NovelToon NovelToon
Reany

Reany

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Aerishh Taher

Selama tujuh tahun, Reani mencintai Juna dalam diam...meski mereka sebenarnya sudah menikah.


Hubungan mereka disembunyikan rapi, seolah keberadaannya harus menjadi rahasia memalukan di mata dunia Juna.

Namun malam itu, di pesta ulang tahun Juna yang megah, Reani menyaksikan sesuatu yang mematahkan seluruh harapannya. Di panggung utama, di bawah cahaya gemerlap dan sorak tamu undangan, Juna berdiri dengan senyum yang paling tulus....untuk wanita lain.

Renata...
Cinta pertamanya juna
Dan di hadapan semua orang, Juna memperlakukan Renata seolah dialah satu-satunya yang layak berdiri di sampingnya.

Reani hanya bisa berdiri di antara keramaian, menyembunyikan air mata di balik senyum yang hancur.


Saat lampu pesta berkelip, ia membuat keputusan paling berani dalam hidupnya.

memutuskan tidak mencintai Juna lagi dan pergi.

Tapi siapa sangka, kepergiannya justru menjadi awal dari penyesalan panjang Juna... Bagaimana kelanjutan kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aerishh Taher, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 : Reany

Berita itu meledak lebih cepat daripada api yang menyambar bensin.

Hanya butuh tiga puluh menit setelah Reani keluar dari apartemen, video live tadi—yang seharusnya hanya disaksikan ratusan orang—berubah menjadi potongan video berdurasi beberapa menit dan tersebar ke seluruh internet.

Ada versi blur, ada versi dengan subtitle yang dibuat netizen sok pahlawan moral, ada pula versi editan dramatis dengan musik sedih yang membuat situasinya tampak seperti sinetron murahan.

Judul-judul artikel mulai bermunculan:

“CEO Ternama Tertangkap LIVE Berselingkuh Dengan Selebgram!”

“Istri Sahnya Sempat Tewas Hati di Tempat?”

“Reani Wijaya, Korban Atau Dalang? Netizen Berdebat!”

Komentar-komentar ganas membanjiri media sosial.

Nama Juna dan Renata menjadi trending.

Sementara itu, di apartemen yang kini berantakan oleh sisa amarah dan kebodohan, Juna baru saja mengenakan kaus ketika suara dering keras membuatnya mengerutkan kening.

Ponselnya tergeletak di lantai kamar—masih bergetar, masih menyala, pesan masuk tak henti-henti.

Dan di layar, tertera satu nama yang membuat wajah Juna mendadak pucat.

Mama is calling…

Juna menelan ludah. Tangannya gemetar ketika ia menggeser tombol hijau.

“H-Halo—”

Sebuah bentakan langsung memecah gendang telinganya.

“JUNAAAAA!! APA YANG KAU LAKUKAN?!!! BISA-BISANYA VIDEO MESUM KAMU TERSEBAR!!!”

Juna spontan menjauhkan ponsel dari telinganya. “Ma—Ma, tolong… pelan—”

“KAU MEMALUKAN KELUARGA!! AYAHMU MASUK RUMAH SAKIT KARENA KELAKUANMU! PULANG!! SEKARANG!!!”

Nafas Juna tercekat.

“A-Apa? A—Ayah masuk rumah sakit?”

“PULANG, JUNA! SEBELUM KAU BUAT KAMI MATI MALU SEKAMPUNG!”

Tut.

Telepon terputus begitu saja.

Juna berdiri mematung. Suaranya terasa hilang—kosong seperti ruangan yang baru saja ditinggalkan badai.

Ia mengusap wajahnya, meraih napas berat, lalu mulai mengambil jaket dan dompet.

---

Renata muncul di pintu kamar, tubuhnya sudah dibalut dress tipis warna pastel—wajahnya masih sedikit memerah karena tamparan Reani, tapi ia berusaha tersenyum manis.

“Sayang… mau ke mana? Aku kira kita masih mau—”

“Pulang.” suara Juna pendek, datar. “Ayahku masuk rumah sakit.”

Renata membeku sejenak. Jemarinya mencengkeram gagang pintu.

“K-Kenapa? Serangan jantung?”

“Aku nggak tahu.” Juna memasukkan barang ke koper dengan gerakan terburu-buru. “Mama cuma bilang aku harus pulang. Sekarang.”

Renata mendekat ragu-ragu.

“Aku… gimana?”

Juna berhenti mengemas. Tatapannya menoleh sekilas ke arah Renata—sekilas, dingin, dan penuh tekanan.

“Kamu mau ikut?”

Pupil mata Renata melebar.

Ada kilatan harapan yang langsung melompat dari lubuk hatinya.

“B-Boleh?”

Juna kembali ke kopernya. “Iya. Sekalian kamu pesenin tiket pesawat.”

Renata tersenyum kecil. Senyum yang dipaksakan agar terlihat anggun, meski dalam hatinya sudah menari.

“Oke, sayang…”

Ia mulai mengetik di ponselnya.

Tak ada satu pun dari mereka sadar bahwa dunia luar sedang menunggu mereka… seperti kawanan serigala yang mencium bau darah.

Renata membayangkan akan bertemu keluarga Juna dengan status “calon istri”.

Yang ia tidak tahu…

adalah bahwa yang menunggu di sana bukan sambutan.

Melainkan pengadilan keluarga.

Dengan dirinya sebagai terdakwa utama.

Dan nasib Juna?

Lebih buruk dari itu.

Karena ketika seorang lelaki menghancurkan hatinya sendiri, dunia akan menghancurkannya kembali… dua kali lipat.

