Karena sering dibuli teman kampus hanya karena kutu buku dan berkaca mata tebal, Shindy memilih menyendiri dan menjalin cinta Online dengan seorang pria yang bernama Ivan di Facebook.
Karena sudah saling cinta, Ivan mengajak Shindy menikah. Tentu saja Shindy menerima lamaran Ivan. Namun, tidak Shindy sangka bahwa Ivan adalah Arkana Ivander teman satu kelas yang paling sering membuli. Pria tampan teman Shindy itu putra pengusaha kaya raya yang ditakuti di kampus swasta ternama itu.
"Jadi pria itu kamu?!"
"Iya, karena orang tua saya sudah terlanjur setuju, kamu harus tetap menjadi istri saya!"
Padahal tanpa Shindy tahu, dosen yang merangkap sebagai Ceo di salah satu perusahaan terkenal yang bernama Arya Wiguna pun mencintainya.
"Apakah Shindy akan membatalkan pernikahannya dengan Ivan? Atau memilih Arya sang dosen? Kita ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Arkan lompat dari tempat tidur, meraup wajahnya yang basah. Masih setengah bermimpi ia mengedarkan pandanganya ke seluruh kamar. "Rupanya aku bermimpi. Sial!" Umpatnya sembari kembali ke kasur hendak melanjutkan tidur, tapi ketika tangannya merasa kasur, sedikit basah.
"Basah, ini pasti ulah si cupu, awas kamu!" ucapnya dengan nada mengancam tetapi sudah tidak ada tersangka di tempat itu.
Arkan pindah ke kasur yang tidak basah, kemudian merebahkan tubuhnya.
Kriiing... Kriiing.
Alarm handphone berbunyi, Arkan baru ingat jika pagi ini sudah waktunya ke kampus setelah tiga hari izin. Arkan melempar selimut yang baru ia pasang di tubuh, bergegas mandi.
Setelah berpakaian rapi, menyemprot bajunya dengan minyak wangi, lanjut menyisir rambut. Kemudian menyiapkan perlengkapan yang akan ia bawa ke kampus pagi ini. "Jadi si Cupu benar-benar melawan aku?" Arkan marah karena Shindy tidak mengerjakan tugasnya.
Dia pasang ransel di badan lalu meninggalkan kamar. Ketika sedang menuruni anak tangga menatap Shindy yang tengah menata sarapan pagi. Arkan rasanya ingin memaki-maki tapi tidak mungkin, karena di meja makan sudah ada papa dan mama.
"Pulang kuliah nanti kamu ke kantor Ar" Alexander sengaja mengadakan rapat jam tiga sore menyesuaikan jadwal kuliah Arkan agar bisa ikut.
"Iya Pa" Arkan hanya meneguk air putih saja, karena sudah biasa sarapan di kantin kampus.
Shindy hanya menatap bingung, Arkan menurutnya aneh-aneh saja. Di meja sudah disediakan makanan banyak tapi memilih jajan.
"Ingat Ar, Papa memberi kamu uang jajan hanya sampai akhir bulan" Alex memberi peringatan, jika tidak mulai bekerja hari ini, awal bulan depan Arkan tidak akan mempunyai simpanan.
"Iya Papa..." Arkan sebenarnya kesal, baru menikah tiga hari papanya banyak aturan. Ia melirik Shindy yang sedang sarapan. Dalam hatinya menyalahkan Shindy membawa sial.
Sarapan pun selesai, Shindy membantu bibi membereskan piring. "Bi, misalnya saya membawa bekal, kira-kira Mama boleh tidak?" Shindy sudah sejak kemarin ingin bertanya tetapi tidak punya keberanian.
"Kenapa tidak boleh Non" bibi ambil tempat bekal hendak menyiapkan untuk Shindy.
"Jadi tidak apa-apa ya, biar saya saja Bi" Shindy tidak enak dilayani seperti itu.
"Masalah makanan mah di rumah ini sama art saja bebas, apa lagi sama Non Alta" bibi memasukkan nasi ke dalam wadah, lebih banyak memang, karena bibi pikir Shindy makan bersama Arkan.
Shindy mengucapkan terima kasih kepada bibi lalu keluar rumah. Hendak pamit mertua tetapi di meja makan sudah kosong.
Motor pria menunggu di halaman, di atasnya sudah nangkring sang pemilik. Shindy melewati Arkan begitu saja karena hendak memesan ojek.
"Woi, mau kemana kamu?" Arkan kesal, padahal dia sengaja menunggu Shindy, tetapi yang ditunggu tidak merasa.
"Saya boncengan sama kamu? Oh tidak..." Shindy takut di jalan nanti akan dibuang Arkan.
Arkan menjalankan motornya lalu berhenti di pinggir Shindy. "Kamu tidak mau saya bonceng? Janjian sama siapa kamu?" Mata Arkan memicingkan curiga.
"Jangan ngarang" Shindy melengos.
"Mau bonceng tidak, saya hitung sampai tiga, jika tidak segera naik aku akan panggil Mama. Satu... dua... tiga... Ma..." Arkan diam ketika kedua tangan Sindy membungkam mulutnya dari belakang.
