Lanjutan If You Meet Me First dan prolog Joy and Jessica Stories.
Jordan O'Grady harus pensiun dini dari Manchester United akibat cidera berat yang dialaminya saat pertandingan final Liga Champions. Sulung dari Shane O'Grady dan Apsarini Neville itu akhirnya mengurus bisnis bir dan baja milik keluarga O'Grady. Saat Jordan berada di Cork Irlandia untuk membuat resort, dia menemukan seorang gadis yang tidak ingat siapa dirinya. Hanya Addie yang dia ingat dan Jordan memanggilnya Addie.
Tanpa Jordan tahu jika Addie adalah Adelaide McCarthy, seorang dokter dan putri pengusaha kapal tangker yang dibunuh oleh pesaing bisnisnya. Addie berhasil kabur namun dia mengalami amnesia. Demi melindungi Addie, Jordan pun menikahinya dan berusaha mengembalikan semua ingatannya hingga bisa memenjarakan pembunuh ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Addie
"Jordan, bisakah kita bicara?" tanya Addie usai mereka makan siang.
"Bisa. Ayo, ke ruang kerja aku." Jordan pun berjalan mendahului Addie ke ruang kerjanya dan gadis itu melihat bagaimana suasananya sangat maskulin, khas Jordan. Ada foto besarnya di belakang kursi kerja mengenakan seragam Manchester United.
"Keren ...."
"Old times. Terkadang aku sering bertanya-tanya, kenapa aku sampai harus cidera berat saat final Liga Champions ... Yang ternyata menjadi tropi terakhir aku di Manchester United dan dunia persepakbolaan."
"Apakah kamu menyesalinya?" tanya Addie sambil duduk di sofa setelah dipersilahkan Jordan.
"Dulu, iya. Kamu tidak tahu bagaimana frustasinya aku. 'Jordan O'Grady, pemain berbakat, pemain masa depan The Red Devils, harus menguburkan impiannya dengan Manchester United akibat cider berat yang mengakibatkan dia tidak bisa bermain bola lagi'. Berita itu menjadi headline hampir sebulan ... Gimana kamu tidak frustasi? Semua impian aku hancur dan aku harus banting setir!" jawab Jordan.
"Untungnya kamu dari keluarga kaya ya?" senyum Addie.
"Kamu mau bilang Nepo baby? Nggak juga, Addie. Karena aku memilih kuliah online. Bahkan sekarang pun masih untuk menyelesaikan kuliah aku di Arsitektur karena selama sibuk di Manchester United, aku keteteran jadwalnya. Di keluarga aku, kalau kamu tidak mampu ya out! Jadi kalau dibilang aku Nepo baby, tidak seratus persen karena harus dilihat kemampuannya."
Jordan mengambil dua botol air mineral dan memberikan satu ke Addie. Pria itu lalu duduk di depan Addie. "Kamu mau bicara apa?"
"Aku sudah memutuskan ... Aku akan menikah denganmu."
Jordan tersenyum. "Terima kasih Addie. Ini demi keselamatan kamu. Oh, kalau kita tidur terpisah, tidak apa-apa kan?"
Addie tersenyum. "Ya tidak apa-apa. Kita kan belum saling mengenal. Plus, kita juga tidak saling cinta. Jadi, tidak masalah statusnya diatas kertas."
"Oke. Aku muslim, by the way. Aku tidak meminta kamu convert ke Islam sekarang karena yang namanya hidayah itu tergantung panggilan hati."
Addie mengangguk. "Bukankah menikah beda agama boleh di Inggris?"
"Tidak usah menikah beda agama. Pernikahan sejenis saja dilegalkan," sungut Jordan. "Heran aku!"
Addie tertawa kecil. "Aku juga tidak habis pikir."
"Kamu normal kan Addie? Addduuuhhhh !"
Addie memukul bahu Jordan. "Normal!"
"Kita menikah diam-diam saja ya Addie? Hanya ayah dan ibuku saja yang datang sebagai saksi juga. Dan itu di kantor catatan sipil Manchester."
"Kenapa harus di Manchester?" tanya Addie bingung.
"Karena disana tidak harus menunggu tiga bulan sebelum bisa menikah. Dublin harus mengajukan tiga bulan sebelumnya dan akan kelamaan."
"Dan kalau disini ... kamu akan lebih ketahuan dan dikenal karena nama kamu," ucap Jordan.
Addie mengangguk. "Kamu benar. Mereka pasti mencari mayatku bukan?"
"Benar. Jadi kita malam ini berangkat ke Manchester."
***
Sementara itu ...
"Apakah ada gadis yang terluka atau meninggal dibawa kemari?" tanya seorang pria ke bagian resepsionis rumah sakit.
"Ada namanya?" balas Suster itu.
Caroline yang sedang membuat laporan visite di meja resepsionis, melirik ke arah pria yang tampak mencurigakan itu. Jordan, apakah ini yang kamu maksud?
