NovelToon NovelToon
Dewa Ninja Lima Element

Dewa Ninja Lima Element

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Igun 51p17

menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.

pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.

penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 7

Bayu Wirata duduk terdiam di tengah pondok, napasnya diatur pelan pelan meski tubuhnya terasa sakit dan nyeri. Bekas bekas pukulan membiru di kulitnya, menebar rasa perih yang tak kunjung reda.

Tak lama kemudian, langkah ringan Ki Laksmana terdengar mendekat ke arahnya, membawa beberapa mangkok kecil berisi ramuan dengan aroma khas obat obtatan harum tajam yang langsung mengisi ruangan dari pondok kecil itu.

Ki Laksmana duduk di depan Bayu Wirata, lalu meletakkan mangkoknya di lantai kayu pondok.

"Kemari, Cu. Kau harus dibaluri ramuan ini," ucapnya lembut sambil mengangkat kedua tangannya yang sudah dibasahi obat.

Bayu menggeser tubuhnya mendekat, menunduk menerima sentuhan kakeknya. Dengan penuh perhatian, Ki Laksmana mulai menggosok ramuan itu ke bagian tubuh Bayu yang lebam, tiap gerakannya membawa kehangatan yang menyusup perlahan mengusir nyeri. Bayu menahan napas, merasa ada kasih sayang terselip dalam tiap usapan itu.

Bayu Wirata menarik napas dalam dalam, tubuhnya masih merasakan sedikit rasa sakit saat ia menatap kakeknya.

"Terima kasih, Kek," ucapnya pelan.

Ki Laksmana mengangguk sambil menepuk bahu Bayu Wirata dengan lembut. "Sama sama. Sekarang, kau beristirahatlah. Fokuskan tenaga dalam yang kau miliki, alirkan ke seluruh tubuhmu. Rasakan hangatnya perlahan untuk meredakan rasa sakit itu."

Bayu Wirata menutup matanya sesaar, mencoba melakukan apa yang di sarankan oleh kakeknya, ia mengalirkan tenaga dalam keseluruh tubuhnya. Lalu merasakan energi halus itu menyebar dari perutnya mulai menyebar ke seleuruh tubuh. Perlahan, kehangatan menjalar, mengusir nyeri yang tadinya mencekam.

Selain itu, ramuan obat dari kakeknya mulai menunjukkan reaksinya, membawa kenyamanan tersendiri pada tubuhnya.

Tatapannya kembali ke arah kakeknya yang dudduk tegak dan penuh wibawa itu di depqnnya. Ada rasa penasaran menggelitik dalam dadanya.

"Kakek, boleh aku bertanya sesuatu?" suara Bayu bergetar pelan, antara ragu dan ingin tahu.

Ki Laksmana menatap cucunya dengan mata penuh kehangatan, lalu tersenyum tipis. "Silakan, cucuku. Kau bebas bertanya apa pun pada kakekmu ini."

Bayu Wirata menarik napas dalam dalam, mencoba menenangkan hatinya yang berdebar. Ia menghembuskan napas pelan, lalu menatap Ki Laksmana dengan mata penuh tanya.

Huhhh..

"Bagaimana kakek bisa melakukan berpindah tempat secepat tadi? Apa kakek punya kemampuan lain selain kemampuan pengobatan yang selama imi aku lihat?" tanya Bayu Wirata dengan suara sedikit bergetar karena penasaran.

Ki Laksmana tersenyum lembut, tangannya menyentuh rambut cucunya dengan dengan penuh kasih sayang dan kehangatan.

"Kau benar, cucuku," jawabnya pelan namun dapat di dengar oleh cucunya.

"Dulunya kakek memang seorang pendekar. Tapi tidak ada yang tahu identitas kakek di masa itu, apalagi cara kakek bertarung dengan kekuatan yang tak biasa." lanjut Ki Laksmana menjawab.

Bayu Wiraya menatap wajah kakeknya dengan harap, seperti menunggu cerita yang belum pernah terungkap.

"Jadi, kakek juga bisa bertarung?" tanya Bayu Wirata lagi.

Ki Laksmana mengangguk kepala dengan mantap, sorot matanya serius tapi penuh keyakinan. "Benar. Saat kakek berubah menjadi pendekar, lawan-lawan kakek tak ada satupun yang selamat dalam pertarungan itu" Jawab Ki Laksmana.

Bayu Wirata yang mendengar apa yang di katakan oleh kakeknya, hal itu membuatnya menjadi sangat bersemangat. Pada saat itu, ia memiliki ketertarikan pada kemampuan bertarung. Apalagi sebelumnya ia sudah melihat gerakan gerakan pertarungan saat di Perguruan Teratai Emas.

