Sebuah rumah kosong di pinggiran kota menyimpan sebuah misteri akan adanya arwah gentayangan dan memberikan teror kepada para penghuni baru melalui kejadian-kejadian yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richy211, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Obrolan suami istri itu pun selesai dan keduanya kini melakukan aktivitas masing-masing. Bu Sri seperti biasa memasak di dapur karena sudah belanja banyak, sedangkan Pak Sugiono memilih untuk berkebun.
Saat Pak Sugiono sedang berkebun di samping rumahnya, tiba-tiba ia melihat kembali ada bayangan putih seperti kain yang menjuntai hendak menghampirinya.
Rupanya arwah pria penghuni rumah itu, merasuki tubuh Pak Sugiono yang sedang berkebun.
Usai tubuhnya dirasuki oleh arwah pria yang berwujud pocong itu, lalu Pak Sugiono masuk ke dalam rumah dan mengambil air putih di dapur.
Bu Sri yang sedang memasak dan menyadari ada suaminya yang tengah mengambil air pun berbicara kepadanya.
"Sudah selesai berkebunnya Pak?" Tanya Bu Sri.
Namun Pak Sugiono hanya diam dan tak sepatah katapun keluar dari mulutnya seolah terkunci rapat. Tatapan matanya tampak kosong dan wajahnya berubah pucat sekali seperti sedang sakit.
"Kok diam saja Pak?" Bu Sri bertanya lagi.
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Bu Sri kembali tidak dijawab olehnya. Pasalnya, tubuh Pak Sugiono itu kini tengah dirasuki oleh arwah pria dan seolah ia yang tengah mengendalikannya.
"Bapak kok aneh sekali. Kenapa mukamu pucat sekali? Apa bapak sakit?" Tanya Bu Sri lagi.
Pak Sugiono masih tetap diam dan dia justru masuk ke dalam kamar.
"Bapak kenapa ya? Hari ini dia begitu aneh. Apa mungkin dia marah padaku karena tadi aku kesal padanya,"gumam Bu Sri dalam hati.
Saat berada di kamar, Pak Sugiono tiba-tiba berteriak histeris dan itu membuat Bu Sri kaget bukan main. Mendadak, Pak Sugiono mengambil kain dan hendak ia lilitkan di lehernya. Untung saja, Bu Sri langsung masuk ke kamar dan mencoba menghentikan aksi suaminya.
"Jangan lakukan itu Pak! sadarlah dan coba istigfar" Bujuk Bu Sri sambil menuntun suaminya.
Kain yang tadi hendak dililitkan dalam leher Pak Sugiono lantas direbut oleh Bu Sri dan ia buang begitu saja ke lantai.
Kedua suami istri itu saling bertatapan, lagi-lagi Pak Sugiono berteriak dan kali ini ia hendak mencekik leher Bu Sri karena pengaruh arwah pria itu.
Bu Sri dengan sekuat tenaga mencoba melepaskan tangan Pak Sugiono yang mencengkramnya dengan erat. Beruntunglah Bu Sri bisa lepas dan ia lalu terpaksa keluar dari kamar lantas berlari keluar rumah.
Dalam hati kini Bu Sri merasa sangat ketakutan, ia berpikir mungkinkah ini adalah ulah arwah yang gentayangan di rumah mereka itu.
Ia hampir saja menangis dan ingin meminta tolong kepada tetangga di sekitar rumahnya. Namun ia takut kalau warga sekitar justru akan menjadi geger dan meyakini bahwa rumah itu memang benar-benar berpenghuni.
Setelah rasa ketakutannya mulai perlahan hilang, Bu Sri mencoba untuk memberanikan diri masuk ke dalam rumah kembali. Ia pun lantas menengok ke kamar suaminya yang tadi sempat ia kunci dari luar.
Di dalam, rupanya Pak Sugiono terkapar pingsan di tempat tidur. Bu Sri pun langsung mencoba membangunkan suaminya dan menepuk-nepuk pipinya dengan keras.
"Pak, bangun Pak! Tolong sadarlah!"
Tak selang berapa lama, Pak Sugiono pun sadar dan ia seperti orang kebingungan.
"Bapak kenapa ada di kamar Bu? Bukankah tadi aku sedang berkebun di samping rumah, " ucapnya keheranan.
"Alhamdulillah bapak sudah sadar sekarang. Ibu takut sekali Pak, hari ini kamu bertindak aneh sekali dan hampir melukaiku," ucap Bu Sri seraya memeluk suaminya.
"Apa yang telah bapak lakukan kepada ibu? Bapak juga merasakan ada yang berbeda pada tubuh bapak tadi yang tidak seperti biasanya,"
"Bapak tadi hampir melilitkan kain di leher dan hampir saja mencekik leher ibu," kata Bu Sri dengan raut wajah sedih.
"Astaghfirullah bu. Bapak sungguh-sungguh tidak ada niatan untuk melakukan hal sejahat itu pada ibu," kata Pak Sugiono seraya menyesal sekali.
"Tapi bapak tadi melakukan itu pada ibu. Apa bapak tidak sadar?"
"Sungguh Bu. Bapak benar-benar tidak tahu menahu dan menyadari perbuatan apa yang telah bapak lakukan. Bapak merasa aneh sekali," kata Pak Sugiono.
