NovelToon NovelToon
Gara-Gara COD Cek Dulu

Gara-Gara COD Cek Dulu

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:973
Nilai: 5
Nama Author: Basarili Kadin

Berawal dari pembelian paket COD cek dulu, Imel seorang guru honorer bertemu dengan kurir yang bernama Alva.
Setiap kali pesan, kurir yang mengantar paketnya selalu Alva bukan yang lain, hari demi hari berlalu Imel selalu kebingungan dalam mengambil langkah ditambah tetangga mulai berisik di telinga Imel karena seringnya pesan paket dan sang kurir yang selalu disuruh masuk dulu ke kosan karena permintaan Imel. Namun, tetangga menyangka lain.

Lalu bagaimana perjalanan kisah Imel dan Alva?
Berlanjut sampai dekat dan menikah atau hanya sebatas pelanggan dan pengantar?

Hi hi, ikuti aja kisahnya biar ga penasaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Basarili Kadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumit

Hari mulai gelap, tetapi bukan karena mendekati malam melainkan karena awan yang ingin meluapkan tangisannya. Rasanya aku juga ingin menangis, tetapi di jalan yang lalu lalang seperti ini, aku malu.

Sekarang sudah jam empat sore, tetapi aku masih belum sampai rumah karena baru pulang dari sekolah. Aku sudah membayangkan kasur yang empuk, badan yang segar dan aku pun tidur, tetapi nyatanya aku masih tetap berjalan dengan pikiran yang terus berisik mengganggu ketenanganku. Di sepanjang jalan aku hanya melamun saja, sepuluh menit sambil berjalan menuju rumah pun, lamunan sudah mulai banyak untuk direkam menjadi sebuah film.

Rintik hujan sudah mulai turun, tetapi aku memelankan jalanku. Aku tahu perjalanan dari sekolah sampai rumah itu sebentar, tetapi aku ingin berjalan sangat lambat untuk merasakan dan menyaksikan rintik hujan menyentuh kulitku.

Aku tersenyum, tetapi mataku juga mengembun. Aku menatap langit-langit, sepertinya ia juga merasakan apa yang aku rasakan, bahkan mungkin ia yang paling tahu karena seringnya aku bercerita sambil menatapnya.

Aku tidak sehat ketika hujan, tetapi jika hanya sebatas rintikan aku selalu ingin bersamanya meski aku tahu resikonya meski sekecil apa pun penyebabnya.

***

Malam ini, aku mengunci pintu rapat-rapat, hujan di luar makin deras seperti ingin menyerang. Aku berbaring di kasur seraya menutupkan selimut yang tebal mengurung seluruh tubuhku, aku menyamping dan membiarkan bantal di atas telingaku, tak terasa aku pun menangis.

Ini aku dengan segala kekuranganku, aku takut dengan hujan, bahkan tubuhku pun tidak kuat menahan derasnya hujan, aku hanya suka hujan yang kecil dan tenang.

Ponselku berdering, tetapi aku tidak bisa mengambilnya selama hujan ini belum reda. Sebenarnya ini belum terlalu malam melainkan masih jam tujuh. Niat hati ingin tidur setelah pulang sekolah nyatanya aku malah disibukkan dengan berbagai urusan pekerjaan lain.

Hujan sudah mulai reda dan ternyata aku ketiduran karena sekarang sudah jam setengah sembilan, aku mengecek ponsel untuk melihat panggilan dan pesan dari siapa.

Lima panggilan tidak terjawab dari orang tua dan puluhan pesan dari ....

Aku membuka pesan dari nomor tidak dikenal.

"Halo, Bu. Aku Gian."

Sudah ketebak, pasti akan menghubungiku malam ini. Aku biarkan dan cukup membaca saja.

Aku membuka pesan yang lain.

"Teh, gimana kabarnya?"

"Teh, kenapa gak balas pesan saya?"

"Teh, kenapa?"

"Teh, maaf ya jika ada yang salah soal pesan saya kemarin."

"Maaf juga jika pesan saya malah mengganggu."

Lima pesan kubaca dan itu dari Alva—kurir TNT dari marketplace Happy si warna orange.

