AKU PELAKORNYA

Setelah operasi ibunya berhasil dan dia masih memiliki sejumlah uang dari ibu Rika, Nayla memutuskan untuk berhenti bekerja di club malam. Iya memutuskan untuk bekerja di sebuah cafe, walaupun gaji nya tak terlalu besar. Tapi setidaknya itu cukup. Dan hari ini Iya mulai bekerja.

"Baiklah Nayla, hidup terus berlanjut. Bisa jadi nyonya Rika berubah pikiran atau anaknya tidak menyukaimu jadi kau harus mengumpulkan uang sebanyak mungkin". Ucapan memberi semangat diri sendiri.

Dipinggir jalan Nayla yang sedang menunggu taksi melihat mobil yang berhenti tepat didepannya.

"Tintin...!" bunyi klakson mobil tersebut berhasil membuat Nayla yang kaget langsung melihat kearah mobil yang terlihat asing baginya.

Wajah yang tak kalah asing muncul saat kaca pintu mobil diturunkan.

"Butuh tumpangan nona..!". Ucap pria tampan tersebut

"Maaf tuan, apakah aku mengenalmu? aku tidak bisa menerima tumpangan dari orang yang tak ku kenal..!" Nayla merasa wajah ini tak asing tapi dia lupa pernah bertemu dimana.

"Kau melupakanku nona, kita pernah bertemu di club XX". Ucapan pria itu selanjutnya berhasil mengingatkan Nayla pada malam yang menurutnya sangat sial itu.

"Ohh kau salah-satu pria diclub itu" Ucap Nayla malas

"Nggak butuh tumpangan kah nona?" mencoba mengulangi pertanyaan yang sama

"Gak usah tuan, nanti ngerepotin lagi...!" basa-basi Nayla padahal dalam hati senang dapat tumpangan gratis

"Nggak apa-apa, nggak ngrepotin..!". Membuka pintu samping mobil

"hehehee, baiklah jika anda memaksa tuan". Seru Nayla lalu masuk ke dalam mobil.

Didalam mobil

"Boleh aku tau nama kamu siapa?". Tanya pria itu

"Aku Nayla". ucap Nayla seadanya

"Aku Fabian". benar yang bersama Nayla sedari tadi adalah Fabian

"Aku nggak nanya tu,," gumam Nayla pelan

"Kau mengatakan sesuatu". Bertanya memastikan. padahal dia mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Nayla

"Nggak, bukan apa-apa..". ucap Nayla malas. "kau bisa mengantarku ke cafe X"

"Ahh baiklah. Kenapa kau mau saja menumpang di dalam mobil pria yang kau tak kenal". ucap Fabian basa-basi

"Aku mengenalmu Lo. Kau kan pria diclub malam itu. dan jika kau macam-macam aku tinggal melompat dari dalam mobil ini". ucapan Nayla berhasil membuat Fabian tersenyum

Melihat kepolosan dari gadis disampingnya ini. Fabian benar-benar sangat terhibur. Beberapa hari ini dia sering melihat Nayla dan mengetahui bahwa ibu Nayla salah-satu pasien di rumah sakit yang dikelola keluarganya.

Dia tau hidup Nayla sangat berat, tapi dia suka saat Nayla tidak banyak mengeluh dan terus berjuang atau mungkin dia sudah tidak mempunyai keluhan di hidup ini. Siapa yang tau.

"Eeeee, cafenya sudah lewat, tuan. Ngapain tuan ngelirik saya dari tadi? Nanti naksir Lo?" Nayla berkata sambil menggoda Fabian.

"Apa sih, naksir dari mananya dengan cewek modelan kaya kamu gini". Fabian berkata sambil menghentikan mobilnya "Ayo turun kita sudah sampai".

"Kita bukan hanya sudah sampai tuan, tapi terlewat". Pekik Nayla " kalau begitu saya permisi tuan, terimakasih ya". kata Nayla tulus di akhir kalimat.

"Hey Nayla, kenapa kau turus saja memanggilku tuan?. Aku punya nama, Nayla

"Yaa yaa, Aku tau. Kalau begitu saya permisi. Terimakasih ya fabian". kata Nayla tulus di akhir kalimat.

"oke" Fabian tersenyum mengacuhkan jempolnya lalu mobil kembali jalan meninggalkan Nayla yang masih memandangi mobil tersebut.

Nayla mamasuki cafe tersebut dengan hati riang, seolah dia tidak memiliki kekhawatiran hidup. Sampai dia mengingatkan bahwa besok hari yang di katakan ibu Rika

Nayla mencoba melihat undangan yang di berikan ibu Rika didalam tasnya

HARI ANNIVERSARY KE-30 TAHUN. TUAN DAN NYONYA DIMITRI