NovelToon NovelToon
SISTEM CHECK-IN TAK TERKALAHKAN

SISTEM CHECK-IN TAK TERKALAHKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sistem / Dikelilingi wanita cantik / Crazy Rich/Konglomerat / Kebangkitan pecundang / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: ZHRCY

[Apakah Tuan Rumah ingin melakukan check-in?]

"Ya, tentu."

[Selamat, Tuan Rumah, telah memperoleh sebuah bangunan Apartemen mewah di kompleks perumahan Luxury Modern, uang tunai sebesar $100.000, serta sebuah Ferarri 458. Anda juga menerima....]

[Tuan Rumah, uangnya sudah ditransfer ke rekening Anda. Dokumen apartemen dan kunci mobil telah dimasukkan ke dalam inventaris sistem...]

Pesan inilah yang mengubah hidup Gray selamanya.

Dari seorang yang tak berarti, yang berjuang melewati keras dan suramnya kehidupan, menjadi orang terkaya dan paling berkuasa di dunia. Bahkan di seluruh realitas?

Inilah kisah penuh petualangan Gray Terrens.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZHRCY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BERBELANJA

Sore hari, seorang karyawan wanita menyapa sambil sedikit membungkuk ketika Gray melangkah masuk ke dalam toko.

"Selamat sore, Tuan. Selamat datang di Armani."

Interior toko yang mengkilap berkilau di bawah cahaya hangat. Semuanya beraroma parfum, kemewahan, dan kepercayaan diri yang tenang.

Tanpa ragu, Gray berbicara. "Tolong berikan aku pakaian, sepatu, dan aksesori yang diperlukan. Aku ingin sesuatu yang sederhana. Aku memiliki uang tiga puluh ribu dolar."

Alis karyawan toko itu sedikit terangkat, meski senyum profesional tidak pernah lepas dari wajahnya. "Baik, Tuan. Silahkan ikuti saya."

Dia berbalik dan memimpin Gray menuju ruang tunggu pribadi, tempat dimana biasanya hanya klien tertentu yang bisa duduk.

Di dalam, Gray bersandar santai di kursi empuk berwarna krem, sambil menggeser-geser layar ponselnya. Tapi pikirannya bukan pada media sosial atau video acak. Pikirannya tertuju pada masa depannya.

Sekarang dia memiliki sebuah sistem—kekuatan misterius yang menjanjikan akan menjadikannya pria terkaya dan terkuat di dunia. Dan sejujurnya, ia tidak memiliki rencana mengejar ambisi besar.

Belum sekarang.

Selama empat tahun terakhir, sementara orang lain seusianya berpesta dan bermimpi, Gray justru tenggelam dalam kerja lembur dan pekerjaan kasar. Dia bekerja meski sakit, tidur dalam kelaparan, dan lebih banyak bertahan hidup daripada menikmati hidup. Setiap sen yang dia dapat habis untuk tagihan, pinjaman, dan utang yang orang tuanya tumpahkan begitu saja kepadanya seperti sampah.

Sekarang dia memiliki kesempatan untuk bernapas.

Kesempatan untuk hidup.

Dan itu saja yang dia inginkan untuk saat ini.

Jika sistem itu ingin membuatnya kuat, maka silahkan saja. Tapi untuk sekarang... Dia akan menikmati perjalanan ini. Untuk sekali saja, dia ingin membiarkan hidup menjadi lebih mudah.

Pikirannya terhenti saat karyawan toko tadi kembali dengan lengannya penuh pilihan busana. Dengan gerakan anggun yang sudah terlatih, dia menata pakaian, sepatu, dan aksesori di hadapan Gray.

"Semua ini sudah dipilih sesuai anggaran dan permintaan Anda. Tolong beritahu saya bagaimana pendapat Anda.”

Gray menatap barang-barang yang ditata rapi itu—setelan jas yang pas, pakaian kasual desainer, sepatu kulit buatan tangan, jam tangan, dan ikat pinggang. Semua bernuansa netral. Potongan yang rapi. Tidak ada yang mencolok, tapi jelas semuanya menunjukkan aura kemewahan.

