan lebih pintar dari Raka."
"Raka?"
"Dia gajah Thailand yang terkenal pintar di sini. Tapi menurutku dia agak belagu, jadi nggak cocok sama aku. Hampir mirip sama Kipli."
Amora terkekeh mendengar cerita Zidan. Diam-diam dia melirik tangan kiri Zidan yang buntung. Bukannya risih, dia malah kagum pada Zidan. Dengan segala kekurangannya, lelaki itu sangat rajin dan tulus merawat para binatang di Safari.
"Kenapa kau masih di sini, Mbak? Apa debt collectornya masih mengejarmu?" tanya Zidan.
Amora menggeleng. "Aku tadi ketiduran di toilet. Pas bangun, eh sudah malam," terangnya memberi alasan.
Setelah pembicaraan santai itu, Amora pulang dengan di antar Zidan ke depan Safari. Kini Zidan melambaikan tangan pada Amora yang baru masuk ke taksi.
"Amora..." gumam Zidan. Sepertinya dia akan mengingat nama itu.
Orang yang menggunakan atau melakukan sesuatu yg direncanakan untuk berbuat keburukan/mencelakai namun mengena kepada dirinya sendiri.
Tidak perlu malu untuk mengakui sebuah kebenaran yg selama ini disembunyikan.
Menyampaikan kebenaran tidak hanya mencakup teguh pada kebenaran anda, tetapi juga membantu orang lain mendengar inti dari apa yang anda katakan.
Menyampaikan kebenaran adalah cara ampuh untuk mengomunikasikan kebutuhan dan nilai-nilai anda kepada orang lain, sekaligus menjaga keterbukaan dan keanggunan.
Mempublikasikan kebenaran penting untuk membendung berkembangnya informasi palsu yang menyesatkan lalu dianggap benar.
Amarah ibarat api, jika terkendali ia bisa menghangatkan dan menerangi. Tapi jika dibiarkan, ia bisa membakar habis segalanya termasuk hubungan, kepercayaan, bahkan masa depan kita sendiri...😡🤬🔥
Kita semua pernah marah. Itu wajar, karena marah adalah bagian dari sifat manusia.
Tapi yang membedakan manusia biasa dengan manusia hebat bukanlah apakah ia pernah marah, melainkan bagaimana ia mengendalikan amarah itu.
Alam semesta memiliki caranya sendiri untuk menyeimbangkan segala hal.
Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai.
Prinsip ini mengajarkan kita bahwa tindakan buruk atau ketidakadilan akan mendapatkan balasannya sendiri, tanpa perlu kita campur tangan dengan rasa dendam..☺️
Meluluhkan hati seseorang yang keras atau sulit diajak berdamai adalah tantangan yang sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Baik dalam hubungan keluarga, pertemanan, maupun pekerjaan.
Meluluhkan hati seseorang adalah usaha yang harus diiringi dengan kesabaran, doa, dan perbuatan baik. Serahkan segala urusan kepada Allah SWT karena hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati manusia.
Jangan lupa untuk selalu bersikap ikhlas dan terus berbuat baik kepada orang yang bersangkutan.
Karena kebaikan adalah kunci untuk meluluhkan hati manusia.