NovelToon NovelToon
Gadis SMA Kesayangan CEO Tampan

Gadis SMA Kesayangan CEO Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Briany Feby

"Mulai sekarang, kamu adalah istri saya Feby Ayodhya Larasati. Apapun yang ada di dalam diri kamu, hanyalah milik saya!" Kalimat yang keluar dari mulut pria tampan di hadapannya ini membuat seluruh bulu kuduknya berdiri. Jantungnya berdebar kencang saat pria itu semakin menatapnya dengan tatapan intens.
.....

Feby Ayodhya Larasati gadis cantik dan periang yang duduk di bangku SMA.
Tak hanya parasnya yang cantik, dia juga memiliki prestasi yang sangat bagus di sekolah. Impian dalam hidupnya hanya satu, yaitu mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri.
Kehidupannya selama ini selalu berjalan lancar namun, tidak saat ia bertemu dengan pria bernama Arka William Megantara.

Pertemuan yang berawal dari mimpi, kini berubah menjadi nyata. Pertemuan yang berawal dari kesalahpahaman, kini berubah menjadi hubungan pernikahan.
.....

Arka William Megantara, seorang CEO muda yang memiliki paras tampan, tubuh tegap, tinggi, dan atletis. Dia adalah satu-satunya pewaris tunggal di perusahaan Mega

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Briany Feby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Tinggal berdua dengan Arka?!

Hari demi hari berlalu, setelah kejadian dimana Arka marah kepada Feby dan mengatakan bahwa Feby selalu menyusahkannya, gadis itu semakin berusaha untuk menjauh dari Arka.

Kian hari hubungan diantara mereka pun semakin renggang. Feby tidak lagi berusaha untuk berbasa-basi dengan Arka. Sedangkan Arka, pria itu juga sama saja. Sempat beberapa kali Arka meminta tolong Feby untuk membuatkannya sarapan. Gadis itu memang langsung melaksanakannya akan tetapi, ia tidak mengatakan sepatah katapun.

Hari ini kedua orang tua Feby kembali ke rumah mereka dan meninggalkan Feby di kediaman mewah nan megah milik keluarga Megantara.

Feby mengantar kedua orang tuannya dengan hati tak rela. Tangisan gadis itu tak lagi bisa dibendung.

Ekspresi di wajah Feby pun seakan mengisyaratkan bahwa ia ingin ikut bersama Ayah dan Ibunya kembali ke rumah mereka yang dulu. Hidup bahagia bersama, tertawa bersama, dan melalui setiap suka dan duka bersama.

Akan tetapi, sungguh malang nasibnya. Ia harus terjebak ke dalam kehidupan seorang Arka William Megantara. Pria dingin dan angkuh yang tidak memiliki perasaan sedikitpun di hatinya.

"Jangan pergi Bu... Jangan tinggalin aku sendirian di sini..." Rengek Feby seraya memeluk erat tubuh Ibunya di depan pintu.

"Kamu nggak sendirian di sini Feb. Ada Om Tama sama Tante Karin mereka sekarang kan juga orang tua kamu. Terus, ada suami kamu juga di sini" Ujar Saras dengan lembut.

"Tapi... Bu..."

"Feb... Kamu harus patuhi keputusan Ayah sama Ibu. Kamu sudah dewasa, sekarang saatnya kamu belajar hidup mandiri" Kata Setyo sang Ayah.

"Arka, Ayah minta tolong sama kamu, jaga Feby jangan pernah sakiti dia. Sekarang tanggung jawab Ayah atas Feby, Ayah serahkan sepenuhnya kepada kamu"

Setyo berkata kepada Arka yang sedari tadi berdiri di belakang Feby.

"Ya, saya janji tidak akan pernah merusak kepercayaan Ayah" Jawab Arka dengan tegas.

Mendengar itu Feby hanya mampu tersenyum getir. Apa yang mampu Arka janjikan kepada Ayahnya? Hubungan diantara mereka hanyalah sebuah hubungan di atas kertas.