"Awas ya, jika di jalan nanti berani macam-macam" Shindy mengancam sebelum Arkan membalas dendam karena ia bangunkan dengan air.
"Cepat naik" Ketus Arkan.
Dengan ragu-ragu Shindy naik ke atas motor, ia tahu siapa Arkan yang suka kejam kepadanya.
Ngeeennng...
"Astagfirullah... jangan ngebut Arkaaaann..." Shindy memekik ketika motor melaju kencang.
Di tempat yang sepi Arkan menghentikan motornya, lalu menyusul Shindy turun. Tatapan matanya yang setajam silet membuat Shindy menarik kakinya ke belakang. Namun, tetap saja Arkan mampu mencekal lengan Shindy.
"Lepas Ar, mau apa kamu?" Shindy menarik wajahnya mundur ketika bibir Arkan nyaris nempel ke bibir Shindy seperti hendak mencium.
"Heemmm... saya akan membasahi wajahmu dengan ludah, supaya imbang dengan perbuatan kamu tadi pagi" Arkan tidak main-main lalu menyergap bibir Shindy. Namun, tiba-tiba Arkan berteriak bersamaan melepas bibir Shindy karena merasakan bibirnya yang perih digigit istrinya.
Arkan menunduk meludah ke tanah karena merasakan anyir darah, ketika mengangkat kepala Shindy sudah berlari menjauh.
Entah bagaimana caranya Shindy bisa tiba di kampus lebih dulu, tapi ketika Arkan masuk kelas, Shindy sudah ngobrol dengan Dila sahabatnya.
Arkan lewat di sebelah mereka tanpa berkata-kata meletakkan ransel di meja paling belakang seperti biasa.
"Tumben, Arkan nggak mengolok-olok kamu Shy? Apa Dia tahu kalau kamu sudah menikah?" Dila kaget dengan perubahan Arkan.
"Nggak tahu Kak" Shindy menjawab.
Tidak lama kemudian pak Gun masuk, setelah mengucap salam lalu minta tugas yang ia berikan agar dikumpulkan. Tentu saja menyuruh Shindy sebagai asisten.
Shindy ambil tugasnya lebih dulu kemudian berkeliling dari meja ke meja mengumpulkan milik teman-teman.
Di meja yang lain, dua orang tengah berbisik-bisik. "Bukannya gua sudah memberi tahu loe Ar, tapi kenapa loe tidak mengerjakan tugas?"
"Lagi malas gue" Arkan kesal melirik Shindy yang sudah hampir mendekati tempat duduknya.
Shindy yang sudah tahu jika Arkan tidak membuat tugas, ia tidak berkata-kata lalu ambil tugas milik Marsel. Shindy membopong tumpukkan kertas tersebut ke meja pak Gun.
"Terima kasih" ucap pak Gun.
"Sama-sama Pak" Shindy kembali ke tempat duduknya lalu mengikuti pelajaran seperti biasa.
"Arkan?" Panggil pak Gun memecah keheningan kelas.
"Saya Pak" Arkan maju, pura-pura tidak tahu kesalahan apa yang ia buat. Ia memang selalu ngeles jika pak Gun tanya, membuat dosen dan mahasiswa itu sedikit berdebat.
Shindy menarik napas panjang, ada juga rasa kasihan mendengar Arkan dimarahi pak Gun karena tidak menjalankan tugas, tapi Shindy harus tega agar Arkan belajar untuk bertanggung jawab.
"Sebagai hukuman, kamu harus mengerjakan tugas tidak boleh lebih dari satu jam" pak Gun sudah dibuat emosi berkali-kali oleh Arkan.
Tidak membantah lagi karena malu dengan teman-teman, Arkan pun menuju ruang multimedia dengan perasaan kesal.
Siang harinya ketika semua Siswa ke kantin termasuk Dila, Shindy memilih membuka bekal lalu makan di kelas. Ia tatap bekal yang begitu banyak, Shindy seketika ingat Arkan, tapi tidak mungkin ia mengajaknya makan. Bisa-bisa pria itu ngamuk karena Arkan sudah pesan agar Shindy tidak memberi tahu teman-teman bahwa mereka sudah menikah.
"Shindy... kamu membawa bekal apa?" Pak Gun mengejutkan Shindy.
"Banyak, mari makan siang Pak" Shindy basa basi.
"Waah... bekal kamu banyak juga, boleh saya mencicipi?" Pak Gun duduk di kursi Dila yang sudah kosong.
"Silakan Pak" Shindy ambil tutup bekal, memisahkan separuh untuk dirinya, lalu setengahnya untuk Wiguna.
Mereka makan bersama, tanpa Shindy sadari pak dosen sering kali mencuri pandang kepadanya.
Di luar, seorang pria kembali ke kelas karena hari ini tidak selera makan di kantin. "Cupu kan tadi membawa bekal banyak" gumamnya percaya diri. Namun, begitu satu kaki memijak lantai kelas, menariknya kembali. Sebab, di dalam sana, pak Gun menatap Shindy penuh kekaguman.
...~Bersambung~...
...~Bersambung~...
laah dia nekaad, kenapa nda di kasih KOid ajaa siiih