NovelToon NovelToon
TRAUMA

TRAUMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam / Idola sekolah
Popularitas:664
Nilai: 5
Nama Author: Fidha Miraza Sya'im

Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.

Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.

Kau salah . . . . . !!!

Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.

Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.

Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Ryo merebahkan badannya setelah ia tiba di rumah tepatnya di dalam kamarnya.

"Elo yaaa, nyusahin gue aja". Dimas melemparkan tas milik Ryo yang ia tinggalkan di atas meja kelasnya. Tas tersebut mengenai wajah Ryo.

"Apaan sih loe, kena muka gue nih". Ryo menyingkirkan tasnya lalu memegang pipinya yang terlihat jelas warna ungu hasil dari kemarahan Briana.

"Kenapa tuh muka lu lebam gitu? Abis berantem sama siapa lu?". Dimas memperhatikan wajah Ryo.

"Kagak, gue kagak berantem. Tadi gue enggak hati-hati saja enggak sengaja nabrak tiang listrik, yaaa ginilah jadinya". Ryo berbohong.

Dimas memegang dagu Ryo untuk melihat kembali pipinya.

"Aah enggak percaya gue. Masa nabrak tiang listrik pipi lu lebamnya kayak abis di tonjok gini? Dimana-mana kalau ketabrak tiang listrik itu kepalanya yang benjol bukan pipi yang lebam".

"Ya sudah kalau lu enggak percaya, lagian enggak penting juga". Ryo memutar bola matanya, lalu melirik Dimas yang enggak percaya dengan ucapannya.

"Oh ya, jadi tadi gimana si Briana?, dia enggak kenapa-kenapa kan?". Dimas mulai membahasnya.

Ryo menaikkan kedua bahunya.

"Kenapa lu naikin bahu lu? jawaban macam apa itu? Gue enggak ngerti". Dimas malah nyolot.

"Haiiih . . . Boro-boro gue tahu keadaan dia, ketemu saja kagak. Rang pas gue keluar dari sekolah dianya sudah jauh, mau datang ke rumahnya, gue enggak tahu dimana alamat rumahnya". Lagi-lagi ia berbohong.

"Lah terus, kalau elo enggak ketemu sama dia, kenapa lu enggak langsung balik ke sekolah dan malah pulangnya sampai sesore ini lagi". Dimas menoyor kepala Ryo.

"He he he, sesekali bolos kan enggak apa-apa. Lagian kan gue bolos yang di izinkan he he he he". Ryo menunjukkan giginya yang putih itu alias nyengir.

Dimas menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Enggak nyangka gue, siswa teladan nomor 2 di sekolahan bisa bandel juga".

"Ya elah bro, namanya juga manusia. Apa lagi masih anak sekolahan, sudah pastilah punya jiwa kenakalan nya. Emangnya cuma elo aja yang bisa bandel, gue juga bisa kaleee he he he". Ryo berlagak seperti Dimas yang belagu.

"Makin hari makin aneh lu sejak lu ngedeketin si Briana. Sudahlah, emang sudah cocok kalian kalau di pasangkan, sama-sama aneh". Dimas menggelengkan kepalanya.

"Si*lan loe bro ha ha ha".

"Oh ya . . . Sehabis elo dan Briana pergi, satu sekolahan menggosipkan kejadian pertengkaran mereka, padahal kan waktu itu cuma kita-kita saja yang tahu ehh enggak tahunya sudah satu sekolahan membicarakannya. Emang si Briana ini benar-benar bintangnya sekolahan. Tapi ya, jujur gue kasihan sama Briana karena ternyata selama ini enggak ada yang benar-benar tulus sama dia. Padahal dia itu enggak pernah mengganggu atau nyakitin orang lain. Yaaa walau pun dia terlihat ngeselin dan sombong. Yang bikin gue salut sama dia, walaupun dia tahu kalau mereka enggak tulus berteman sama dia, tapi dia tetap diam aja dan pura-pura enggak tahu. Kalau gue jadi Briana mungkin mereka sudah habis gue babat". Dimas mulai ikutan simpatik terhadap Briana.

Ryo mendengarkan Dimas dengan seksama, ia tersenyum simpul.

"Itu kan elo, bukan Briana. Sekarang loe sudah sadar kan, kalau Briana itu bukan cewek aneh?".

