Jangan pernah sesumbar apapun jika akhirnya akan menelan ludah sendiri. Dia yang kau benci mati-matian akhirnya harus kau perjuangkan hingga darah penghabisan.
Dan jangan pernah meremehkan seseorang jika akhirnya dia yang akan mengisi harimu di setiap waktu.
Seperti Langit.. dia pasti akan memberikan warna mengikuti Masa dan seperti Nada.. dia akan berdenting mengikuti kata hati.
.
.
Mengandung KONFLIK, di mohon SKIP jika tidak sanggup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Kekacauan yang meruncing.
Pak Navec yang selalu mengamati gerak gerik kedua perwira muda yang menjadi sorotan nya. Beliau semakin gelisah kala dua orang utusannya memberi informasi bahwa Letnan Ratanca dan Letnan Langkit sedang mendekati Dinar dan Nada.
Mendengar keterangan Prada Untung dan Prada Dhito, terus terang Pak Navec lebih waspada terhadap Letnan Langkit. Bukan karena pria tersebut terlalu buruk tapi Dinar putrinya masih sangat muda untuk merasakan peliknya kisah percintaan. Namun di balik itu semua masih terbersit kelegaan sebab bukan Letnan Ratanca yang sedang jatuh hati pada putrinya, Dinar.
Gaung kehebatan Letnan Ratanca memang santer terdengar tapi sepak terjangnya pun membuatnya cemas. Pak Navec mengakui, Letnan Ratanca adalah putra dari orang berada, bisa di katakan orang tuanya begitu terkenal. Ibunya seorang pengusaha kain yang kaya dan ternama, Ayahnya seorang pengusaha tambang batubara, buruknya.. sang ayah menikah lagi dengan seorang wanita cantik.
Di antara kedua putrinya, beliau lebih memiliki kepercayaan diri pada Nada. Gadis yang ia besarkan itu memang polos serupa Dinar namun gadisnya itu masih pintar dan memiliki kepekaan untuk merasakan dengan kelembutan hatinya. Berbeda dengan Dinar yang masih amat begitu ceroboh karena dirinya sangat takut Dinar terdampak pergaulan bebas di luar sana.
"Haruskah aku menegaskan pada Ranca??? Apa harus kunikahkan Ranca dan Nada. Aku tidak mau ada kata pacaran di antara mereka. Semakin aku mengijinkan, semakin bahaya yang akan di terima putriku." Gumamnya memikirkan Nada. Ia pun sangat menyayangi Nada meskipun gadis itu bukan berasal dari benihnya. Nada adalah putri seniornya yang telah tiada. "Aku harus menjauhkan Ranca dari
Setelah memantapkan hati, Pak Navec memanggil Letnan Ratanca dan Letnan Langkit ke ruangan nya.
...
Sungguh Bang Ratanca dan Bang Langkit terkejut bukan main. Terlebih Bang Ratanca yang bagai tertimpa batu besar mendengar ucap Pak Navec. Beliau memintanya menegaskan hubungan antara dirinya dan Nada karena tidak ingin ada cemooh dan omongan orang, beliau pun tidak ingin ada kata pacaran yang akan merusak nilai moral.
"Ijin.. Dan. Mohon maaf, saya tidak ada hati dengan Nada."
braaaakk..
"Apa-apaan ini, Ranca? Kamu diam-diam menemui putri saya di kampus, mengajaknya makan dan jalan-jalan tapi sekarang kamu bilang tidak ada rasa dengan Nada. Kamu mau mempermainkan anak saya??????" Bentak Pak Navec sampai menggebrak meja.
"Maafkan saya, Pak. Tapi itulah kenyataannya."
"Dan kau, Langkit..!! Jangan bilang kau pun tidak ada rasa dengan Dinar..!!" Suara Pak Navec menggelegar mengisi seluruh ruangan.
"Siap..salah, Komandan. Saya juga tidak ada hati dengan Dinar..!!" Jawab tegas Bang Langkit.
Pak Navec bersandar lemas. Bisa-bisanya dua orang perwira muda mempermainkan perasaan kedua putrinya.
Melihat situasi sudah semakin meruncing, Bang Ratanca dan Bang Langkit saling lirik. Bang Ratanca pun tidak tahan lagi dengan situasi ini.
"Ijin komandan..!! Saya tidak ada hati dengan Nada karena saya jatuh hati dengan putri Bapak, Dinar." Ucap jujur Bang Ratanca.
"Astaghfirullah, lailaha illallah..!!" Pak Navec memejamkan matanya. Hal yang ia takutkan sekarang benar-benar terjadi. Kepalanya terasa berat, pikirannya buntu.
"Dan saya.. jatuh hati dengan Nada." Imbuh Bang Langkit membuat Pak Navec semakin syok.
"Lalu kenapa yang kalian ajak jalan malah sebaliknya?????? Bagaimana sih jalan pikiran kalian????" Tanya Pak Navec heran.
"Saya... Cari informasi tentang Dinar pada Nada. Mungkin Langkit juga begitu." Jawab Bang Ratanca.
"Bod*h, bagaimana kalau Nada jadi suka sama Ranca dan Dinar suka sama Langkit?? Apa tidak akan timbul perkara dua kali lipat?????? Kalian ini perwira tapi tidak bisa mikir hal kecil seperti ini. Kalian kritis di lapangan tapi tidak peka masalah hati. Makanya kalau lihat perempuan hanya dari body nya saja. Kalian mendekati putri saya hanya karena nafsu, kan??????" Omel Pak Navec.
"Siap, tidak..!!" Jawab Bang Ratanca dan Bang Langkit bersamaan.
"Halaah, persetan. Keluar kalian sekarang..!!" Pak Navec sudah pusing memikirkan prahara hari ini.
...
Bang Ratanca mengurut keningnya. Pikirannya masih berantakan apalagi pesan singkat dari Pak Navec membuat kepalanya seakan mau pecah.
"Ran, kira-kira Nada kepincut denganmu atau tidak ya?? Aku takut dia jatuh cinta sama kamu."
"Mana kutau, jangan-jangan Dinar juga ada rasa denganmu??? Kau tidak besar mulut merayu Dinar, kan???" Lirikan mata Bang Ratanca sudah menunjukkan bahwa pria itu sedang mendidih karena kesal.
"Cckk.. pikirkan Nada dan Dinar dulu..!! Kau ini memang cemburuan parah."
"Aku bukan cemburu, aku hanya khawatir. Kau tau sendiri bagaimana Dinar. Dia polos, pecicilan, kadang mau saja ikut orang kesana sini. Kalau dia di bungkus orang, habislah aku." Jawab Bang Ratanca, terlihat sekali dirinya begitu takut sampai wajahnya ikut pucat.
.
.
.
.