"Feby kamu juga nak, tolong jaga sikap kamu. Hormati dan layani suami kamu dengan baik. Ayah hanya ingin kalian hidup bahagia"

Feby hanya mengangguk pelan mendengar titah dari Ayahnya. Entah apakah keinginan dari Ayahnya itu bisa tercapai atau tidak, hanya waktulah yang mampu menjawab.

🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️

Setelah kepergian Ibu dan Ayahnya, Feby duduk termenung di dalam kamarnya. Gadis itu terus saja menangis seraya memeluk erat foto Ayah dan Ibunya. Sejak kecil, ia tidak pernah jauh dari kedua orang tuanya. Namun sekarang, ia harus jauh dari mereka dan tinggal bersama pria yang sama sekali tidak pernah perduli padanya.

Gadis itu menangis sepanjang hari di dalam kamarnya hingga membuat matanya bengkak. Tak lama kemudian, tiba-tiba terdengar suara derap langkah kaki.

Ceklek...

Pintu kamar perlahan terbuka. Seorang pria tampan masuk ke dalam kamar dan berjalan ke arah Feby. Dengan wajah dingin, ia memperhatikan Feby yang tengah tertunduk seraya menangis.

Detik berikutnya, Feby mendongakkan kepalanya merasakan keberadaan seseorang di sampingnya. Begitu mendongak, ia menemukan Arka yang berdiri di samping ranjangnya.

Mata mereka saling beradu beberapa detik. Sorot mata tajam dari Arka membuat tangisan Feby justru semakin menjadi.

Melihat itu, Arka sontak langsung memegang pundak Feby dengan lembut.

"Saya ke sini agar kamu berhenti menangis. Tapi kenapa justru sebaliknya hmm?"

Tanya Arka.

Tidak ada sautan dari Feby. Gadis itu terus saja menangis. Hal itu semakin membuat Arka merasa gusar.

"Kamu mau apa?" Tanya Arka dengan lembut.

Feby menggeleng pelan.

"Sudah, jangan menangis. nanti air mata kamu habis"

Arka berusaha menenangkan Feby dengan kalimat ambigu layaknya seorang Ayah yang tengah berusaha menenangkan putrinya agar berhenti menangis.

Dan benar saja, mendengar itu tangisan Feby pun berhenti seketika. Feby menatap Arka dengan wajah kesal.

"Tuan Arka pikir aku ini anak kecil apa?!" Sungut Feby.

Arka pun mengambil tempat untuk duduk di samping Feby. Feby menggeser tubuhnya untuk memberi Arka tempat.

"Sudah saya bilang, jangan panggil saya Tuan" Kata Arka mengalihkan pembicaraan.

"Terus aku harus panggil apa?! Bos? Om? Bapak? Atau apa, hah?" Tanya Feby dengan kesal.

"Apa saya terlihat setua itu?"

"Ya. Tuan Arka memang sudah tua kan?"

"Jarak usia kita hanya 7 tahun Feb. Jadi jangan panggil saya Tuan, Om, Bapak, apalagi Bos. Karena jika orang lain mendengarnya mereka akan berpikir yang tidak-tidak" Jelas Arka pada Feby.

Tak mau berdebat panjang dengan Feby lagi, Arka pun memilih untuk bangkit berdiri.

"Jam 8 malam nanti, saya ada acara pertemuan dengan kolega-kolega saya. Jika kamu bersedia, ikutlah bersama saya dan pakai baju ini" Ujar Arka seraya meletakkan sebuah tas merah maron dengan tulisan 'Gucci'.

"Apa hak saya untuk ikut? Dan jika saya ikut, posisi saya sebagai apa? Apakah Tuan akan mengatakan kepada semua orang kalau saya adalah istri Tuan Arka?" Feby memberondong Arka dengan banyak pertanyaan.

