NovelToon NovelToon
Asmara, Dibalik Kokpit

Asmara, Dibalik Kokpit

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Ini adalah kisah tentang Asmara, seorang pramugari berusia 25 tahun yang meniti karirnya di atas awan, tiga tahun Asmara menjalin hubungan dengan Devanka, staf bandara yang karirnya menjejak bumi. Cinta mereka yang awalnya bagai melodi indah di terminal kedatangan kini hancur oleh perbedaan keyakinan dan restu orang tua Devanka yang tak kunjung datang. dan ketika Devanka lebih memilih dengan keputusan orangtuanya, Asmara harus merelakannya, dua tahun ia berjuang melupakan seorang Devanka, melepaskannya demi kedamaian hatinya, sampai pada akhirnya seseorang muncul sebagai pilot yang baru saja bergabung. Ryan Pratama seorang pilot muda tampan tapi berwajah dingin tak bersahabat.
banyak momen tak sengaja yang membuat Ryan menatap Asmara lebih lama..dan untuk pertama kali dalam hidupnya setelah sembuh dari rasa trauma, Ryan menaruh hati pada Asmara..tapi tak semudah itu untuk Ryan mendapatkan Asmara, akankan pada akhirnya mereka akan jatuh cinta ?

selamat membaca...semoga kalian suka yaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 5

Gosip dan fitnahan itu....

Dua hari setelah kembali dari Dubai, Asmara masih memikirkan pertemuan di toko kue dan permintaan gila Ryan. Penolakannya terasa benar secara profesional, tetapi meninggalkan Ryan begitu saja terasa sedikit ada rasa bersalah di hati Asmara.

​Hari sudah larut malam. Setelah berganti pakaian dan memastikan pintu terkunci, Asmara menyiapkan makan malam sederhana. Pikirannya masih dipenuhi bayangan Devanka di parkiran. Ia tidak mengerti kenapa Devanka kembali mengusiknya. Sejak Devanka memilih meninggalkannya, satu kali pun Asmara tak pernah mengganggu kehidupan pria itu.

​Saat ia membuka pintu unit apartemennya untuk mengambil paket yang diletakkan kurir, ia langsung membeku di tempat.

​Di ambang pintu, ada pria bersandar pada tembok dengan sikap santai tanpa beban, pria itu adalah Devanka. Ia berpenampilan santai, sudah tidak menggunakan seragam kerjanya, tetapi tatapan matanya tajam dan penuh obsesi.

​Asmara terkejut, dan berkata pelan. "Devanka! Apa yang kamu lakukan di sini? Bagaimana bisa kamu tahu unitku?"

​Devanka tersenyum miring, senyum yang tak pernah Asmara lihat sebelumnya.

​"Tentu saja aku tahu, Mara. Aku dulu sering menjemputmu di sini, apa kamu lupa? Nomor unitmu tidak pernah berubah. Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja setelah kepulanganmu dari Dubai."

​Asmara menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya. Ia menutup pintu sebagian, menjaga jarak.

"Aku tidak butuh kamu untuk memastikan apa pun keadaanku. Pulanglah, Devanka. Istrimu sedang menunggumu, dan kamu tidak punya urusan di sini."

​"Aku masih ada urusan denganmu, Asmara. Aku tak tahan melihat kamu sekarang. Kamu kembali sibuk terbang, jadwalmu padat, tapi kamu sendirian. Kamu pasti lelah. Kenapa kamu tidak kembali padaku saja? menyelesaikan harapan masa depan kita yang sempat tertunda dulu."

​"Devanka, kamu jangan gila, aku tidak akan pernah mau kembali padamu, kita sudah punya hidup masing-masing."

​Devanka mendorong pelan pintu yang dipegang Asmara, memaksa Asmara mundur sedikit.

"Oh, ya? Apa karena pilot tampan yang sok jagoan itu? Kapten Ryan, ya? Kamu pikir aku bodoh? Semua orang tahu dia ice man, dia tidak pernah tertarik pada siapa pun. Kamu sengaja menggunakannya untuk membuatku cemburu kan!"

​Wajah Asmara memucat. Ternyata gosip tentang Ryan yang mencoba mendekatinya sudah menyebar cepat di antara staf bandara, dan Devanka tidak hanya mendengar, tetapi juga menafsirkan fake relationship yang bahkan belum terjadi itu.

​"Itu bukan urusanmu. Pergi sekarang. Atau aku panggil keamanan."

​Devanka mendekat, suaranya menjadi lebih mengancam. "Silakan panggil saja Asmara, Tapi sebelum itu, biar aku beri tahu sesuatu. Aku sudah pindah ke jadwal malam di operasional. Aku akan selalu ada saat kamu mendarat. Aku bisa memengaruhi banyak hal di sini. Jadwalmu, rute penerbanganmu... Aku bisa membuat hidupmu sangat, sangat sulit, Asmara. Aku bisa menyebarkan rumor, mengatakan kamu tidak profesional, mengatakan kamu main api dengan Kapten senior hanya untuk naik pangkat. Kamu tahu bagaimana maskapai kita, kan? Mereka tidak suka drama."

​Ancaman itu menghantam Asmara telak. Bukan lagi soal hati, tetapi soal mata pencaharian dan reputasi. Devanka tahu persis bagaimana cara melukai Asmara.

​Asmara menatap Devanka penuh rasa benci, ia menjawab dengan suaranya penuh tekad. "Aku tidak takut padamu, Devanka. Aku tidak main api dengan siapa pun. Dan jika kamu mengganggu pekerjaanku, aku pastikan kamu yang akan dipecat."