"Aku akan mengambil semuanya,” katanya.

"Tentu, Tuan. Aku akan menyiapkan kemasan dan melakukan pembayaran."

Beberapa menit kemudian, dengan tas belanja di tangan, Gray keluar dari toko. Dia membuka pintu Ferrari merahnya, meletakkan tas-tas itu di kursi penumpang, lalu duduk dibalik kemudi. Kulit kursi menyambutnya bagaikan singgasana. Dia menyalakan mesin dan melaju kembali menuju penthousenya di Diamond Hill Estate.

~ ~ ~

Setibanya di penthouse, Gray langsung masuk menuju kamar tidur. Dia meletakkan tas belanja di atas tempat tidur, melepaskan pakaian lamanya, dan masuk ke kamar mandi yang berlapis marmer.

Air hangat mengguyur tubuhnya, membasuh lebih dari sekadar kotoran. Rasanya seperti membilas setiap kenangan buruk, setiap tagihan yang belum dibayar, setiap hinaan, setiap kali seseorang berkata bahwa dia tidak akan pernah berhasil.

Selesai mandi, dia mengenakan salah satu pakaian barunya—kemeja biru tua dimasukkan ke celana panjang abu-abu muda, dipadukan dengan sepatu kulit hitam matte dan ikat pinggang yang senada. Dia memilih jam tangan perak sederhana untuk melengkapi penampilannya.

Gray berbalik menghadap cermin besar di samping lemari dan berhenti sejenak.

Bayangan yang kembali menatapnya hampir membuatnya terkejut.

Dia baru berusia delapan belas tahun, dengan rambut gelap pendek yang kini tersisir rapi ke samping. Wajahnya memang bukan yang paling tampan, tapi bentuknya bersih dan bagus. Mata birunya, yang biasanya redup karena kelelahan, kini tampak tajam dan penuh semangat.

Tubuhnya masih terlihat kurus dan lelah, tapi itu akan segera berubah.

Dan pakaian barunya? Pakaian itu pas sekali menempel pada tubuh, menonjolkan bentuk tubuhnya yang ramping dengan presisi. Dia terlihat elegan, kaya, dan berwibawa.

Sulit dipercaya dia adalah orang yang sama yang kemarin masih mencuci piring dan dimarahi oleh pelanggan.

"Benar apa yang mereka katakan," bisik Gray. "Pakaian memang menentukan seseorang."

Dia mengumpulkan pakaian lamanya—lusuh, robek, bernoda—dan membuangnya ke tempat sampah.

Dia tidak akan kembali menjadi orang yang sama.

Tidak pernah lagi.

Gray berjalan ke ruang tamu, berniat berbaring di sofa dan menonton film. Baru saja dia meraih remote, ponselnya bergetar.

Dia melirik layar.

Itu dari mantan bosnya—orang yang beberapa jam yang lalu memecatnya.

Gray menatap nama itu selama beberapa detik, lalu menekan tombol kunci dan meletakkan ponsel menghadap ke bawah di sofa. Dia tidak ingin mendengar alasan atau hinaan yang akan keluar dari mulut pria itu.

Sebagai gantinya, dia menggulir daftar film dan memilih sebuah film aksi secara acak. Suara tembakan dan ledakan yang memenuhi ruangan justru terasa menenangkan.

Jam terus berjalan. Matahari tenggelam. Garis cahaya kota berkilau dari balik jendela penthouse.

Ketika Gray mematikan TV, waktu sudah lewat pukul sembilan malam. Dia mengambil ponselnya lagi dan mengecek—tujuh panggilan tidak terjawab dan tiga pesan, semuanya dari mantan bosnya.

Dia membuka pesan-pesan itu. Seperti yang diduganya, pesan-pesan itu berisi campuran alasan dan tuduhan terselubung.

"Kami tidak bisa memproses pesangonmu sekarang. Bisnis sedang kacau. Apalagi setelah insiden dengan wanita itu. Dia mengancam akan menempuh jalur hukum."