"Kamu berhak untuk ikut karena kamu istri saya. Kamu akan menjadi pasangan saya di acara itu. Dan saya akan mengatakan kepada semua orang bahwa kamu istri sah saya"

Jawab Arka dengan menohok lalu pergi begitu saja keluar dari kamar Feby.

Feby mematung mendengar jawaban yang keluar dari mulut Arka. Jantungnya langsung berdegup dua kali lipat. Wajah cantik Feby merona.

Ada apa dengan dirinya? Mengapa ia bersikap seperti ini?

🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️

Waktu berlalu begitu cepat setelah menyelesaikan sholat maghrib, Feby keluar dari kamarnya. Langkah kakinya berjalan menuju dapur untuk mengganjal rasa lapar di perutnya.

Begitu sampai dapur, langkahnya langsung berhenti begitu netranya menangkap seorang pria tampan dengan tubuh atletis yang tengah berkutat di dapur.

Tak lain dan tak bukan, pria itu adalah Arka. Melihat itu Feby pun kembali berbalik dan mengurungkan niatnya. Ia sungguh malas bertemu dengan Arka. Pria itu selalu saja melayangkan tatapan tajam dan dingin kepadanya yang selalu membuat jantungnya berdetak kencang.

Aroma nasi goreng membuat langkah Feby terhenti. Gadis itu diam mematung dengan perasaan bimbang. Cacing di dalam perutnya sejak tadi sudah berteriak meminta diisi. Dengan terpaksa, ia pun memutar kembali langkahnya dan menuju dapur.

"Kenapa sih? Pake laper segala?!" Gerutu Feby seraya melangkah menuju dapur.

Feby melirik Arka yang tengah sibuk memasak nasi goreng. Sempat terbesit perasaan heran di benaknya melihat pria angkuh seperti Arka berkutat di dapur. Feby pun langsung membuang pandangannya begitu Arka menyadari keberadaannya.

Gadis itu membuka kulkas untuk mencari sesuatu yang bisa mengganjal perutnya. Namun, begitu ia membuka kulkas tidak ada satupun makanan di dalam kulkas. Kulkas dua pintu dengan tinggi hampir menyamai tinggi Feby benar-benar kosong tidak terisi apapun.

Feby menutup pintu kulkas tersebut dengan perasaan kesal.

"Kulkasnya mahal, isinya nggak ada" sindir Feby pada Arka.

"Dari pada kamu marah-marah mending bantuin saya menyiapkan ini" Ujar Arka.

Feby pun melangkah menghampiri Arka dengan wajah tertekuk. Ia mengambil alih Arka yang tengah meletakan nasi goreng ke dalam piring. Dua porsi nasi goreng dengan telor mata sapi terlihat begitu menggoda. Aromanya seakan menari-nari membuat caci di perut Feby kembali berbunyi.

Kruyukkk...

Gadis itu langsung memegang perutnya mendengar itu. Tanpa sadar sedari tadi Arka juga mendengarnya. Feby menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa malu. Hal itu semakin membuat Feby terlihat lucu di mata Arka. Bahkan Arka sampai tersenyum kecil melihat tingkah konyol Feby yang kelaparan.

Feby membawa dua piring berisi nasi goreng tersebut ke atas meja makan. Dan Arka, berjalan di belakang gadis itu seraya memegang dua gelas air putih. Pemandangan yang bisa dibilang sangat langka!

Begitu sampai di meja makan, Feby langsung menyantap nasi goreng buatan Arka tanpa banyak bicara.

"Pelan-pelan, Ini masih panas!" Tegur Arka melihat Feby yang langsung saja memasukan nasi goreng yang masih panas ke dalam mulutnya tanpa meniupnya terlebih dahulu.

"Kalo lagi laper, mulutku kebal panas tenang saja Tuan" Gumam Feby dengan mulut yang penuh.

