Alma Seravina, seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai Hostess di sebuah klub malam, harus menghadapi pandangan merendahkan dari masyarakat sekitarnya. Pekerjaannya yang unik, yang memerlukan dia untuk bekerja di malam hari, sering kali disalahpahami sebagai pekerjaan yang tidak pantas. Namun, Alma tetap mempertahankan pekerjaannya untuk membesarkan anak satu-satunya. Meskipun pandangan masyarakat membebani dirinya, Alma tidak pernah menyerah sedikitpun apalagi setelah mengetahui kondisi anaknya yang sedang sakit parah.
Di tengah kebingungan, tiba-tiba saja seorang pemuda yang usianya jauh di bawah Alma memasuki kehidupannya untuk balas dendam atas kematian tunangannya yang berkaitan dengannya. Namun, bukannya berhasil membalaskan dendam, Gevan justru malah terjebak nikah dengan Alma.
"Ayo menikah dan tandatangani kontrak ini!"
Alma tersenyum remeh, "Apa kamu bercanda? Aku tidak pantas jadi istri kamu, aku lebih pantas jadi kakak atau Tante kamu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wulan_Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria tiga tahun yang lalu
Ponsel miliknya bergetar membuat Alma yang hampir terlelap bangun seketika.
(Call Mama)
["Iya, Ma?" tanya Alma dari balik telepon.
["Kamu di mana? Ibu seharian belum makan, Alma! Bapak juga belum datang ke sini, apa kamu ingin membunuh ibumu hah?"]
["Ya Tuhan."]
Alma terlonjak kaget melihat jam yang melingkar di lengannya sudah menunjukkan pukul 16.40.
["Maaf Bu, Alma nggak sengaja ketiduran. Sekarang Alma ke rumah sakit ya, Bu."]
["Sengaja banget mau balas ibu kan kamu!"]
["Nggak gitu Bu, ya sudah kalau begitu Alma bawa makanan sekalian."]
["Ya sudah jangan lama-lama!"]
Ibu Julia mematikan sambungan telepon dengan nada ketus. Wajar saja jika ibu Julia marah, karena seharian ini Ibu Julia tidak bisa kemana-mana bahkan untuk makan pun dia belum sempat.
Saat Alma hendak menyimpan ponsel miliknya, ternyata ada pesan masuk yang belum ia baca.
(Unknown)
["Datang dan temui aku atau aku yang akan menemui ajalmu."]
Alma mengerutkan keningnya, sudah beberapa hari ini dia terus di teror oleh nomor yang tidak dia kenal. Namun, Alma tak ingin terlalu memikirkan pesan itu saat ini karena ada hal yang lebih penting.
Alma segera berlari mencari supermarket terdekat untuk membeli beberapa cemilan dan minuman untuk Ibu Julia.
Brak!
Alma berlari terlalu cepat hingga dia tidak memperhatikan jalan sekitarnya.
"Maaf, Tuan. Saya tidak sengaja."
Laki-laki itu menatap Alma dengan wajah kesal sekaligus dejavu, wangi Alma membuatnya teringat pada gadis tiga tahun yang lalu.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya pria itu.
Jantung Alma berdegup kencang saat mengangkat wajahnya menatap pria dihadapannya itu. Benar, dia pria itu pria tiga tahun yang lalu.
"Tidak mungkin! Dia pria brengsek di malam itu?
Mata Alma melotot sempurna, matanya berkaca-kaca tubuhnya bergetar hebat jantungnya berdebar semakin kencang saat pria itu hendak mendekatinya.
"Apa benar kita pernah bertemu?" tanya pria itu lagi.
"Pergi! Jangan mendekat! Jangan coba-coba kamu mendekat!" sentak Alma dengan suara getar.
Pria itu mengerutkan keningnya melihat sikap Alma yang sangat takut kepadanya.
"Kenapa dia? Apa aku terlihat seperti penjahat?" gumamnya.
"Laki-laki brengsek!" teriak Alma sambil meneteskan air mata.
"Maaf, maksud kamu apa? Apa kamu mengenal saya? Kenapa kamu berteriak seperti itu?" tanyanya.
Tak ingin kejadian tiga tahun yang lalu terjadi lagi kepadanya, Alma segera berlari kencang menjauh dari pria dihadapannya itu. Walaupun dadanya masih sesak, Alma terus berlari menjauh dari dia, dia laki-laki yang sudah meregut kesuciannya.
"Kenapa.. kenapa aku harus bertemu dia lagi, laki-laki yang sudah menghancurkan hidupku!" isak Alma yang kemudian berhenti di bahu jalan.
Ponsel Alma kembali bergetar, Ibu Julia kembali memberi pesan ketus pada Alma karena dia terlalu lama.
Alma lalu bangkit dan segera mengusap air matanya, benar, Alma tidak boleh seperti ini, pria tadi jangan sampai dia bertemu lagi.
Alma kembali melanjutkan perjalanan menuju supermarket lalu kembali ke rumah sakit.
Rumah Sakit
Ceklek
"Bu, maaf Alma terlambat."
Ibu Julia mendelik sambil mendengus kesal, "Kamu sengaja iya 'kan lakukan ini sama ibu? Apa kamu marah dan melampiaskan semuanya sama ibu karena anak kamu sakit!" sentak ibu Julia.
"Bukan seperti itu, Bu. Alma tadi ketiduran, tadi Alma capek sekali dan nggak sadar tertidur," jelasnya.
"Bisa-bisanya kamu tidur di saat anak kamu sedang dalam kondisi kritis!"
Alma menghela nafasnya, "Alma juga harus istirahat sebentar, Bu. Alma harus berpikir dan bekerja keras cari uang agar Rose bisa secepatnya di operasi!" tegas Alma.