Bayu Wirata menatap kakeknya dengan mata berbinar penuh harap.

"Benarkah, Kek? Apakah Kakek bisa mengajariku jurus bertarung juga?" suaranya bergetar, menahan sedikit rasa sakit di tubuhnya, namun semangat yang menggebu membuatnya lupa akan rasa sakit itu.

Ki Laksmana tersenyum hangat, matanya menatap lembut ke arah cucunya.

"Kau adalah cucuku satu satunya, semua yang kuasai dan yang aku miliki akan kuwariskan semuanya padamu," jawabnya pelan. Ia lalu menarik napas, menatap Bayu dengan seksama.

"Awalnya kakek akan mengajarimu jurus bertarung saat usiamu sudah tujuh tahun. Tapi setelah melihat lingkar tenaga dalammu yang sudah melampaui anak seusiamu, maka, kakek memutuskan untuk mengajarimu tanpa menunggu usiamu tujuh tahun" lanjut Ki Laksmana yakin.

Bayu Wirata seolah terlena oleh kata-kata itu, senyum lebar menghiasi wajahnya. Rasa sakit di tubuhnya mengendur, digantikan oleh hangatnya bahagia yang menusuk ke hati.

"Lalu, kapan kakek akan mengajarkanku?" tanyanya tak sabar, jari jari tangannya mengepal di paha. Ki Laksmana menepuk bahu Bayu dengan lembut. "Secepatnya, Cu. Tapi kau harus pulih dulu, konsumsi semua ramuan obat yang kakek buat untukmu dengan rutin." JawabKi Laksmana lalu memberi arahan agar cucunya semanga untuk sembuh.

Bayu Wirata mengangguk, wajahnya penuh tekad. Wajah Ki Laksmana yang tenang dan penuh kasih membuatnya yakin perjalanan baru akan segera dimulai.

Hari hari terus berlalu, Bayu Wirata tekun menjalani proses pemulihan tubuhnya. Setiap pagi, ia duduk tenang, menarik dan menghembuskan napas perlahan, mencoba merasakan aliran energi dari dalam dirinya. Matanya kadang terpejam saat melakukan meditasi, sesekali tangannya menggenggam botol ramuan penambah lingkar tenaga dalam yang yang sudah di buatkan oleh sang kakek khusu untuk diromya. Hingga beberapa waktu kemudian Rasa sakit yang dulu menggerogoti ototnya kini menghilang tanpa bekas.

Suatu pagi, Bayu Wirata menghela napas panjang sambil menatap ke arah langit Langit Pondok. "Sekarabg aku sudah sembuh, sudah saatnya aku belajar jurus bertarung dengan Kakek," gumamnya pelan. Ia bangkit dari tempat istirahat, langkahnya mantap menapaki lantai pondok.

Bayu Wirata berjakan menuju pintu keluar. Lalu ia melihat sang Kakeknya tengah duduk bermeditasi di depan pondok yang menjadi tempat tinggal mereka. wajahnya teduh tanpa ekspresi.

Tapi Bayu Wirata memperhatikan tempat di sekitarnya dengan suasana hari itu berbeda dari hari biasanya.

Di sekitar bocah itu tersebar benda benda yang terbuat dari bahan kayu keras. ada yang tersusun rapi seperti rintangan, beberapa tergantung dan lainnya bersandar pada penyangga kayu.

Bayu Wirata merasakan detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, campuran antara rasa penasaran dan sedikit gugup.

"Apakah kakek sudah mempersiapkan ini semua untukku?" Gumam Bayu Wirata dalam hatinya.

Bocah itu menyentuh beberapa benda yang sudah terpasang rapi di depan halaman pondok tersebut dengan hati hati.

Bayu Wirata asyik memeriksa benda benda yang terpajang di depan matanya, jari jarinya dengan hati hati menyentuh satu per satu benda benda yang terbuat dari kayu keras tersebut. Akan tetapi, Tiba tiba terdengar suara berat memecah kesunyian.

Ki Laksmana membuka matanya perlahan, tubuhnya bangkit dari posisi meditasi yang ia lakukan sebelumnya, langkahnya mantap mendekati Bayu Wirata yang tidak jauh dari posisinya.

"Apakah kau sudah sembuh dan siap menjalani latihannya?" tanya Ki Laksmana, tatapannya serius namun penuh perhatian.

Bayu Wirata menoleh ke arah sang kakek, senyum kecil mengembang di wajah bocah tersebut.

"Sudah, Kek" Jawab Bayu Wirata singkat.