Arka hanya mampu geleng-geleng kepala melihat tingkah Feby. Ia baru pernah melihat seorang gadis seperti Feby yang makan dengan begitu lahap tanpa sedikitpun merasa canggung atau malu di depannya.

Tidak ada lagi lagi perbincangan diantara mereka berdua. Feby dan Arka sibuk menyantap nasi goreng buatan Arka. Tak lama kemudian, mereka pun selesai. Arka hendak membawa piring kotor tersebut namun langsung ditahan oleh Feby.

"Biar aku aja" Kata Feby lalu segera mengambil piring kotor dari tangan Arka.

Gadis itu pun langsung mencuci piring kotor tersebut. Tanpa ia sadari, sedari tadi Arka memperhatikannya dari belakang. Pria tampan itu menatap Feby yang tengah sibuk mencuci piring dengan tatapan yang berbeda dari biasanya.

Arka perlahan berjalan menghampiri Feby. Pria itu berdiri tepat di belakang Feby. Setelah selesai mencuci piring, gadis itu mengikat rambut panjangnya. Hal itu tiba-tiba saja membuat jantung milik Arka berdegup dua kali lipat.

Arka menelan ludahnya melihat leher putih jenjang milik Feby. Sungguh ini baru pertama kalinya ia merasakan hal tersebut.

Pria tampan itu menelan beberapa kali ludahnya dengan susah payah hingga membuat jakunnya naik turun.

Rasanya ia ingin sekali...

"T-tuan? Ada apa?" Feby berbalik ia menatap Arka dengan wajah terkejut.

"Saya..."

Arka berusaha mencari alasan.

"Saya hanya ingin mengatakan sesuatu kepada kamu Feb"

"A-apa?" Tanya Feby tanpa berani menatap mata Arka.

Tiba-tiba saja Arka merapatkan tubuhnya kepada Feby. Ia mengikis jarak diantaranya dan Feby. Hal itu membuat Feby langsung mundur dengan gemetaran. Namun sayangnya tubuhnya terkunci dan ia tidak bisa kemana-mana lagi karena di belakangnya adalah tempat cuci piring.

Arka semakin mengunci tubuh Feby dengan meletakkan kedua lengannya di samping kanan dan kiri Feby. Hembusan napas gadis itu membuat jantungnya semakin berdegup kencang.

Begitu pula Feby. Gadis itu terus saja menundukkan kepalanya. Ia tidak berani sedikitpun menatap wajah tampan Arka dengan jarak hanya beberapa senti saja. Aroma maskulin dari tubuh Arka tercium begitu jelas oleh Feby. Jantung gadis itu pun berdegup tak kalah kencang.

"Saya minta tolong sama kamu, jangan pernah melakukan hal itu lagi di depan saya" Suara bass Arka mengalun begitu indah di telinga Feby.

"Melakukan apa? Apa maksudnya aku nggak ngerti" Ucap Feby.

"Menguncir rambut kamu di depan saya" Jawab Arka.

Kening Feby langsung berkerut seketika mendengar itu. Ia sungguh tidak mengerti apa maksud dari perkataan pria tampan di depannya ini.

"Kenapa? Apa masalahnya jika aku menguncir rambutku? Memangnya hal itu bisa merugikan Tuan Arka? Tidak bukan?" Tanya Feby.

Arka menghelakan napasnya mendengar itu. Ia menatap Feby dengan tatapan tajam.

"Hal itu memang tidak merugikan saya. Tapi bisa berdampak buruk untuk kamu. Lakukan saja perkataan saya dan jangan membantahnya. Jangan pernah menguncir rambutmu di depan saya mengerti?"

Feby hanya mengangguk pelan dengan wajah polos. Ia terus saja bertanya-tanya apa maksud dari perkataan Arka. Mengapa ia tidak boleh menguncir rambutnya di depan Arka? Memangnya dampak buruk apa yang akan ia dapat? Ah sudahlah! Masa bodo ia tidak perduli!