"Hmmp . . . Iya gue akui kalau gue salah menilai Briana". Dimas mengakuinya.

"Makanya, jangan sukanya menilai orang lain sembarangan. Kita enggak tahu sifat dan hati seseorang yang sebenarnya. Bisa jadi kan Briana bersikap acuh dan sombong kayak gitu karena dia takut kejadian tadi pagi bakal sering ia alami kalau dia mau di deketin sama orang lain". Ryo memberikan sedikit wejangan pada Dimas.

"Ya enggak bisa gitu jugalah bro. Kan enggak semua orang itu sama. Kalau semuanya sama berarti elo ngedeketin Briana karena ada maksudnya juga lah". Dimas sedikit membantah.

"Emang. Gue ngedeketin dia emang gue punya maksud dan tujuan ke dia he he he". Ryo malah mengiyakan.

"Hmm, dasar, berarti elo sama aja kayak yang lain". Ujarnya sembari menekan pipi Ryo yang lebam sehingga ia merintih kesakitan.

....

"Briana anak cacat, Briana anak cacat ha ha ha".

"Jangan mau berteman dengan Briana, dia kan cacat".

"Aku temanan sama dia karena dia anak orang kaya terus pintar".

Bullyan tersebut masih terngiang jelas di telinga Briana bahkan di setiap dalam mimpinya. Briana merasa gelisah dalam tidurnya, tubuhnya basah kuyup di guyur oleh keringatnya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa . . . .". Briana berteriak histeris dan tersentak. Briana bernafas dengan kencang sembari melirik ke sekeliling kamarnya yang gelap.

Ia mencoba untuk mengatur nafasnya lalu mengusap wajahnya.

Briana beranjak dari tempat tidur lalu berjalan menuju ke toilet. Ia membenamkan wajahnya ke dalam wastafel yang sudah terisi air bersih, ia berharap bisa mendinginkan pikirannya.

...

Seperti biasa Briana berangkat ke sekolah dengan menjadi dirinya. Menjadi pusat perhatian dan pusat perbicangan semua siswa-siswi di sekolahan? Sudah menjadi makanannya sehari-hari.

Kini Briana memasuki kelasnya, semua mata tertuju pada dirinya yang sedang berjalan menuju ke bangkunya, tak ketinggalan Ryo, Raysa dan Anya juga melihatnya. Karena permintaan Anya, Raysa terpaksa pindah duduk di bangku sebelah Briana dan menyuruh Devi teman sebangku Anya untuk duduk di sebelah Briana.

Briana tak pernah memperdulikan itu semua, ia duduk dengan santai seakan tidak pernah ada kejadian apapun.

"Hai Bri . . . ". Dengan ramahnya Ryo menyapa Briana, namun ia mengacuhkannya. Ia lebih memilih mengambil buku pelajaran yang ada di dalam tasnya ketimbang ia merespon Ryo.

"Ehh . . . Elo tahu enggak Ray? Gue sudah pacaran loe sama Bobby". Anya sengaja memamerkan hal tersebut dengan suara yang cukup kuat sembari ia melirik Briana karena ia ingin Briana merasa panas mendengarkannya.

Ryo dan Dimas melirik ke arah Anya dan Raysha yang duduk di belakang bangku Briana.

"Apa?". Raysha melirik Briana.

"Iya, kemarin Bobby nembak gue. Loe tahu enggak Ray? Bobby itu romantiiiis banget, tadi malam dia nembak gue dengan ala-ala drakor gitu. Apa enggak meleleh gue nya fu fu fu, terus gue langsung terima aja deh dia nya. Lagian kan lumayan juga biar ada pasangan pas di malam prom nanti. Loe kan tahu, enggak enak banget kalau kita ke prom night nya sendirian, enggak pasangan dan enggak teman. Ntar yang ada malah di bilang FREAK lagi sama satu sekolahan fu fu fu fu". Anya menyindir Briana yang tak sedikit pun bergeming.

Raysha, Ryo dan Dimas melirik Briana yang masih fokus pada buku yang ia baca.

"Pagi anak-anak". Tiba - tiba seorang pria paruh baya berwibawa menyapa mereka alias wali kelas mereka.