"Tidak apa-apa. Saya cuma cape aja. Soal kemarin, tidak apa-apa."

"Jangan panggil teh terus atuh ga enak, saya belum sedewasa itu."

Aku membalasnya dengan dua pesan.

Lanjut membaca pesan yang lain yang mana dari orang tuaku.

"Nya budek atuh, ditelpon gak diangkat-angkat, susah, ga bisa dibutuhin saat orang tua butuh."

He he, begitulah jika pesan atau panggilan lambat kubalas atau lambat kuangkat. Suka ngomel-ngomel dan mengumpat, tidak munafik kadang aku menangis menerima pesan seperti itu dan aku pun sudah terbiasa.

"Tadi hujan, Imelnya tidur."

Aku membalasnya tanpa membuat alasan apa pun, karena beralasan pun percuma. Nanti juga kalian akan tahu alasannya bagaimana.

Sayangnya pesan yang aku kirim ke papa ceklis satu, mungkin sudah kehabisan kuota atau sudah tidur.

Besok pagi sajalah aku tanya kembali, mungkin butuh uang atau hal yang lain.

"Bu, maaf jika pagi tadi saya banyak bertanya." Pak Ardi mengirim pesan, aku langsung membalasnya "Tidak apa-apa, Pak. Maaf juga saya terlalu ketus tadi pagi."

Bersamaan dengan membaca pesan-pesan itu, aku mendapatkan panggilan dari ponsel yang lain.

"Halo, ada apa?" tanyaku.

"Halo Bu, maaf mengganggu waktunya, saya ingin infokan bahwa produksi pakaian sudah banyak bahkan penjualan mencapai ribuan pcs, tetapi penghasilannya tidak sesuai dengan yang ditentukan, bahkan banyak yang kurang. Dan saya juga tidak tahu penyebabnya apa, sekarang produksi dikurangi," jelas karyawanku yang bernama Dio.

Kepalaku seketika pening dan dadaku berdebar tidak karuan, aku mengandalkan orang lain baru sekitar dua bulan, itung-itung persiapan untuk aku fokus mewujudkan impian. Aku tidak buru-buru suudzon, mungkin saja ada kesalahan dalam menghitung atau hal lain. Jujur saja aku pusing jika dihadapkan dengan hal yang begini, karena aku juga tidak tahu harus percaya dengan siapa.

"Kenapa itu bisa terjadi? Kurang teliti menghitung atau ada yang boros dalam pembelian? Tapi kan kalau soal bahan yang harus dibeli itu ditentukan saya," ujarku.

"Saya kurang tahu, Bu. Saya hanya kasihan saja sama ibunya makanya saya telpon malam-malam begini, karena jujur saja ada yang berubah sejak dipegang oleh teman ibu itu."

Ya Tuhan, aku bingung harus bagaimana lagi. Apa mungkin sahabatku sejahat itu? Mungkin ada campur tangan orang lain lagi atau bagaimana? Rasanya aku tidak percaya.

"Baik, biar ini menjadi urusan saya. Minggu depan saya akan berkunjung ke sana."

"Baik, Bu. Terima kasih."

"Iya."

Aku langsung menutup teleponnya, baru saja aku tadi semangat untuk mengembangkan bisnis yang lain, seketika aku dibuat bimbang dan linglung oleh yang lain. Ini membuat aku jadi tidak percaya juga ke orang lain yang memegang posisi di tempat lain juga.

Jujur saja aku takut hal yang pernah terjadi sebelumnya terjadi lagi, dalam kasus seperti ini, selalu aku yang harus mengganti rugi padahal bukan aku yang menikmati hasil lebihnya. Orang lain mana lagi sih yang harus aku percaya? Atau memang aku tidak cocok dalam berbisnis?

Seketika itu aku teringat ke Iwan yang ditugaskan untuk memegang toko, aku menelponnya.

"Halo, Wan. Ganggu gak?" tanyaku langsung ketika dia mengangkat panggilanku.

"Engga, kenapa Mel?"

"Wan, penjualan aman gak?"