"Dasar aneh!" Batin Feby.

"Dan satu lagi," Kata Arka.

"Apa lagi?" Tanya Feby dengan ketus.

"Jika kamu bersedia ikut menemani saya malam ini, tolong jangan panggil saya 'Tuan' di depan semua orang"

"Lalu aku harus panggil Tuan Arka apa?" Tanya Feby seraya menghembuskan napasnya.

"Panggil saya dengan Panggilan suami-istri pada umumnya"

Jawab Arka membuat kedua mata Feby membelalak seketika.

"Panggil suami-istri?!"

"Oh ya satu lagi,"

Feby menghelakan napasnya dengan kesal.

"Apa lagi? Tadi katanya satu lagi, terus ini ada lagi? Sebenarnya masih ada berapa hal yang ingin Tuan katakan?"

"Mulai sekarang, Papah dan Mamah saya sudah tidak tinggal di sini lagi"

"A-APA?!"

"Malam ini mereka pindah ke Semarang. Karena sejak dulu Mamah saya ingin sekali tinggal di kampung halamannya. selain itu, pengobatan di sana juga lebih maju dibandingkan di sini" Jelas Arka.

"Waduh gawat! jadi di rumah ini cuma ada aku sama Taun Arka aja dong?!"

Batin Feby.

Pletak!

Tiba-tiba saja Arka menyentil kening Feby tanpa alasan apapun. Hal itu membuat Feby membuyarkan lamunannya. Ia menatap Arka dengan tatapan kesal.

"Kenapa sih Tuan senang sekali menyentil jidatku?! Ini tuh namanya KDRT!" Dumel Feby seraya mengelus keningnya.

"Buang pikiran kotormu jauh-jauh! Saya tau apa yang tengah kamu pikirkan tadi" Ujar Arka.

"Apa?! Memangnya apa yang aku pikirkan?!"

"Sudahlah lupakan. Meskipun nantinya kita hanya tinggal berdua dengan status suami-istri, saya tidak akan pernah melampaui batasan saya. Karena saya tau, gadis yang saya nikahi ini adalah gadis di bawah umur"

"Kalau sudah tau di bawah umur kenapa harus dinikahi, hah?!" Sungut Feby dengan nada tinggi.

Melihat itu, Arka langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Feby. Membuat gadis itu langsung bungkam seketika dengan wajah yang memerah.

"Begini kah cara kamu bicara dengan suami kamu, hm?" Tanya Arka dengan jarak yang begitu dekat.

"Bukan begitu maksudku..." Lirih Feby tanpa berani menatap tatapan tajam Arka.

Arka menaikan sebelah alisnya.

"Mau saya adukan ke Ayah kamu?"

Ancam Arka.

Feby langsung mendelik seketika.

"J-jangan... Maafin Aku Tuan... Tolong jangan bilang ke Ayah..." Cicit Feby seraya menguntupkan kedua tangannya di depan Arka.

"Kali ini saya akan mentolerir sikap kamu itu. Dengan satu sayrat, malam ini kamu harus menemani saya di acara pertemuan itu. Bersikaplah layaknya seorang istri"

Titah Arka.

Feby langsung menganggukan kepalanya.

"Baik Tuan"

Detik berikutnya, Arka pun menjauhkan tubuhnya dari tubuh Feby membuat jarak diantara mereka berdua kembali terbentang. Pria tampan itu pun melenggang begitu saja meninggalkan Feby.

Feby langsung menghembuskan napasnya seraya memegang dadanya yang sedari tadi terus bergemuruh.

🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️ 🕊️

Waktu berjalan terasa begitu cepat saat kita ingin memperlambatnya. Sedangkan saat kita tengah menantikan sesuatu, waktu berjalan terasa sangat lambat. Itulah yang tengah Feby rasakan saat ini.