Ibu Julia mendelik, "Kamu itu memang cuman pembawa sial di hidup ibu, tahu! Sudah punya anak tanpa suami sekarang Rose juga malah menambah masalah di hidup ibu!"
Alma memejamkan matanya mendengar setiap kata dari mulut sang ibu yang terdengar sangat menyayat hati.
"Sebaiknya ibu makan dulu, bukannya tadi ibu bilang lapar, kan?"
Alma menyodorkan beberapa kantong pelastik yang berisi makanan kesukaan ibu Julia.
Ibu Julia menatap jinjingan Alma dengan wajah ketus lalu merebut kantong pelastik itu dengan cukup kasar dari tangan Alma.
"Bukannya dari tadi!"
Alma hanya tersenyum pilu, "Kalau gitu Alma mau ke kamar Rose dulu ya, Bu. Alma mau lihat keadaan Rose," ucapnya.
"Nggak perlu! Sebaiknya kamu berangkat ke tempat kerja sekarang aja! Ingat, kamu harus mendapatkan uang yang lebih banyak lagi! Ibu juga perlu uang satu miliar!"
Mata Alma melotot tajam, "Satu miliar, Bu? Untuk apa?"
"Kenapa? Keberatan kalau ibu minta uang sebanyak itu! Rose dan ibu apa bedanya untuk kamu?" sentak ibu Julia.
"Tapi uang sebanyak itu ibu untuk apa?"
"Ibu mau beli mobil dan rumah baru! Rumah yang saat ini kita tempati sangat sempit dan engap! Pokoknya ibu juga mau uang satu miliar titik!"
Alma menghela nafasnya, "Uang untuk Rose operasi saja Alma belum dapat, Bu! Bagaimana Alma dapat uang tiga miliar dalam waktu yang cepat?"
Ibu Julia melempar makanannya ke atas lantai dengan kasar, "Itu urusan kamu! Ibu yakin kamu pasti bisa dapat uang itu bagaimana pun caranya!"
Alma mengerutkan keningnya, "Maksud ibu apa?" tanya Alma heran.
"Ibu tahu kamu adalah wanita favorit di club' itu, mustahil jika mereka tidak memberikan kamu uang! Turuti kemauan mereka dan minta bayaran tinggi! Dengan begitu kamu punya uang untuk operasi Rose dan untuk beli rumah ibu!"
"Maksud ibu aku harus jual diri, begitu?"
Ibu Julia tersenyum remeh, "Kamu bisa berhubungan dengan orang asing hingga mengandung tanpa minta bayaran, lalu apa salahnya kali ini kamu minta bayaran pada laki-laki yang suka sama kamu!" ucap ibu Julia.
Alma menggelengkan kepalanya, "Bu, ucapan ibu kali ini sangat keterlaluan! Bukan seperti ini cara yang Alma mau, Bu!"
"Lalu cara apa yang kamu mau hah? Apa kamu bisa mendapatkan uang dua miliar dalam satu hari untuk operasi Rose! Kalau begitu sekalian saja tidak usah mengoperasi Rose!"
Alma semakin kesal dengan ucapan sang ibu. Tidak disangka orang tua yang sudah membesarkan nya selama ini tega menyuruh anaknya sendiri menjual diri demi uang.
"Cukup Bu! Aku akan cari uang nya, tolong jaga Rose!"
Tak ingin terus berdebat dengan sang ibu, Alma memilih untuk pergi bekerja dari pada keadaan semakin memanas.
"Bagus, memang seharusnya kamu cari uang itu dengan cepat!"
Alma tak menghiraukan ucapan ibu Julia kali ini, sebenarnya dia selalu berpura-pura tuli saat mendengar ucapan buruk dari sang ibu. Namun, ucapannya yang tadi sangat menggores hatinya.
Waktu terus berlalu namun Alma masih belum mendapatkan uang untuk biaya operasi Rose. Sepintas Alma kembali berpikir, apa ucapan ibunya harus dia turuti? Namun, apa Rose akan benar-benar sembuh jika uang yang dia dapat adalah uang haram?
Kepala Alma menggeleng kuat, ini bukan akhir pasti ada hal yang bisa Alma lakukan tanpa harus menjual diri.
"Sebaiknya aku kembali ke club."
Setelah menyusuri jalan yang cukup jauh, Alma kini kembali berdiri di club tempatnya bekerja.
Alma mengangkat sebelah bibirnya, "Apa yang membuat aku tergoda ingin terlahir ke dunia ini?" gumamnya sambil meneteskan air mata.
Club
"Hai."
Chaterine mengerutkan keningnya melihat temannya yang sudah kembali lagi.
"Al? Tumben sekali kamu datang jam segini, ada apa?" tanya Chaterine.
Alma mendekat lalu mengambil seragamnya, "Hanya ingin bekerja," jawab Alma singkat sambil tersenyum tipis.
Jawaban Alma membuat Chaterine bertanya-tanya, apa mungkin ada sesuatu yang terjadi pada temannya itu.
"Kamu baik-baik aja kan?"
Alma mengangguk, "Aku baik, hanya Rose yang sedang sakit."
Chaterine terkejut, "Rose? Sakit apa?" tanyanya panik.
"Akan aku jelaskan nanti, kamu boleh istirahat sekarang, Chaterine."
Chaterine mengambil lap yang dipegang Alma lalu meletakkannya kembali di atas meja.
"Jelaskan sekarang, Al. Apa yang terjadi pada Rose?"
Alma tersenyum tipis, "Kamu istirahat dulu baru nanti aku jelaskan, serius."
Chaterine menatap Alma lekat, "Everything okay? Rose dia nggak apa-apa kan, Al?" tanya Chaterine sambil memegang pundak Alma.
Brak!
Tiba-tiba saja seseorang menggebrak meja.