Carmen melakukan hal paling nekat dalam hidupnya, yakni melamar Zaky. Tak disangka Zaky menerima lamarannya. Selain karena tak tega membuat Carmen malu, Zaky juga punya tujuan lain yakni mendekati Dewi kakak ipar Carmen.
Pernikahan terpaksa pun dijalankan oleh Zaky namun Carmen merubah sikap manjanya dan membuktikan kalau ia layak dicintai. Bagaimana Carmen berjuang mempertahankan cintanya sementara ada lelaki baik yang menunggu jandanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Baru
Zaky
Kepulanganku dan Carmen disambut oleh Om Agas dan Tante Tari di bandara. Om Agas memeluk putri kesayangannya seakan sudah bertahun-tahun tak bertemu.
"Kamu di sana makannya bener enggak? Kok kurusan? Terlalu capek ya?" tanya Om Agas seraya memperhatikan Carmen dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Aku makan terus, Bi! Tenang aja! Mas Zaky menjaga aku dengan baik kok. Aku kurusan karena kita puas banget jalan-jalan, shopping, pokoknya enak banget deh selama di sana. Aku jadi pengen lebih lama lagi deh di sana. Sayang, Mas Zaky banyak kerjaan." cerita Carmen dengan wajah berbinar bahagia.
Om Agas nampaknya percaya dengan cerita dari Carmen. Ia ikut tersenyum dan bahkan terlihat antusias mendengar cerita putrinya tersebut yang terus berceloteh dengan riang.
"Oh iya Bi, Mas Zaky bilang nanti aku sama Mas Zaky tinggalnya di rumah baru. Abi sudah tau belum?!" pertanyaan Carmen membuat Om Agas terkejut. Pasti Om Agas berpikir aku dan Carmen akan tinggal di rumahnya. Tak mau jauh dari putri kesayangannya.
"Jadi begini Om-"
"Abi!" ralat Om Agas.
"Iya, jadi begini Bi. Aku memang sudah punya rumah sendiri. Masih satu komplek kok sama Om, eh Abi. Selama ini rumahnya sengaja aku kontrakkin, tapi sekarang sudah kosong dan udah direnov sama Mama. Rencananya kami mau tinggal di sana. Sekalian belajar mandiri gitu Om eh Bi." alasan lainnya agar Abi juga tidak curiga dengan rumah tanggaku dan Carmen yang tidak dilandasi cinta ini.
"Kenapa harus pindah, sih? Abi tak akan mengganggu privasi kalian, kok!" tolak Abi. Pasti sikap posesifnya keluar deh. Tak mau sang putri kesayangan tinggal jauh darinya.
"Bukan, Bi. Bukan karena itu. Tujuannya agar bisa mandiri aja, Bi." aku bingung juga mau menjawab apa lagi. Untunglah Mommy Tari membantuku.
"Biarkan saja, Bi. Toh mereka tinggal tak jauh kok dari rumah kita. Kalau Abi kangen juga bisa main ke rumah mereka. Ini tuh sekaligus melatih Carmen agar dewasa, Bi. Sekarang 'kan Carmen bukan lagi anak kecil. Carmen sudah berumah tangga, sudah ada suami yang harus dia urus. Abi enggak boleh mencampuri rumah tangga Carmen lagi." nasehat Mommy Tari dengan lembut namun bisa diterima Abi.
"Yaudah kalau kalian mau seperti itu. Abi minta kalau kita makan bersama, kalian datang. Kamu juga harus sering main ke rumah! Awas kalau lupa sama Abi dan Mommy!" pesan Abi.
"Iya, Bi. Tenang saja!"
Huft... Masalah pindah rumah sudah beres. Ijin sudah dikasih, saatnya pindahan. Carmen membawa barang miliknya yang lumayan banyak. Aku menaruhnya di kamar utama.
"Kamarnya bagus sekali, Mas. Besar, luas dan pemandangannya juga bagus. Aku suka." puji Carmen.
"Ya... Mas memang memilihkan yang bagus buat kamu."
"Bukan buat aku saja, Mas. Buat kita." koreksi Carmen.
"Mm... Sebenarnya, kamar Mas di sebelah kamar kamu."
Carmen mengernyitkan keningnya mendengar apa yang kukatakan. "Di sebelah? Maksudnya kita enggak satu kamar Mas?"
"Bukan. Bukan itu maksud, Mas. Kamar sebelah itu Mas buat karena Mas suka bekerja saat malam. Lebih konsentrasi saja gitu. Mas enggak mau mengganggu kamu. Yuk kita lihat dulu kamar sebelah!"
Aku mengajak Carmen yang terlihat memanyunkan bibirnya ke kamar sebelah. Ada meja kerjaku dengan banyak dokumen yang tersusun rapi. Koleksi buku bacaanku juga ada di dalamnya. Aku hanya memindahkan kamar lamaku ke rumah baru. Aku sengaja menaruh sebagian pakaianku di kamar Carmen agar tak ada yang curiga kalau kami tidak tidur satu kamar.