Ia berharap waktu berhenti sejenak agar ia bisa mempersiapkan diri untuk ikut ke acara pertemuan kolega bersama Arka. Namun justru waktu seakan berjalan semakin cepat. Hingga tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan.

Feby terus saja mondar-mandir di dalam kamarnya dengan wajah gelisah. Ia merasa sangat gugup sekarang. Setelah berpikir cukup lama, ia pun akhirnya memutuskan untuk bersiap-siap mengganti bajunya dengan dress yang diberikan oleh Arka.

Feby menatap dirinya dari pantulan cermin. Gadis itu terlihat begitu cantik dengan dress berwarna merah marron yang Arka berikan.

Ia membiarkan rambut panjangnya tergerai begitu saja.

Gadis itu tidak memakai make up apapun ia hanya mengoleskan liptint di bibirnya agar tidak terlihat pucat.

"Kamu pasti bisa Feb! Ayo jangan nyerah! Cuma nemenin Tuan Arka saja kok. Jadi kamu harus percaya diri!" Ujar Feby memberi semangat pada dirinya sendiri.

Detik berikut, gadis itu pun langsung keluar dari kamarnya. Namun saat hendak membuka pintu kamar, Feby tiba-tiba saja berhenti.

Ia teringat akan satu hal yang paling penting. Yaitu, panggil apa yang akan ia gunakan untuk Arka.

Feby pun diam sejenak untuk berpikir.

"Panggil suami-istri pada umumnya... Apa ya? Oh iya! Biasanya Ibu kalo manggil Ayah Mas. Tapi kira-kira Tuan Arka setuju nggak ya kalau aku panggil dia Mas?" Cerocos Feby di depan pintu.

"Bodo amat lah dia setuju atau nggak!"

Feby langsung membuka pintu kamarnya dan keluar dari kamar.

Begitu keluar dari kamar, ia langsung disambut dengan sebuah pemandangan yang membuatnya berdecak kagum.

Seorang pria tampan berdiri tepat di depan kamar Feby. Tak lain dan tak bukan itu adalah Arka. Pria itu terlihat begitu gagah dengan setelan jas berwarna hitam. Rambut hitam lebat milik Arka tersisir rapih ke belakang membuatnya terlihat begitu tampan.

Bulu kuduk Feby terasa berdiri begitu Arka menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Arka terus menatap Feby tanpa bicara apapun. Dan hal itu semakin membuat Feby salah tingkah.

"Aku keliatan jelek ya?"

Dari sekian banyak pertanyaan, pertanyaan itulah yang langsung meluncur begitu saja dari mulut Feby.

Arka tidak menjawab pertanyaan dari Feby. Pria tampan itu justru hanya diam seraya terus menatap Feby tanpa berkedip sekali pun.

"Aku rasa, aku nggak pantes dateng ke acara itu dengan Tuan Arka. Lebih baik Tuan ajak wanita lain saja yang lebih cantik daripada aku" Ucap Feby lalu bergegas masuk kembali ke dalam kamarnya.

Namun tiba-tiba saja Arka langsung memegang tangan Feby dan menahan gadis itu.

"Siapa yang bilang kamu jelek? Dan untuk apa saya mengajak wanita lain, kalau istri saya sendiri cantik?" Bisik Arka tepat di telinga Feby. Hal itu berhasil membuat kedua pipi Feby langsung merona.

______________________________________

Penasaran seganteng dan secantik apa tokoh Arka dan Feby? Intip saja di akun Tiktok : bibiluv68

.

Jalan-jalan sama Tanti

Eh di jalan ketemu Egi

Jangan lupa kasih hati ❤️

Biar Author semangat up lagi

1
Mar Diati
saya suka ceritanya cukup menarik
Mar Diati
upnya dong
Mar Diati
lima.episode sekaligus
Mar Diati
hari ap upnya, dan kkw up jangan satu episode saja, 5lima episode kalau bisa .
Mar Diati
kapan up nya
Briany Feby: Bab 3 sudah up yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!