"Pagiiii Paaaak". Mereka sudah teratur rapi pada bangku mereka masing-masing lalu melihat ke arah depan tepatnya ke arah dimana posisi Pak Joko berdiri.

"Oh ya, sebelum kita mulai dengan pelajaran kita. Bapak mau mengumumkan sesuatu pada kalian semua bahwa lagi-lagi di tahun ini kita mampu mempertahan kan gelar kita yaitu kelas terbaik seperti tahun-tahun sebelumnya". Pak Joko dengan bangga mengumumkan berita bahagia itu.

#Prok . . . Proook proook . . .

Semua murid bertepuk tangan dengan riuh dan bangga kecuali Briana.

"Dan lagi, Bapak tak bosan-bosannya mengumumkan berita gembira ini. Dan kita patut bangga bahwa dua siswa terbaik di sekolah ini berasal dari kelas kita dan mereka masih mempertahankan prestasinya. Berkat mereka berdua kelas kita menjadi kelas terbaik dalam tiga tahun berturut-turut. Bapak bangga pada kalian Briana dan Ryo. Terimakasih kalian masih mempertahankan gelar kalian menjadi siswa terbaik nomor satu dan dua di sekolah bahkan menjadi siswa lulusan terbaik dengan nilai yang tertinggi se-Indonesia. Kami semua bangga pada kalian yang telah mengharumkan nama sekolah kita". Beliau melihat ke arah Ryo dan Briana.

Berulang kali para siswa bertepuk tangan sembari bersorak karena bangga, kecuali Anya yang enggan bertepuk tangan untuk Briana. Ryo tersenyum bangga sedangkan Briana hanya bersikap cuek.

"Jadi untuk keberhasilan kelas kita, pak kepala sekolah akan memberikan penghargaan khusus untuk kita terutama untuk Briana dan Ryo pada hari kelulusan kalian nanti di awal bulan depan". Dan bla bla bla bla.

Walaupun siswa yang lain tidak mendapatkan nilai tinggi seperti Briana dan Ryo, namun mereka tetap bangga dengan berita tersebut. Seisi kelas memberikan selamat pada Briana dan Ryo. Seakan mereka melupakan kejadian yang kemarin, bahkan mereka tidak peduli Briana akan menyambut mereka atau tidak.

"Selamat ya Ryo . . .".

"Selamat ya Bri . . .".

"Selamat ya Bri . . . ". Ryo mengulurkan tangannya pada Briana. Briana memutarkan bola matanya lalu beranjak keluar dari kelas. Teman sekelasnya menatap kepergiannya seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Dasar cewek freak. Baru gitu saja sudah selangit sombong nya". Anya mencibirnya.

"Kalau dia mah wajar sombong karena dia pintar dan punya segalanya. Nah elu pintar kagak, cantik pun kagak berlagak sombong wuuui". Dimas menimpal cibiran Anya, karena kupingnya pengeng dengerin omelan Anya.

"Maksud elo apaan?". Anya mulai emosi sembari memukul mejanya cukup keras.

"Sudah, sudah? Apaan sih kalian berdua. Mau gue laporin lu berdua sama Pak Joko ha?". Ryo meleraikan Anya dan Dimas agar tidak berkelanjutan.

Anya benar-benar emosi dan rasanya ia ingin menghajar Dimas dan Briana habis-habisan.

Briana berjalan menyusuri lorong dan melewati beberapa kelas.

"Hai Briana . . . Selamat ya sudah menjadi siswa nomor 1 se-Indonesia". Tiba - tiba seorang siswa laki-laki berbadan sedikit cungkring plus cupu dengan beraninya ia menyapa Briana.

Briana pun menghentikan langkah kakinya lalu menoleh pada orang tersebut. Ia adalah Satria, siswa dari kelas 3 IPA 3. Ia salah satu siswa pintar di sekolahan namun tak menandingi kepintaran Briana dan Ryo. Ia juga sudah lama memendam perasaan pada Briana.

Semua mata tertuju pada mereka berdua yang berdiri di tengah-tengah lorong, tak ketinggalan juga mereka saling berbisik-bisik mencibir mereka.

Briana melirik ke sekitar mereka, lalu melirik Satria.

