Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 6 - Laki-laki Pengganggu
Tia kembali menuju ruang kerjanya. Sebelum mencapai pintu,
dia dihadang oleh beberapa anak buahnya yang selalu kepo/ingin tahu dengan
kehidupan pribadinya.
“Bu, tadi siapa tuh yang nyariin Ibu?” Tanya Tina sambil
cengar-cengir. Tina adalah seorang kasir sekaligus ratu gossip dilingkungan
kerja mereka.
“Iya Bu, tadi siapa tuh yang nyariin Ibu?? Tumben-tumben
banget ada laki-laki yang nyariin Ibu.” Timpal Lia cekikin. Lia adalah customer
service dikantor mereka.
“Apa-apaan sih kalian ini. Dia bukan siapa-siapa. Hanya
abang-abang ojek yang nganterin makan. Nih makanannya.” Tia berusaha menghindar
dari semburan pertanyaan anak buahnya dengan mengacungkan makanan yang
dibawanya.
“Ahh.. yang bener Bu? Kalo beneran abang-abang ojek, kok
lama banget ngobrolnya?? Ciee..ciee.. si Ibu..ihiiiirrr.” Tina dan Lia serempak
menggodanya.
“Terserah kalian lah mau ngomong apa. Capek juga jelasinnya
ke kalian. Yang ada kalian tidak akan percaya apapun yang Aku katakan.” Tia
kabur dari anak buahnya.
Mungkin hal yang wajar kalau anak buahnya selalu ingin tahu
dengan kehidupan pribadinya. Tia baru berumur 27 tahun dan sudah menjadi
penyelia termuda dilingkungan kerjanya. Dia memiliki tubuh yang proporsional,
dengan tinggi badan 160cm, kulit putih dan wajah yang cantik. Tak heran bila
anak buahnya selalu bertanya-tanya akan seperti apa pasangannya. Ekpektasi anak
buahnya terhadapnya sangat besar. Mungkin mereka akan kecewa dan
menggunjingkannya bila tahu dia menikah dengan seorang buruh bangunan. Untuk
menghindari hal itu, Tia lebih memilih menyembunyikan pernikahannya
rapat-rapat.
Tia kembali ke meja kerjanya. Berusaha untuk kembali focus bekerja.
Tapi kemudian dia teringat bahwa dia belum makan siang. Tia melihat bungkusan
dimejanya. Nasi padang pemberian Rizal. Terkadang Tia masih merasa bingung
dengan sikap neneknya. Banyak pertanyaan yang tidak bisa dia temukan
jawabannya. Misalnya, kenapa neneknya menerima lamaran Rizal? Apakah hanya
karena Rizal baik? Apa ada alasan lainnya? Tia sangat penasaran. Lain waktu
dia harus menanyakan pertanyaan ini ke Rizal dan menemukan jawabannya.
Jam menunjukkan pukul lima sore ketika Tia mendapat pesan
whatsapp di handphonenya.
-pulang jam berapa dek? Mas jemput sekarang ya?
*gak usah
-mas jemput sekarang dek, mas siap-siap dulu
*aku bilang gak usah!!
-mas khawatir dek. Adek sekarang menjadi tanggung jawab mas.
Kalau ada apa-apa sama adek, bagaimana mas mempertanggungjawabkannya ke nenek?
Tia berpikir keras. Akhirnya dia pun mengalah
*yaudalah, terserah kamu aja
-mas berangkat dek
*tapi aku belum selesai
-gak apa-apa dek, mas tunggu diluar
*terserah sajalah. Suka-suka kamu mau ngapain juga
Tia meng-end chat percakapannya via wa dan kembali focus bekerja.
Dia harus melaporkan posisi kas di akhir hari dan posisi kasnya sekarang sedang
short (istilah dalam perbankan, kondisi dimana Bank mengalami kekurangan
likuiditas uang kartal yang masih layak edar (ULE) dalam periode tertentu yang
merupakan selisih antara saldo kas Bank yang tersedia untuk setiap pecahan tertentu
dikurangi dengan kebutuhan kas Bank). Dia harus meminta uang ke bank lain atau tarik
di Bank Indonesia.
Tia mengecek posisi likuiditas dan mendapati ada beberapa
bank yang dalam posisi Long (istilah dalam perbankan, kondisi dimana Bank mengalami
kelebihan likuiditas uang kartal yang masih layak edar (ULE) dalam periode
tertentu yang merupakan selisih antara saldo kas Bank yang tersedia untuk
setiap pecahan tertentu dikurangi dengan kebutuhan kas Bank). Tia menghubungi beberapa
bank tersebut dan bersyukurnya mereka bisa memenuhi kebutuhan uangnya jadi dia
tidak perlu melakukan penarikan di Bank Indonesia.
Tia melaporkan semua pekerjaan ke manager operasional yang
tersenyum puas dengan hasil pekerjannya.
“Karena masalah uang Kita sudah teratasi, Kita bisa pulang
cepet neh Tia” Anton berkata sembari menepuk pundak Tia. Anton adalah atasan
langsung Tia. Usianya 30 tahun dan masih single. Dari awal Tia memulai
kariernya di perbankan tersebut, Anton sudah menunjukkan ketertarikan padanya.
Namun karena merasa tidak memiliki perasaan apapun, Tia selalu menghindari
Anton. Dia juga sering merasa risih ketika Anton melakukan kontak fisiknya
padanya, meskipun hanya sekedar menyentuh pundak.
“Bagaimana kalau Kita makan malam di luar? Kamu tidak ada
acara kan?” Tanya Anton memaksa.
“Maaf pak, saya ada janji dengan nenek saya. Beliau meminta
saya untuk menemani check-up rutin…” Anton mendengus, tidak suka dengan alasan
yang diberikan Tia.
“Alasanmu selalu seperti itu Tia. Apa benar-benar tidak ada
kesempatan agar Kita bisa dekat? Kita berdua sama-sama single, umur Kita juga
sudah lebih dari cukup untuk memulai hubungan yang serius. Apanya yang kurang?”
“Maaf pak, saya harus segera pulang. Nenek saya sedang
menunggu.” Tanpa mendengar jawaban Anton, Tia keluar dari ruangan Anton.
Kembali ke ruangannya sendiri untuk mengambil tasnya dan bergegas keluar. Tia
dan Lia sudah pulang. Masih ada beberapa orang dari bagian lain yang belum
pulang.
Tia menuju halaman depan kantornya, dan dia sedikit merasa
senang ketika melihat sudah ada seseorang yang menunggunya disana.