Trap Mr. Coldhearted

Cathleen menaikkan papperbag yang masih berada di tangan. “Untuk apa juga aku mengkonsumsi ini? Semalam ‘kan tidak terjadi apa pun,” gumamnya.

Cathleen tidak sungguh disetubuhi oleh Gerald. Justru dia yang membayar salah satu karyawan club malam untuk mencampur minuman Gerald dengan obat tidur, membawa ke kamar VIP, dan membantunya supaya membuat tubuh pria kekar itu polos. Mereka berdua hanya tidur di atas ranjang yang sama tanpa melakukan apa pun.

Semua bukti-bukti yang ditunjukkan oleh Cathleen hanya rekayasa. Mulai dari bercak darah, hingga pakaiannya yang sobek pun akal bulusnya saja.

Tapi, sudah memakai cara licik menjebak Gerald pun tak membuat pria itu mau bertanggung jawab menikahi Cathleen.

Cathleen menghela napas seraya membuka laci, dia memasukkan obat kontrasepsi ke dalam sana. “Tidak mengkonsumsi ini pun aku tetap tak akan hamil, bagaimana bisa mengandung kalau dibuahi saja tidak.”

Wanita itu kembali menghempaskan diri ke atas ranjang. Memikirkan cara supaya Gerald mau menikahinya. Tak masalah juga tanpa cinta, atau hanya sementara waktu. Asalkan dia tidak hidup bersama Edbert.

Cathleen menghidupkan data ponsel yang dinonaktifkan sejak pulang dari New York karena menghindari Edbert. Pertama kali notifikasi masuk, langsung muncul ribuan pesan dari pria overprotective.

“Huft ... pria ini tak pernah membiarkan aku tenang,” gumam Cathleen. Dia tidak berniat membuka pesan dari sang kekasih. Justru ingin menelepon saudara kembarnya yang bernama Alceena untuk menanyakan alamat mansion keluarga Giorgio.

Tapi, saat Cathleen hendak memencet logo telepon, layar ponsel telah dihiasi nama kontak sang kekasih yang menghubunginya. “Bisakah kau membiarkan aku hidup tenang?” gumamnya seraya mengacak-acak rambut seperti orang frustasi.

Pasti Edbert akan selalu berusaha membuat Cathleen kembali ke New York lagi. Dia tak mau itu. Cathleen pun menolak panggilan tersebut dan buru-buru menelepon Alceena supaya sang kekasih tak dapat menghubunginya.

“Ceena?” panggil Cathleen saat sudah diangkat oleh orang yang dihubungi.

“Ya? Ada apa, Cath?”

“Kau tahu alamat mansion keluarga Giorgio?”

“Tahu, memangnya ada apa?”

“Beri tahu padaku, di mana lokasinya?” pinta Cathleen dengan suara yang terdengar mendesak.

“Ada masalah dengan keluarga mereka?”

“Ya, ini sangat penting.”

“Lebih baik kita bicarakan saja, Mama dan Papa ada di sini. Kau ke penthouseku dan kita cari jalan keluar masalahnya sama-sama,” bujuk Alceena yang khawatir dengan sang adik kembar.

“Tidak, aku bisa menyelesaikan sendiri. Kau cukup beri tahu padaku di mana mansion Giorgio.”

“Oke.” Alceena pun memberi tahu alamat yang diminta oleh Cathleen. Sejak dirinya menikah, Cathleen jarang sekali bercerita kalau ada masalah. Dan dia pun tak bisa memaksa juga supaya Cathleen membagi keluh kesah dengannya. Sebab, setiap kali ditanya, pasti jawabannya bisa menyelesaikan sendiri.

“Terima kasih, Ceena. Jika aku butuh bantuanmu, akan ku hubungi,” ucap Cathleen. Dia memberikan kecupan jauh sebelum menutup panggilan.

Cathleen kembali mematikan data supaya tak bisa dihubungi oleh kekasihnya. “Besok aku akan meminta pertanggung jawaban di hadapan Tuan dan Nyonya Giorgio.”

Mata Cathleen melihat penampilan tubuh yang memakai jaket saja. Dia menepuk kain tersebut tepat di bagian dada. “Tuan berhati dingin, aku hanya bisa mengandalkanmu untuk saat ini. Jadi, bantulah aku untuk yang kedua kalinya.”

Baru saja selesai berbicara dengan diri sendiri, kamar Cathleen sudah ada yang mengetuk. “Masuk!” teriaknya.

Orang yang mengetuk pintu pun mendorong kayu bercat putih itu hingga terayun ke dalam dan masuk ke kamar Cathleen.

...*****...

...Ea ... tiati Cath, pasti itu Edbert mau narik paksa kamu ke New York wkwkwk sukurin dah dapet laki yang tidak membiarkanmu hidup bebas dengan tenang *aku senyum jahat*...