"Adelaide McCarthy."
Jantung Caroline semakin berdetak kencang.
"Tidak ada yang namanya Adelaide McCarthy, Sir."
"Atau namanya Addie?" tanya pria itu lagi.
"Adanya Amy Smith tapi sudah pulang bersama keluarganya."
Pria itu mengernyitkan keningnya. "Dia orang mana?"
"Orang Dublin. Sudah dibawa keluarganya."
"Bisakah saya meminta alamatnya?" tanya pria itu.
"Maaf tuan, anda siapa?" Suster itu menatap curiga.
"Saya adalah seorang penyidik swasta."
"Maaf, ini bukan kapasitas anda. Semua pasien kami mendapatkan kerahasiaan data. Saya hanya bisa memberikan nama tapi tidak alamat detail," ucap Suster itu galak.
Pria itu mengangkat tangannya. "Oh, maaf maaf. Baik, terima kasih." Pria itu lalu berjalan hendak keluar dari rumah sakit. Caroline pun berlagak hendak berjalan ke lorong rumah sakit sambil memeriksa pasien.
"Tidak ada Sir. Di kamar mayat juga tidak ada. Hanya ada nama Amy Smith sudah dibawa keluarganya tapi aku tidak bisa mendapatkan datanya," ucap pria itu melalui panggilan telepon.
Caroline mendengar diam-diam dan dia merasakan bahwa pria ini memang salah satu orang yang hendak membunuh Addie. Caroline e bersyukur sudah mengganti nama Addie menjadi Amy Smith dan memberikan alamat palsu yang merupakan pasar ikan.
"Oke. Aku akan cari di rumah sakit lain." Pria itu pun pergi dan menoleh ke arah Caroline yang sedang berbicara dengan suster dengan wajah serius. Wajah dokter perempuan itu tampak polos seolah tidak mendengar ucapan pria tadi. Sosok itu pun pergi meninggalkan
Setelah itu Caroline menghubungi Jordan. "J, kamu harus pergi dari Dublin. Ada yang mencari Addie di rumah sakit aku!"
***
Rumah Jordan O'Grady di Dublin
Jordan mengucapkan terima kasih atas info dari Caroline. Pria itu lalu memanggil Neil Kerry.
"Kita harus segera ke Manchester! Ada yang cari Addie di rumah sakit Caroline!" ucap Jordan.
"Kita berangkat sekarang, sampai Manchester sekitar jam tujuh delapan malam. Kan lima jam perjalanan," ucap Neil.
"Langsung ke apartemen aku. Besok aku dan Addie menikah di kantor catatan sipil. Daddy sudah membereskan semuanya. Ya ampun, segitunya ngejar Addie!" Jordan mengusap dagunya dan wajahnya tampak gusar.
"Aku rasa mereka benar-benar ingin membuktikan bahwa nona Addie sudah meninggal." Neil menatap datar ke Jordan.
"Tapi dia belum mati, Neil!" Jordan mengacak-acak rambutnya yang cepak. "Aoakah kamu mendapatkan informasi dari An Garda Síochána ( kepolisian Dublin Irlandia )?"
Kepolisian di Dublin disebut An Garda Síochána. Nama ini dalam bahasa Irlandia berarti "Penjaga Perdamaian" dan lebih umum dikenal sebagai Gardaí (Penjaga). An Garda Síochána merupakan kepolisian dan dinas keamanan nasional Irlandia.
"Mereka tidak mau membuat spekulasi apakah Albert McCarthy bunuh diri atau dibunuh. Sumber aku, kepala kepolisian tetap merasa ini adalah kasus pembunuhan karena dia tahu Albert McCarthy adalah orang Katolik taat. Kita semua yang Katolik tahu Gereja Katolik secara historis mengutuk bunuh diri sebagai dosa tak terampuni," jawab Neil.
"Sama dengan Islam yang menyatakan bunuh diri dilarang keras dengan alasan apapun," gumam Jordan. "Jika Albert McCarthy sangat kuat agamanya, sangat kecil kemungkinannya dia bunuh diri bukan?"
"Betul, dan sumber aku juga mengatakan bahwa sebulan sebelum dia meninggal, Albert McCarthy menandatangani tender dengan perusahaan shipping Jerman senilai USD$ 10 miliar."
Jordan bersiul. "Pantas sumbut."
"Excuse me?"
"Pantas niat untuk menghilangkan nyawa Albert sepuluh miliar dollar itu bukan nilai sedikit untuk satu kapal!" ucap Jordan.
"Jordan, apa kamu lupa. Kekayaan bir hitam O'Grady senilai USD$ 62 miliar," ucap Nick.
"Terus? Kamu mau bandingkan?" balas Jordan judes.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️
kangen sama boneka labubu pingin ngarungin
Addie mulai ingat sepertinya
ternyata boneka labubu mendukung mancity dengan alasan yang membagongkan 😅😅