"Kau seharusnya tidak mengatakan hal itu. Kau tahu aturannya. Jangan memperumit keadaan."

Gray tertawa hambar.

Dia memang tidak berharap akan menerima uang itu, tapi cara pria itu memutarbalikkan keadaan seolah-olah semua salahnya tetap membuat darahnya mendidih.

Hampir setahun dia bekerja di bawah orang kecil itu. Selalu merasa harus berhati-hati. Selalu dipotong gajinya hanya karena pelanggaran sepele. Selalu diancam pemecatan seolah-olah pedang tergantung di atas kepalanya.

Satu kenangan pahit terlintas—bosnya pernah memotong setengah gajinya hanya karena seorang pelanggan mengeluh bahwa senyum Gray kurang "tulus."

Gray menggenggam ponsel erat-erat.

Dia menarik napas.

Menghembuskannya.

Lalu melemparkan ponsel ke sofa.

Biarkan saja, katanya pada dirinya sendiri. Dia tidak layak lagi untuk kemarahanmu.

Jika dia membalas dendam pada setiap orang yang pernah merendahkan atau menyakitinya, dia akan menghabiskan sisa hidup mengejar bayangan.

Itu bukan hidup.

Itu penjara dalam bentuk lain.

Tapi bagaimana dengan orang tuanya?

Dia tidak akan pernah memaafkan mereka.

Tidak sekarang. Tidak pernah.

~ ~ ~

Keesokan paginya, Gray bangun dengan tubuh segar.

Sinar matahari menerobos masuk melalui kaca besar di penthouse.

Sistem belum menampilkan tanda masuk harian, tapi Gray sudah menantikan hadiah apa yang akan dia dapatkan berikutnya.

Setelah mandi singkat, dia mengenakan pakaian baru lainnya—sneakers putih, jeans gelap yang pas, kaos polo abu-abu yang pas di tubuhnya, dan dompet kulit hitam baru di saku belakang.

Hari ini dia ingin berbelanja bahan makanan. Mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang—mengapa repot-repot memasak kalau bisa memesan apa saja? Tapi Gray selalu bermimpi bisa memasak di dapur yang indah, bukan di tempat sewa kumuh yang dulu dia tinggali.

Perjalanan dengan lift terasa mulus dan sunyi. Hatinya pun terasa tenang.

Namun begitu pintu lift terbuka, dia terkejut melihat seseorang berdiri tepat di depannya.

Wajah yang sangat familiar.

Viona.

1
:)
tersembunyi setelahnya jangan titik tapi koma
:)
untuk pakaian, dalam

kamu lupa kasih koma nanti orang yang baca jadi aneh
:): dan juga belanja nya jangan ada titik
total 1 replies
:)
*kau
ELCAPO: thanks koreksinya
total 1 replies
Fatkhur Kevin
lanjut thor
ELCAPO: sipp
jangan lupa suport teruss💪💪
total 1 replies
VYRDAWZ2112
💪🙏 tks thor
black swan
...
Fatkhur Kevin
baik. update yg banyak thor
ELCAPO: tetapp support teruss karya akuu
total 1 replies
Dexter Ngo
bagus
ELCAPO: tetap support terus guyss😘😘
total 1 replies
VYRDAWZ2112
ttp cemungut kak
VYRDAWZ2112
cemungut kak
VYRDAWZ2112
next
ELCAPO: sudah bisa diperiksa sudah update bab terbaruu😍😍
total 1 replies
tay kus
ini hanya berputar putar ceritanya
ELCAPO: tetap sabar proses masih panjangg💪
total 1 replies
Agent 2
manatttttttaaaaaaaappppppppp 👍👍👍👍👍
Agent 2
matttttaaaaaaaappppppppp👍👍👍👍👍👍👍👍
Dolphin
kerenn thor
Dolphin
kerenn
VYRDAWZ2112
smgt thor biar mkin bnyk yg tau novel ni
VYRDAWZ2112
bagus kok thorr,,👍
VYRDAWZ2112
💪💪💪
Fatkhur Kevin
lope lope sistem
ELCAPO: semangat juga baca ceritanya😘😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!