​Devanka tertawa sinis. "Kita lihat saja. Aku akan terus datang, Asmara. Sampai kamu ingat siapa yang kamu cintai."

​Devanka kemudian berbalik, meninggalkan Asmara sendirian di ambang pintu.

​Asmara segara mengunci pintu apartemennya, lalu merosotkan dirinya ke lantai. Tubuhnya gemetar bukan karena takut, melainkan karena marah. Ia tidak menyangka Devanka memberi ancaman untuk merusak karirnya, Asmara sadar betul, tindakan menyebarkan rumor atau bahkan melaporkannya ke manajemen dengan tuduhan palsu, adalah hal yang sangat mungkin terjadi dalam industri penerbangan. Pramugari rentan terhadap lingkungan kerja yang tidak bersahabat, dan Devanka jelas berusaha menciptakan lingkungan itu. "Kenapa dia jahat sekali padaku." batin Asmara berteriak.

​Ia teringat kata-kata Ryan di Dubai. "Anda mendapatkan perlindungan terkuat. Ketika Devanka melihat Anda menjalin hubungan dengan Kapten senior, secara terbuka, dia tidak akan berani mendekat lagi."

​Asmara menyadari, menolak tawaran Ryan dua hari lalu adalah sikap idealis. Menghadapi Devanka sendirian adalah tindakan bunuh diri karir. Ia membutuhkan perlindungan yang nyata, perlindungan yang hanya bisa diberikan oleh seorang Kapten senior dengan otoritas di maskapai. Ryan adalah satu-satunya solusi.

tapi Asmara benar-benar tidak mau menjalani fake relationship, yang menurutnya itu konyol. Asmara tidak mau semua menjadi tambah runyam karena hubungan pura-pura itu.

Asmara bangkit, ia kembali masuk ke dalam kamarnya, mencoba menenangkan diri.

...🌸...

Pagi ini. suasana di ruang briefing pramugari terasa biasa saja. Asmara duduk di kursinya, merapikan seragam birunya dengan wajah tenang, berusaha fokus pada penerbangan berikutnya. Namun, ada tatapan-tatapan aneh yang ia rasakan sejak tadi, tatapan bisik-bisik yang membuat dadanya terasa sesak.

Ketika ia melangkah menuju ruang tunggu awak kabin, Reni, salah satu rekan pramugari yang cukup dekat dengannya, tiba-tiba menghampiri.

Nada suaranya pelan tapi khawatir.

"Asmara… apa kamu baik-baik saja hari ini ?"

Asmara bingung. "He-em..aku baik-baik saja Ren, maksud kamu apa tanya begitu.?"

"Asmara, tadi aku dengar dari staf bandara, katanya… kamu ketahuan diam-diam bertemu Devanka di parkiran beberapa hari yang lalu."

Asmara menatap Reni dengan kening berkerut.

"Oh iya, tapi itu cuma kebetulan. Devanka yang menghadang aku. Dia maksa mengajak ngobrol. Kenapa emangnya?"

Reni menatap sekitar, memastikan tak ada yang mendengar.

"Masalahnya, mereka bilang kamu yang mendekati Devanka duluan. mereka semua bergosip tentang kalian, Dan... kamu tahu kan siapa istrinya Devanka?"

"Anak dari Pak Cahyo, salah satu petinggi bandara." kata Asmara pelan.

"Iya. Makanya orang-orang pada ngomongin kamu. Katanya kamu sengaja mau cari perhatian Devanka lagi."

Asmara terdiam. Dunia seakan berputar lebih lambat. Ia menelan ludah dengan susah payah, matanya terasa panas.

"Ya Tuhan... mereka semua salah paham."

"Aku tahu, Asmara. Aku percaya kamu. Tapi orang lain… belum tentu. Barusan aku dengar supervisor juga mulai menanyakan soal itu. Katanya bakal ada evaluasi perilaku awak kabin."

Asmara menggenggam map jadwalnya erat-erat.

Ia mencoba tersenyum, tapi suaranya bergetar.

"Jadi cuma karena Devanka menghampiriku tanpa aku minta, aku harus disalahin?"

"Aku tahu ini nggak adil, tapi kamu harus hati-hati. Istrinya Devanka itu bukan orang sembarangan. Dia bisa aja bikin masalah besar kalau denger gosip ini."

Asmara menarik napas panjang, berusaha menahan air mata.

Di luar, suara panggilan boarding menggema, menandakan waktunya bertugas.

"Aku cuma mau kerja dengan tenang, Ren. Aku nggak pernah berniat ganggu siapa pun. Tapi kenapa mereka gampang banget berasumsi dan salah paham sama aku?"

"Sabar ya, Asmara. Kalau kamu nggak salah, nanti semuanya bakal terbukti."

Asmara menatap ke arah landasan, di mana pesawat sudah menunggu.

Ia mengenakan topi pramugarinya dengan gerakan pelan, seolah mencoba memantapkan hati yang retak.

"Mungkin cuma langit yang mengerti... kalau aku nggak seburuk itu." gumamnya pelan.

Reni menatap sahabatnya dengan iba, lalu menepuk bahunya pelan sebelum mereka berjalan menuju pintu keberangkatan.

Di belakang mereka, beberapa staf masih berbisik-bisik, menatap Asmara dengan tatapan menuduh, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi di hari itu.

...✈️...

...✈️...

...✈️...

^^^Bersambung...^^^

1
Siti Naimah
menyimak dulu...kelihatannya bakal seru nih
Marini Suhendar
❤❤❤...lanjut thor
Nursina
semangat lanjutkan👍
Nursina
karya yg menarik semangat
Mericy Setyaningrum
wah Dubai Im in love
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!