"Makasih". Untuk pertama kalinya Briana merespon orang-orang yang sering menyapanya.

Semua yang melihat sontak terkejut, lalu bertanya-tanya.

"Itu beneran si Briana? Kok dia merespon si cupu?".

"Demi apa? Dia bilang makasih sama si cupu?".

"O M G . . .! Seriusan itu? Apa gue enggak salah dengar?".

"Jangan-jangan dia sukanya sama cowok cupu lagi ha ha ha".

"Manusia juga dia ternyata, gue pikir dia patung".

Bagaikan love-love di udara, Satria begitu senang untuk pertama kalinya ia menyapa cewek yang ia taksir dan di respon pula dengannya.

Wajah Satria berseri-seri serta tersipu malu, bahkan ia mematung menatap Briana yang sudah pergi meninggalkannya.

Tiba-tiba sekelompok anak basket mendekati Satria lalu menoyor kepalanya.

"Ehh cupu! Kok bisa-bisanya si Briana merespon elo? Gue aja yang sudah 3 tahun sekelas sama dia enggak pernah di respon setiap kali gue deketin. Apa jangan-jangan elo main dukun ya". Ucap cowok sengak namun sedikit ganteng yang bernama Lucky. Ia cukup populer mengingat ia adalah kapten tim basket disekolah tersebut.

"Sembarangan kalian nuduh-nuduh aku main dukun. Mungkin Briana sukanya sama aku bukan suka sama kalian, makanya dia merespon aku". Ujarnya sangking polosnya dirinya.

"Apa? Ha ha ha ha, harus nya elo tuh ngaca cupu. Elo itu harus sadar si Briana enggak bakalan mau sama bentukan kayak elo gini ha ha ha. Briana itu sukanya tipe cowok yang kayak gue. Cakep terus tajir lagi, bukan cupu kayak elo ha ha ha". Lucky kembali mendorong tubuh Satria.

"Iya benar, enggak usah kepedean elo jadi orang ha ha ha". Timpal salah satu teman Lucky.

"Kalau memang Briana itu sukanya tipe cowok seperti kalian, enggak mungkin sampai sekarang Briana enggak merespon kalian. Buktinya aku, baru sekali menyapa Briana langsung di respon sama Briana. Berarti Briana enggak suka sama kalian, dianya suka sama aku". Dengan beraninya ia menantang cowok-cowok selengekan tersebut.

Mereka merasa geram lalu ingin menghajar wajah Satria.

"Minta di beri ini orang". Ia melayangkan kepalan tangannya ke wajah Satria. Satria memejamkan matanya karena ketakutan. Namun tiba-tiba sebuah tangan menghalangi kepalan tangan itu agar tidak mengenai wajah Satria.

Mereka terkejut ternyata tangan tersebut tangan milik Briana. Ia membela Satria yang di saksikan hampir seluruh siswa di sekolah, tak ketinggalan Anya, Raysha, Ryo dan Dimas yang juga berhamburan mendekati mereka setelah mereka mendengar keributan di lorong sekolahan.

"Mau gue merespon atau enggak sama siapa aja, itu bukan urusan elo, elo dan elo semua". Mata Briana memerah karena kesabarannya sudah habis. Dengan kasar ia menghempaskan tangan cowok itu.

Briana membalikkan badannya ke arah Satria.

"Dan elo. Enggak usah kepedean". Tegasnya.

Mereka mendadak kikuk apa lagi Satria yang paling hancur dengan ucapan Briana.

Tanpa basa-basi Briana meninggalkan keributan tersebut. Ia kembali menapaki kakinya menuju ke dalam kelasnya untuk mengambil tas. Sebelum bel berbunyi Briana sudah berjalan menuju ke parkiran mobil tanpa memperdulikan mereka semua.

Dari kejauhan Ryo tertawa kecil melihat aksi Briana bahkan ia sempat teringat kejadian di saat ia ditonjok oleh Briana.

"Untung saja lu semua enggak ditonjok sama Briana ha ha ha".

"Maksud lu?". Dimas menjadi penasaran.

Sedangkan Ryo hanya menggelengkan kepalanya lalu pergi berlari menyusul Briana.

1
Fidha Miraza Sya'im
Biarkan Bintang Yang Menjawab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!