SEPENGAL CERITA

Argha sudah siap dengan jaket kulit hitam nya menuruni anak tangga satu persatu. Di sana terlihat kedua orang tuanya yang sedang menikmati makan malam bersama dengan rekan kerja mereka, kedatangan Argha membuat mata mereka tertuju pada nya.

" Oh, ini Zikry kan?. " Ucap seorang wanita menatap Argha dengan senyuman manis di wajahnya.

" Diana, dia Argha bukan Zikry. Argha beri salam pada tante Diana dan om surya, mereka ini rekan bisnis papa dan mama. " Ucap zakir Fernandez kepada putra yang hanya diam tanpa berminat melakukan apa yang dia minta. Sedangkan di sisi lain Natasya menatap sinis Argha yang selalu bersikap angkuh dan sesuka nya itu.

" Sudah lah Diana, Surya sebaiknya kalian melanjutkan makan malam kita dan kita bisa segera membahas tentang bisnis kita dan kerja sama beberapa rumah sakit dan perusahaan kira. " Ucap Natasya membuat mereka menatapnya dengan senyuman kikuk. Diana tahu betul apa yang sedang di lakukan oleh Natasya, itu adalah bentuk ketidak sukaanya pada sisi lain putra nya.

Dulu Diana adalah dokter pribadi Argha sebelum dia pergi ke kota Y untuk melanjutkan tugas orang tuanya di rumah mereka, dia harus meninggalkan Argha dan Zikry yang sudah terbiasa dengan tangganya. Diana mendengar sudah banyak dokter yang datang namun tidak membuahkan hasil untuk dirinya.

" Dokter Diana, saya permisi. " Argha melenggang pergi meninggalkan mereka semua. Zakir begitu ingin menegurnya namun dia urungkan mengingat tidak enak pada tamu mereka malam itu.

" Ah, ayo silakan di nikmati kembali makan malam nya. Maaf atas ketidaknyamanannya itu Diana, kamu tahu jadi saya dan Natasya tidak perlu menceritakan nya kembali. " Zikry menatap Diana sekilas.

" Tidak masalah, emz Zikry aku akan kembali seperti Argha belum pergi. " Diana berpamitan untuk menyusul langkah Argha yang masih berada di garasi mobil mengambil motornya.

Diana sedikit berlari melihat Argha yang sudah mengenakan helm nya itu.

" Argha... " Seru Diana membuat Argha berbalik melihat nya. Menatap dokter yang dulu sering menemui nya mengajaknya mengobrol tentang banyak hal. Argha melepaskan helmnya melihat kedatangan Diana.

" Argha kamu masih ingat saya, kamu sudah besar sekarang?. " Diana menatap Argha dari bawa ke atas melihat betapa tinggi dan tampangnya anak itu sekarang, meski dengan wajah dingin dan datar.

" Dokter Diana sudah lama kita bertemu, terkahir melihat anda saat usiaku 10 tahun bukan?. " Diana tersenyum tatapan tajam nya tidak pernah berubah, dulu Diana lebih sering menghabiskan waktu mengobrol dan bercanda dengan Argha dari pada Zikry yang penuh kasih sayang.

" Kamu masih sama seperti dulu Argha, sekarang tinggal mu jauh melebihi tante. Tante tidak mengira jika kamu bisa bertahan selama ini... " Argha terkekeh datar melihat Diana.

" Iyaa, semua orang tidak pernah ada yang menginginkan ku bukan termasuk dirimu dokter Diana. Dulu kamu berusaha melenyapkan ku bukan?. " Tatapan Argha semakin tajam membuat Diana sedikit takut, wanita itu menggeleng berusaha menggelak apa yang di katakan Argha.

" Aku tidak bermaksud melenyapkan siapa pun Argha, tapi kalian seharusnya memang tidak bisa bersatu. Kamu itu tidak nyata Argha dan aku hanya ingin membantu mu saja. " Diana memegang lengan Argha agar pemuda Itu mendengar kan apa yang dia katakan.

Argha menghempaskan tangan Diana kemudian kembali memakai helm nya, menatap sekilas Diana yang sedikit menjauh kemudian pergi meninggalkan wanita itu yang masih menatapnya.

" Kenapa dia semakin kuat, bahkan Zikry saja belum bisa mengendalikan emosinya terhadap Argha. " Gumam Diana kemudian berlalu kembali masuk kedalam rumah.

