"kenapa kamu setujui mereka angkat rahim aku?" teriak Nindi pada Juna sang suami. Nindi telah menikah dengan idola tampan, yang merupakan aktor terkenal. Ia harus menghadapi kenyataan pahit saat rahimnya di angkat. "Punya rahim ataupun tidak. Kamu tetap istriku" kata Juna. Itu hanya kata-kata penenang yang akhirnya hilang bersamaan tuntutan cucu dari keluarga besarnya. Punya istri simpanan atau jujur menikah untuk yang kedua kalinya adalah pilihan yang harus Juna ambil. Tapi dari kedua pilihan tersebut sama sekali tidak ada yang menguntungkan untuk Nindi. Jadi apakah yang harus juna lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perampokan
Mobil sedan hitam milik Juna menembus pekatnya malam. Ia melintas dengan kecepatan sedang di jalan yang mulai sepi. Sekarang sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam.
Nindi duduk tenang di kursi belakang, ia cukup lelah hari ini. Ia baru saja dari rumah orang tuanya, Bapak Riswan Agus kurang sehat makanya seharian ini ia disana.
Sebenarnya ibunya sudah memaksa ia untuk menginap tapi Nindi bersikeras ingin pulang. Nindi mengusap pelan perutnya yang sudah membuncit, kandungan sudah memasuki usia 24 minggu.
Nindi bersandar di jok mobil, menyamakan posisinya. Serba salah saja rasanya, pinggangnya sakit, perut agak kram, kakinya pegal-pegal.
Nindi mencoba memejamkan matanya, rasanya ia ingin tidur sejenak. Perjalanan masih sekitar setengah jam lagi.
"Tiiitt...titttt.tiiiit" suara klason menginterupsi Nindi yang memaksa ia untuk membuka mata.
"Kenapa pak?" tanya Nindi setengah sadar kepada sopirnya.
"Gak tau buk? Takutnya rampok buk" jawab si sopir masih berusaha mengendarai mobilnya.
"Rampok" Nindi langsung membuka matanya lebar, jantungnya berdetak tak karuan. Ada 2 motor sedang mengikuti mereka. Jalanan saat ini sedang sepi.
Satu motor disisi kanan berusaha menggedor-gedor jendela supir.
"Berhenti woi" teriak dia.
Pak Sofian masih melajukan mobilnya, walaupun terganggu. Ia berusaha konsentrasi bahkan menambah kecepatan mobilnya.
"Woi... An*ing" maki sei pengendara motor marah.
Mereka juga memacu laju motor dan mencoba mendahului mobil Nindi. Mencoba menghalangi laju mobil dengan berada di depan mobil.
satu motor di depan mobil sekarang, satu lagi di samping kanan.
Nindi yang panik berusaha menghubungi Juna tapi sayangnya tak di angkat.
"Berhenti woi..." teriak si pengendara motor itu lagi.
Si pengendara motor di depan berhenti mendadak yang akhirnya membuat pak Sofian rem mendadak.
empat orang yang tadi di atas motor berusaha menggedor-gedor jendela kaca mobil.
"Jangan keluar pak" kata Nindi panik.
"Iyah buk"
Tapi belum sempat situasi mereda sebuah linggis di pukulkan tepat di kaca mobil, yang membuat sebagian kacanya retak. Yang mau tak mau membuat pak sofian keluar dari mobilnya.
Mereka memukul pak sofian sampai si sopir itu terkulai di jalanan.
Tak lama mereka menarik Nindi keluar, sambil berteriak dan memaksa.
"serahkan semua barang berharga" teriak pria bertutup kepala sampai wajah itu.
Nindi menyerahkan tasnya, perhiasannya dengan tergesa-gesa. Kemudian mereka mendorong Nindi menjauh dari mobil. Mereka juga mau mengambil mobil itu.
Nindi menahan perutnya, saat ia di dorong paksa.
"Ayo cabut" ajak salah satu dari 4 orang itu.
satu naik mobil, tiga orang lagi naik motor dan pergi meninggalkan Nindi yang sudah terisak.
"Pak" panggil Nindi mencoba melihat keadaan si sopir. Baru saja Nindi mencoba melangkah menuju pak sofian yang pingsan. Sebuah motor datang dari arah berlawanan. Sangat cepat yang membuat Nindi tak sempat untuk menghindar.
"aaaaaaaa......" Tubuh kecil Nindi yang membuncit di tabrak yang membuat Nindi terbanting ke sisi jalan.
"Anak aku" Bisik Nindi lemah sebelum kesadarannya akhirnya hilang, bersamaan dengan hilangnya si pengendara motor itu.
Juna menelpon baik istrinya begitu melihat panggilan tak terjawab dari Nindi. Ia dalam perjalanan pulang ke rumah.
Sudah sekian kali dia menelepon tapi tak ada jawaban. Hati Juna makin gusar, ia menambah kecepatan mobilnya.
"Halo Nin" jawab Juna saat seseorang menelpon.
"Maaf kami dari Rumah sakit Harapan medical, istri bapak ibu Nindi sedang berada di ruang UGD" kata si penelepon.
"UGD"
"Iyah, diharapkan Bapak segera menuju ke sini ya" ucap si penelpon lagi.
Juna memutar balik Mobilnya, ia melaju cepat menuju rumah sakit. Banyak pertanyaan di kepalanya saat ini. Ada apa dengan Istrinya? Kenapa sampai di bawa ke rumah sakit?
Juna semakin menambah kecepatan mobilnya, sudah tak sabar ia untuk segera mengetahui kondisi istrinya.
...****************...
Jadi yu buruan gabung karena kapasitas kami terbatas
Caranya hanya cukup Follow akun saya, maka saya akan undang kalian masuk. Terima Kasih