"Tuh kamu lihat sendiri, beneran cuma buat kerja aja 'kan?" tanyaku.
Carmen mengangguk malas. "Iya sih. Yaudah deh aku setuju. Aku juga enggak mau Mas terganggu sama aku."
Rasanya aku mau bersorak gembira mendengarnya. Carmen memang terlalu polos dan percaya begitu saja dengan semua perkataanku. Entah dirinya dibutakan oleh cinta atau bagaimana. Biarlah, toh aku tak rugi.
"Kamu lapar enggak? Mau pesan makan apa? Atau mau makan di luar?" aku mencoba menghibur Carmen agar tak terlalu sedih.
"Makan di luar aja bagaimana?"
"Boleh. Apa sih yang enggak buat Baby? Ayo kita pergi! Aku juga udah lapar nih."
****
Carmen
Menjadi istri dari Mas Zaky memang adalah impianku sejak dulu. Bisa berdiri di pelaminan dengan Mas Zaky tampan di sampingku seakan mimpi yang tak nyata. Semua masih mimpi bagiku. Kami honeymoon, satu kamar hotel dan jalan-jalan bareng.
Seakan semua impianku menjadi nyata. Mas Zaky sangat baik. Semua yang aku minta selalu ia berikan. Bagaimana aku tidak makin cinta dengannya coba?
Kami pun pindah ke rumah baru. Rumah besar dengan kamar yang bagus dan pemandangan yang indah. Aku sungguh bersyukur memiliki ini semua meskipun Mas Zaky meminta kamar terpisah karena mau fokus bekerja.
"Baby, ini buat uang belanja dan uang jajan kamu sehari-hari." Mas Zaky memberikan kartu ATM berwarna gold padaku.
"Untuk aku?"
"Iya dong. Baby sekarang sudah jadi istriku. Aku berkewajiban menafkahi Baby mulai sekarang. Kalau Baby kurang uangnya, kabari aku ya nanti aku transfer lagi."
Wow aku rasanya tak percaya...
Aku menjadi istri Mas Zaky yang sesungguhnya. Dikasih uang belanja dan jajan loh! Wow... Daebak! Enggak sia-sia aku ikutin film buat melamar Mas Zaky!
"Pin ATM-nya adalah tanggal pernikahan kita."
Wow... Romantis sekali bukan? Pasti agar kita selalu mengingat tanggal pernikahan kita bukan?!
"Aku berangkat kerja dulu ya Baby! Kamu jajan saja apapun yang kamu suka." Mas Zaky mengusap kepalaku sebelum pergi. Aku tersenyum mengantarnya bekerja sampai mobilnya tak terlihat lagi.
Kutatap lagi kartu ATM di tanganku. Rasanya tak percaya. Aku cek di mesin ATM ah!
Aku pun bersiap untuk berangkat kerja. Di Bisnis Plus Plus milik Abang Wira, ada Kak Dewi yang sedang mengurus keperluan laundry. Sebelum masuk ke dalam ruko aku mampir ke IndoSeptember. Aku mengecek ATM pemberian Mas Zaky dan terkejut mendapati jumlah besar yang diberikannya untukku.
Wow... Besar sekali. Tanpa harus lelah bekerja aku bisa tetap jajan dan nongkrong cantik nih!
Kubeli beberapa minuman untuk para karyawan di Bisnis Plus Plus kami. Tenang, uangku masih banyak. Aku juga sudah punya suami dong, bisa minta lagi kalau kurang yeyeyeyeye!!!
"Cie pengantin baru. Udah masuk kerja aja sih. Cutinya kok sebentar banget?" tanya Kak Dewi saat melihat kedatanganku dengan banyak minuman. Kuminta salah satu pegawai untuk membagikan minuman yang kubeli.
"Bosan di rumah terus Kak. Mas Zaky sudah masuk kerja. Lebih baik aku juga kerja." kuberikan paper bag berisi oleh-oleh tas dari bulan maduku. "Buat Kak Dewi."
"Buat aku? Wow bagus banget. Kok kamu tahu sih selera aku?!" Kak Dewi begitu senang menerima tas dan sibuk memeriksa bagian dalamnya. "Keren banget loh ini!"
"Iya dong! Mas Zaky yang pilihkan untuk Kak Dewi. Aku saja hampir lupa belikan Kak Dewi, eh Mas Zaky yang ingat. Baik sekali bukan suamiku itu?!" kataku dengan penuh rasa bangga.
"Cie...cie... Beda deh manggilnya udah suamiku ha...ha...ha... Makasih banyak ya Baby. Aku suka!"
****
duda kesepian gagal move on smoga bisa rujuk yaa😃😃
terima kasih ya kak, Saya suka ❤️❤️❤️❤️
udah duluan baca kisahnya Djiwa 😍😍😍😍
50 ribuan satu orang 😂🤣