"Apakah semuaini Kakek yang siapkan?" tanya Bayu Witata sembari tanganya menunjuk benda benda yang ada di sekitar mereka.

Ki Laksmana menganggukan kepalam pelan.

"Benar. Semua ini khusus untukmu. Hari ini kau akan mulai latihanmu." Suaranya tegas namun lembut.

"Persiapkan dirimu, aku akan memberimu arahan." Lanjut Ki Laksmana.

Bayu Wirata membalas dengan anggukan penuh semangat, matanya berbinar. Tanpa ragu, dia mengatur posisinya, berdiri menghadap kakek yang selama ini sudah menjaga dan merawat serta mendidiknya.

Hari itu Ki Laksmana langsung menjelaskan semua yang harus di lakukan oleh Bayu Wirata. Tentang dasar dasar sebelum melakukan gerakan gerakan dalam jurus bertarung. Salah satunya adalah mempersiapkan pisik yang kuat. Dengan cara melakukan latihan seperti yang sudah di persiapkan oleh Ki Laksmana melalui benda benda kayu yang sudah tersusun rapi di dekat mereka.

Selain itu, Ki Laksmana juga berjanji akan mengajari tehnik bertarung setiap hari kepada Bayu Wirata, setelah cucunya itu selesai berlatih mengolah tenaga dalam dan mengolah pisik yang kuat.

Bayu Wirata mendengarkan dengan seksama. Dan ia sangat antusias dalam memahami setiap kata kata yang di keluarkan oleh kakeknya.

Setelah mendengarkan penjelasan dari kakeknya. Bayu Wirata langsung melakukan apa yang di arahkan oleh kakeknya. yaitu, berlatih untuk mengolah pisik yang kuat.

"Baiklah aku akan memulainya" gumam Bayu wirata penuh semangat.

Pada saat itu, Bayu Wirata sudah berdiri dan siap memulai latihannya pertamanya.

Di depannya sudah ada dua kayu berat dengan bentuk wadah yang sudah di isi air. Selain itu ada penghubung yang terbuat dari kayu di tengah tengah antara wadah tersebut.

Bayu Wirata sedikit berjongkok tepat di tengah tengah wadah yang berisi air itu, lalu ia memasukkan setengah badannya dan meletakkan kayu penghubung wadah tepat di kedua bahunya.

"Aku pasti bisa" gumam Bayu Wirata sembari mulai mengangkat beban di kedua bahunya.

Bayu Wirata menarik napas dalam dalam, menahan gemetar di kakinya yang kecil saat berusaha menopang tubuhnya agar tidak terjatuh.

Beban berat di bahunya membuat otot ototnya bergetar, dan dadanya berdebar tak karuan. Tubuh mungilnya hampir tak kuat menahan beban itu. Detik demi detik terasa seperti ribuan, hingga akhirnya ia terpaksa terjatuh duduk di atas tanah dengan napasnya yang tersengal sengal.

Dari sudut lain, Ki Laksmana menatap cucunya dengan mata penuh kebanggaan. Wajahnya merekah oleh senyum hangat.

"Tidak apa apa, cucuku," katanya lembut, tanpa setitik nada kecewa.

"Latihan awal memang selalu berat. Beban terasa berat karena kau belum terbiasa." kata Ki Laksmana  agar tidak membuat cucunya patah semangat.

Bayu Wirata menatap guru sekaligus kakeknya itu, berusaha menyerap setiap kata penyemangat yang keluar dengan suara tenang itu.

"Teruskan saja," Ki Laksmana menambahkan.

"Semakin sering kau berlatih, beban itu akan berubah jadi ringan seperti angin." lanjutnya lagi.

Semangat perlahan menghangat di dada Bayu. Ia mengangguk pelan, lalu dengan hati hati bangkit kembali, mencoba mengangkat beban itu lagi, kali ini dengan tekad yang makin membara.

Beberapa saat kemudian, Bayu Wirata Mengganti berbagai macam latihannya secara bergantian. Seperti berlari melewati rintangan, push up, shit up, menggantung tubuhnya lalu mengangkat tubuh dengan kedua tangannya, berdiri dengan satu kaki untuk melatih keseimbangan tubuh.

Hari itu adalah hari pertama latihan yang begitu melelahkan bagi Bayu Wirata, bocah yang baru mengenal dunia beladiri.

Tubuhnya bergerak dengan tenaga seadanya, tapi semangat yang membara di matanya membuatnya tak merasakan capek sedikit pun.

Setidaknya saat sore hari menjelang. Bayu Wirata menghela napas berat, lalu menghentikan rangkaian latihan fisik yang melelahkan itu.