Sementara dunia luar sedang terbakar…

Reani justru duduk tenang di dalam mobil sportnya, menggoyang-goyangkan tumit, seolah ia baru saja selesai belanja baju, bukan menghancurkan reputasi dua manusia.

Dan ketika lampu merah menahannya di persimpangan, perutnya menggeram lagi.

“Tsk… aku bisa hancurkan hidup mereka sampai akar-akarnya…” gumamnya pelan. “Tapi tubuhku malah minta makan? Menyebalkan.”

Ia membelokkan mobil ke sebuah restoran yang hanya melayani tamu-tamu berdompet tebal.

Kaca restoran reflektif memantulkan wajahnya—masih rapi, masih cantik.

Reani tersenyum kecil pada bayangannya.

“Kerja bagus, Reani.”

Ia masuk ke restoran itu seperti badai yang menyamar menjadi angin malam—tenang, tapi penuh ancaman.

“Ruang VVIP,” ucapnya datar.

Pelayan langsung mengangguk dan mempersilakan masuk tanpa banyak tanya. Siapa yang berani menolak putri keluarga Wijaya setelah wajahnya mendominasi seluruh platform media?

Makanan belum datang ketika ponsel Reani bergetar keras di meja.

Nomor asing.

Ia mengabaikannya.

Suara getar berhenti.

Satu detik.

Lalu menyala lagi.

Dan lagi.

Dan lagi.

Tepat ketika kesabarannya hampir putus, ia meraih ponsel itu dan mengangkat tanpa menahan nada marahnya.

“Halo!”

Hening sejenak, lalu suara berat dan sopan mengalir di telinganya.

“Halo, Nona Rea?”

Reani mengerjap. Itu nama yang hanya disebut oleh keluarga dan para pelayan senior.

“Ya. Siapa ini?”

“Ini saya, Stef.”

Jantung Reani seperti berhenti satu detik.

Kepala Pelayan Utama keluarga Wijaya tidak pernah menelpon sembarangan.

“Nona… Tuan meminta Anda pulang. Sekarang.

Ke rumah utama.”

Reani menegakkan punggungnya, napasnya berubah perlahan.

“…Ada apa?”

Meski bertanya, sebenarnya ia tidak butuh jawaban.

Stef menahan napas, terdengar jelas dari jarak jauh. “Tuan hanya menyuruh… Anda pulang segera.”

Reani mengusap rahangnya, menyembunyikan gelombang kecil panik yang muncul di dadanya.

“Baik. Bilang aku pulang… besok.”

Stef tidak menawar. “Baik, Nona. Akan saya sampaikan.”

Reani menutup telepon tanpa basa-basi.

Sunyi kembali.

Ia mematikan ponsel sepenuhnya, lalu meletakkannya di samping piring kosong.

“Papa pasti sudah lihat…” Ia menyandarkan kepala ke kursi sofa. “Atau sudah dengar.”

Ia menutup mata.

Satu detik.

Dua detik.

Lalu ia menegakkan tubuhnya lagi.

“Ya sudahlah. Mau marah—marah saja. Kan bukan aku yang selingkuh.” Bahunya terangkat santai. “Besok saja kupikirkan. Sekarang aku lapar.”

Tepat saat itu, pintu diketuk.

Pelayan masuk dengan troli penuh hidangan wangi, asap panas masih mengepul dari daging panggang yang dipotong baru sepersekian menit lalu.

Aroma itu menampar kesadarannya jauh lebih kuat daripada telepon Stef.

Reani tersenyum—senyum asli, bukan senyum penuh dendam.

“Nah… ini baru hidup.”

Ia mengambil garpunya, menusuk potongan steak yang masih berkilau mentega panas.

Di luar sana, dunia sedang terbelah.

Nama-nama sedang dijadikan bahan olok-olok publik.

Reputasi sedang dibantai oleh jutaan jari netizen.

Tapi di dalam ruangan itu?

Reani makan dengan tenang.

Karena baginya…

Masalah besar tidak pernah lebih penting daripada makanan enak dan perut kenyang.

bersambung.....

1
Noor hidayati
wah saingan juna ga kaleng kaleng
Noor hidayati
ayahnya juna tinggal diluar kota kan,waktu ayahnya meninggal juna balik kampung,ibunya juna itu tinggal dikampung juga atau dikota sama dengan juna,ibunya juna kok bisa ikut campur tentang perusahaan dan gayanya bak sosialita,aku kira ibunya juna tinggal dikampung dan hidup bersahaja
drpiupou: balik Lampung bukan kampung beneran kak, maksudnya kita kecil gitu.
ibunya Juna itu sok kaya kak 🤣
total 1 replies
Noor hidayati
mereka berdua,juna dan renata belum mendapatkan syok terapi,mungkin kalau juna sudah tahu reani anak konglomerat dia akan berbalik mengejar reani dan meninggalkan renata
drpiupou: bener kak
total 1 replies
Noor hidayati
lanjuuuuuuuut
Aulia
rekomended
drpiupou
🌹🕊️🕊️👍👍👍👍
Noor hidayati
apa rambut yang sudah disanggul bisa disibak kan thor🙏🙏
drpiupou: makasih reader, udah diperbaiki/Smile/
total 2 replies
Noor hidayati
juna berarti ga kenal keluarga reani
drpiupou: bener kak, nanti akan ada di eps selanjutnya.
total 2 replies
Noor hidayati
definisi orang tidak tahu diri banget,ditolong malah menggigit orang yang menolongnya,juna dan renata siap siap saja kehancuran sudah didepan mata
Noor hidayati
lanjuuuuuuut
Noor hidayati
kok belum up juga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!