"Aman. Kasir juga setorannya aman. Aku selalu cek tiap hari, dan semuanya aman. Kenapa emangnya?" Dia balik bertanya.

"Enggak, syukurlah kalau aman."

Aku langsung menutupnya lagi, berarti yang salah adalah di ruang produksinya? Di tempat konveksi?

Apa mungkin ada yang diedarkan ke tempat lain tanpa sepengetahuanku?

Oh Tuhan, aku ingin bahagia tanpa banyak beban di kepalaku.

Dring

Alva membalas pesanku lagi.

"Aku nyaman manggil kamu "Teh" dulu, soalnya pas manggil Imel rasanya aneh."

"Bisa gitu, ya hihi," balasku diikuti emoji nyengir.

"Iya, maaf banget ya soal kemarin. Gak bermaksud membuat gak nyaman atau ilfeel," balasnya lagi.

"Iya sudah gapapa."

"Anyway apa kamu punya seseorang, I mean pacar?" tanyanya.

"Engga ada, aku pusing kalau harus pacaran."

"Gitu, ya?"

"Iya."

"Boleh nelpon gak?"

"Silakan."

Sesaat setelah aku mengizinkan dia untuk menelpon, dia langsung menelponku.

"Halo," sapaku.

"Iya, kamu sibuk enggak?"

"Enggak."

"Ooh gitu, ya. Kalau misal lagi sibuk gapapa kok dimatiin telponnya, aku akan paham kok. Kamu guru kan?"

"Kok, tahu?" tanyaku.

"Aku lihat kamu jalan kaki pakai seragam guru," jawabnya.

"Ooh gitu, gak sadar aku kalau ada yang lihatin," ucapku sambil tersenyum-senyum meskipun dia tidak melihatnya.

"Iya, aku suka lihat kamu, dan kebetulan aku kebagian antar paket ke sana."

"He he, ya sudah."

"Kapan pesan paket lagi biar ada alasan untuk lihat kamu?"

"Katanya suka lihat aku kalau ke sekolah, kenapa harus aku pesan paket?"

"Ah gak paham."

"Iya, emang."

Dua jam aku mengobrol dengan Alva, rasanya sedikit kegaduhan dalam hati dan kepala sedikit berkurang meski aku tetap harus memikirkan itu. Andaikan orang tuaku bisa memegang apa yang seharusnya aku pegang, aku akan meminta mereka memegangnya. Tapi yang namanya orang tua, mereka kurang paham dalam memanage apalagi harus bermain dengan komputer. Meminta adik untuk memegang pun sama, mereka tidak mau karena tidak paham. Alhasil aku menyuruh orang lain, meski sahabat aku tetap harus berjaga-jaga. Kita tidak tahu isi hati seseorang bagaimana. Merekrut karyawan pun aku susah payah karena banyak yang diujikan. Jadi rasanya mustahil jika ada kerugian besar yang terjadi.

Beginilah kalau membuat bisnis atau usaha sekehendak sendiri dan modal sendiri tanpa bantuan orang tua. Jika saja aku membuka grosiran makanan atau toko makanan, pasti mereka pun akan paham. Oiya lupa, adikku yang pertama memegang kendali di bidang kuliner karena dia suka, sedangkan di posisi yang lain dia tidak bisa.

Alva, nama yang bagus sesuai wajah orangnya. Kulit putih dan juga badan yang tinggi membuat dia seperti orang yang sempurna, penampilannya selalu cool, tetapi aku kaget ketika dia pertama kali mengirim pesan, tidak perlu ku jelaskan kalian sudah tahu. Tapi sekarang, ternyata dia berhasil menghiburku.

Aku tidak peduli dia kurir atau tukang apa pun, selagi aku nyaman aku akan meresponsnya.

Soal hati, aku belum tahu hatiku untuk siapa, aku masih hampa dan entah sampai kapan kekosongan ini akan sirna? Soal Gian, aku tidak tahu dengan murid itu karena pesannya belum ku balas.

1
Bonsai Boy
Jangan menunda-nunda lagi, ayo update next chapter sebelum aku mati penasaran! 😭
Hiro Takachiho
Gak sabar nih baca kelanjutannya, jangan lama-lama ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!