Di hadapannya, kakeknya yang bernama Ki Laksmana sedang menatap dengan tajam.

“Saatnya berlatih gerakan pertarungan,” ujar Ki Laksmana tegas. Namun itu ia lakukan karena janjinya untuk mengajari Bayu Wirata setelah melakukan latihan fisik.

“Siap, Kek!” balas Bayu Wirata sambil menganggukkan kepala penuh keyakinan.

Sebelum mulai, Ki Laksmana mengerutkan dahinya, memberi memberi arahan dengan suara berat.

“Pertama tama kau harus membuat pondasi kuda kudamu kuat, kokoh dan stabil” kata Ki Laksmana. Bayu menunduk sejenak, kemudian mengangguk mantap, berusaha menyerap setiap kata dari sang kakek.

“Sekarang, perhatikan dan ikuti gerakanku terlebih dulu,” ucap Ki Laksmana sambil memperlihatkan gerakan perlahan namun pasti.

Bayu mematung, menatap gerakan kakeknya dengan fokus penuh, setiap langkah dan posisi tubuh diserap seolah menjadi hukum yang harus dihafalnya.

Pada saat itu, Ki Laksmana memberikan contoh gerakan gerakan dalam jurus pertarungan. Yang meliputi gerakan serangan dan juga gerakam pertahanan.

Bayu Wirata berdiri tegak, matanya menatap penuh konsentrasi pada sosok kakeknya yang mulai menggerakkan tangan dan kakinya dengan cekatan. Setiap langkah, setiap gerakan, dihafalnya dengan seksama seolah tak ingin ada yang terlewat dari ingatan. Sesekali alisnya mengernyit, menyesuaikan ritme yang ditunjukkan Ki Laksmana.

Ketika gerakan kakeknya berhenti, Bayu menelan ludah, dadanya terangkat dalam napas dalam, sebelum mengangguk mantap.

“Sekarang giliranmu!, lakukan gerakan yang sudah kakek contohkan” suara Ki Laksmana tegas menggema, memotong hening.

Bayu Wirata menghembuskan napas pelan, lalu mulai meniru gerakan itu perlahan tangan bergerak luwes, kaki menyusul dengan hati hati. Mimiknya serius, matanya tak lepas dari bayang bayang gerakan yang masih membekas di kepalanya. Setiap gerakan gemulai namun tepat berhasil menampilkan ketelatenannya.

Ki Laksmana menatap gerakan yang di lakukan oleh Bayu Wirata dengan penuh kekaguman, senyum kecil tersungging di bibirnya.

"Luar biasa. Hanya dalam sekali lihat, ia dapat mengikuti gerakanku mendekati sempurna. Aku tidak salah jika mendidiknya sejak dini" gumam Ki Laksmana memuji kemampuan cucunya itu.

Ki Laksmana sangat yakin jika Bayu Wirata memiliki bakat yang sangat hebat sehingga dapat membuatnya mengingat dan menghafal hanya dalam satu kali lihat.

Ki Laksama yang melihat gerakan gerakan dari cucunya. Membuatnya terbuai dalam suasana latihan tersebut. sehingga tanpa sadar ia juga melakukan gerakan gerakan seirama dengan gerakan yang di lakukan oleh Bayu Wirata.

Pada saat ini, keduanya sama sama mengerakakn tubuh mereka dalam latihan pertarungan. Bukan hanya sekali, bahkan mereka melakukannya berulang ulang kali.

Hingga saat menjelang malam. Barulah mereka menghentikan sesi latihan mereka di hari tersebut.

Namun, latihan Bayu Wirata terus berlanjut di hari hari seterusnya.

Setiap pagi, bocah itu selalu melakukan latihan fisik yang keras. Akan tetapi, semakin lama ia semakin terbiasa. Sehingga mengangkat beban berat, sudah seperti mengangkat sebuah batu kecil saja baginya.

Selanjutnya saat sore hari, Bayu Wirata akan di latih oleh kakeknya dalam jurus jurus pertarungan.

lalu di lanjutkan malam hari sebelum tidur, bayu Wirata selalu melakukan olah pernapasan dan bermeditasi serta mengkonsumsi ramuan obat yang di buat oleh kakeknya untuk menambah tenaga dalamnya.

1
nts 03
no komen yg jelas keren banget
nts 03
keren/Good//Good//Good//Good/
nts 03
keren
igun 51p17
berikan bintang lima kalian sebagai penyemangat saya dalam berkarya.
Baby MinMin <3
Baper abis. 😢❤️
Claudia - creepy
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Zuzaki Noroga
Kece banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!