***

Argha menebus gelap nya malam menuju tempat di mana teman teman nya sudah menunggu nya sedari tadi dengan harapan cemas.

Di kediaman Felicia

Felicia menatap jaket OSIS berwarna merah yang di berikan oleh Argha waktu dia di bully oleh Camelia di sekolah. Jaket dengan bauk khas maskulin yang begitu nyaman di penciuman nya, gadis itu tersenyum malu malu mengingat kejadian itu, meskipun dia sendiri masih kesal atas pembullian terhadap dirinya.

" Usah lah, besok aku akan balikin lagi aja sama kak Argha jaketnya. Dari bikin aku kesemsem terus. " Gumam Felicia yang tak henti tersenyum malu.

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu membuat Felicia terbangun dan menyembunyikan jaket Argha di dalam selimut tebal nya.

" Iya, masuk. " Felicia tau jika itu adalah ayahnya yang akan melihat keadaan sebelum tidur. Miko masuk kedalam kamar putri nya itu dengan memasukkan separuh wajahnya melihat ke arah Felicia.

" Apa papa menganggu mu?. " Gumam Miko. Felicia menggeleng melihat tingkah miko, tawa kecil terdengar dari mereka berdua. Ikatan darah dan hubungan yang sangat baik antara ayah dan anak gadis nya.

Miko mengusap pelan kepala Felicia dan mengecup ujung kepala gadis itu dengan lembut, dia sendiri bingung apa yang membuat istri bisa berubah dan tidak ingin berurusan dengan anak tunggal mereka itu.

Meski sibuk Miiko sesekali menghubungi Felicia bertanya tentang hari hari nya atau hanya sekedar mengingatkan agar gadis itu tidak lupa makan, dia sendiri memang menyadari beberapa tahun ini lebih sering berada di luar sejak istrinya berubah rumah tak sehangat dulu lagi.

" Jadi bagaimana sekolah mu, apa menyenangkan atau ada yang tidak baik terhadap mu?. Papa sedikit kecewa kenapa kamu tidak naik mobil yang papa siapkan hemz?. " Felicia menatap mata Miko yang nampak lelah itu, dia benar benar merindukan kehangatan keluarga nya lagi. mereka kini sudah terlalu jauh bahkan untuk duduk makan bersama saja rasanya begitu sulit.

" Semua baik baik aja kok pa, Felicia lebih suka naik sepeda dari pada mobil. Felicia lebih suka di anggap orang biasa dan memiliki teman teman baru yang tidak hanya ingin berteman karena Felicia kaya tau karna Felicia sama seperti mereka. Felicia suka di sekolah itu semua nya baik, Felicia punya teman teman baru dan teman lama Felicia tentu nya.. " Ucap gadis itu panjang lebar dengan antusias bercerita kepala Miko yang senang hati mendengar kan nya.

" Bagus lah jika semua sesuatu dengan ke inginan mu sayang, jika ada yang menyakitkan mu ingat katakan langsung pada papa. Dan jika kamu memerlukan sesuatu kamu langsung bilang papa juga atau uang bulanan mu habis semua nya kamu harus bilang sama papa ok. " Sekali lagi Miko mengecup pucuk kepala Felicia dengan penuh kasih sayang. Namun dia tidak sadar jika yang di butuhkan Felicia bukan hanya materi uang yang banyak tapi kasih sayang yang kini telah hilang dari mereka sebagai orang tua nya.

" Papa gak perlu khawatir tentang Felicia, semua baik baik aja kok pa. Selain hati Felicia yang sedikit goyah sekarang ha.. ha. ha.. Felicia ngantuk pa, Felicia mau tidur. " Ucap Felicia menyembunyikan wajahnya di bantal karna air mata hendak turun begitu saja.

Miko merasa sedih melihat putri yang begitu merindukan keluarga hangat mereka seperti dulu.

" Selamat makan Felicia, mimpi indah untuk tuan putri papa. " Miko pergi mematikan lampu dan keluar dari kamar Felicia. Tangis gadis itu pecah begitu saja, bantal yang tadinya kering kini benar-benar basah oleh air matanya.

Isakan tertahan Felicia benar benar menggambar kan rasa sakit yang gadis itu sedang rasakan.