"Yang ibu lihat, wajah bapak itu pucat sekali dan tatapan mata bapak itu kosong seperti orang yang sedang kerasukan hantu atau setan," kata Bu Sri.
"Apa jangan-jangan bapak kerasukan arwah gentayangan di rumah ini bu? Tadi, ibu bilang kalau bapak mau melilitkan kain di leher. Bukankah arwah di rumah ini juga meninggal dengan cara gantung diri," lanjut Pak Sugiono.
"Sepertinya iya Pak. Kalau arwah itu sampai berani masuk ke tubuh manusia bukankah itu sangat berbahaya sekali. Bisa saja suatu saat arwah itu akan merasuki tubuh anggota keluarga kita yang lain," kata Bu Sri dengan nada takut.
"Kalau begitu. Apa perlu kita pindah dari rumah ini saja Bu?" Saran Pak Sugiono.
"Ibu juga tidak tahu Pak," jawabnya pasrah.
"Kalau begitu kita tunggu saja dulu bu. Jika memang arwah itu berani bertindak jahat lagi kepada salah satu anggota keluarga kita terpaksa kita harus pindah rumah," kata Pak Sugiono dengan nada sedih.
"Baik Pak, ibu pokoknya terserah bapak saja," ucap Bu Sri seolah mengiya-kan.
Kini Bu Sri dan Pak Sugiono seolah tidak percaya bahwa arwah gentayangan di rumah itu berani berbuat jahat dan semakin menjadi-jadi. Padahal, semula mereka hanya melakukan teror dan mengusik keluarga Pak Sugiono dengan teror serta penampakan wujudnya.
Namun kali ini arwah itu justru berani merasuk ke tubuh Pak Sugiono dan hampir mencelakai istrinya Bu Sri.
Apa jadinya jika Bu Sri dicekik oleh suaminya sendiri hingga meregang nyawa tentu saja arwah itu mungkin akan merasa puas karena penghuni di rumah baru itu pun mengalami kejadian tragis yang sama hingga kehilangan nyawa.
Adzan dhuhur berkumandang, Pak Sugiono dan Bu Sri akhirnya menjalankan ibadah sholat bersama-sama.
Selepas sholat, kedua pasangan suami istri itu lantas berdoa dengan khusyuk agar senantiasa dilindungi oleh Allah SWT dari hantu ataupun setan yang mempunyai niat jahat kepada manusia.
Usai berdoa bersama demi keselamatan keluarga itu, Bu Sri lantas mencium punggung tangan suaminya.
"Mari kita jaga anak-anak bersama-sama Pak," ucapnya.
"Tentu Bu. Anak-anak kita adalah tanggung jawab kita. Kasihan mereka yang tidak ada sangkut pautnya dengan para arwah penghuni rumah ini," ucap Pak Sugiono.
"Benar sekali Pak. Ibu juga kasihan kepada anak-anak terutama Sari yang masih polos dan tidak paham tentang hal-hal mistis seperti ini," kata Bu Sri.
Usai sholat, Bu Sri lanjut memasak di dapur karena ketiga anaknya sebentar lagi pulang dari sekolah. Sementara Pak Sugiono kembali ke samping rumah untuk membereskan peralatan berkebunnya yang sempat ia tinggal tadi.
Dengan terampil, Bu Sri memasak ayam goreng kesukaan anak-anak dengan sayur asem dan tidak lupa dengan lauk tahu tempe goreng. Ada buah semangka juga yang tersanding di meja makan pada hari itu.
Semua makanan dan buah-buahan kini tersaji di meja makan.
"Nah sudah siap semuanya dan tinggal menunggu Sari yang pulang lebih dahulu," ucap Bu Sri dengan raut wajah bahagia.
Gara-gara dirasuki oleh arwah tadi, Pak Sugiono merasa tubuhnya pegal semua dan ia pun masuk ke dalam rumah. Di rumah tercium aroma wangi ayam goreng yang semerbak dan membuat perutnya menjadi lapar.
Pak Sugiono tampak mengendus ke arah meja makan dan melihat ada ayam goreng lezat tersaji di sana.
"Baunya nikmat sekali bu. Perut bapak langsung berbunyi ini," puji Pak Sugiono.
"Oh tentu dong Pak masakan ibu kan memang juara," ucap Bu Sri sambil terkekeh.
Rasa lapar yang sudah mendera, akhirnya Pak Sugiono menuju ke kamar mandi terlebih dahulu dan mencuci tangan serta kakinya yang kotor usai berkebun. Kini ia beralih ke meja makan dan mulai menyantap makanan buatan istrinya tercinta.
"Bapak boleh makan duluan kan Bu?" Tanyanya.
"Kalau lapar sekali, silakan saja. Ibu mau menunggu Sari karena sebentar lagi dia pulang. Kasihan kalau dia makan sendirian dan tidak ada yang menemani," ucap Bu Sri.
"Baiklah kalau begitu Bu. Bapak makan duluan, mumpung semua makanan yang tersaji masih hangat sekali. Nasi putih, ayam goreng, sambal dan sayur asem ini rasanya pas sekali di mulut," kata Pak Sugiono dengan wajah gembira.
Bu Sri hanya tersenyum melihat tingkah polah suaminya yang terkadang seperti anak kecil saja.