Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.
Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.
Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.
Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.
Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Terlihat Rudy dan lainnya sedang berjalan menuju ke dalam kota.
"Emma, kenapa kau tahu alasan kita menjadi murid Akademi.?" Tanya Rudy.
"Mereka sangat menghormati murid Akademi, apalagi seorang guru. Karena status hunter hanya bisa didapatkan di dalam Akademi." Jawab Emma.
"Apa di sini ada akademi.?" Tanya Rudy.
"Tentu saja ada." Jawab Emma.
"Apa kau ingin mendaftar sebagai murid Rudy.?" Tanya Marco.
"Ah, sepertinya itu sangat menarik." Jawab Rudy.
"Sebaiknya kita lihat dulu, seorang Raja di sana." Kata Emma.
Di tempat lain, di alun-alun kota, sudah banyak orang-orang yang berkumpul. Bahkan kerumunan orang di sana sampai memenuhi satu kota.
"Apa Yang Mulia Raja sudah siap.?" Tanya Smith kepada ajudannya.
"Kami belum tahu pasti Yang Mulia." Jawab ajudannya.
"Tidak habis pikir, Yang Mulia Raja datang bersama dengan para panglimanya. Mereka juga akan memperkenalkan calon kesatria perang yang baru." Kata Smith.
"Yang Mulia, mereka juga akan memperkuat benteng ini, bahkan tim ekspedisi yang baru sudah dibentuk." Kata ajudan.
"Ah, aku sudah tahu itu. Sepertinya laporan keuangan kita tidak dipercaya oleh istana." Saut Smith.
Beberapa saat kemudian
"BERIKAN HORMAT, YANG MULIA RAJA TIBA." Teriak panglima di sana.
"Akhirnya dia keluar." Kata Smith.
"SELAMAT DATANG DI BENTENG SELATAN, YANG MULIA RAJA." Kata semua orang di sana sambil menundukkan kepala.
Di tempat Rudy berada.
"Mana, mana, aku tidak bisa melihatnya, ini terlalu jauh." Kata Rudy.
"Kita tidak bisa menerobos lagi Rudy." Saut Emma.
"Lalu, bagaimana kita bisa melihat Sang Raja.?" Tanya Rudy.
"Sepertinya tidak ada kesempatan. Mereka juga membawa 6 panglima perang ke sini." Kata Marco.
"Aura mereka lumayan juga." Kata Lilia.
"Tapi tetap saja, itu tidak sebanding denganmu Lilia. Bahkan Raja mereka sekalipun." Kata Emma.
"Benarkah.?" Tanya Lilia.
"Yup, itu benar." Jawab Emma dengan tersenyum.
Sang Raja pun memberikan sambutan singkat. Hanya dengan ucapan "Berjuanglah." yang keluar dari mulut Sang Raja. Lalu, ia pun pergi meninggalkan alun-alun.
"Heh.? Sambutan macam apa itu.?" Kata Marco.
"Dia sudah pergi." Kata Lilia.
"Aah, aku belum melihatnya." Saut Rudy dengan kesal.
"Acaranya masih belum selesai Rudy." Kata Emma.
"Sepertinya mereka akan memperkenalkan para panglima dan calon kesatria." Kata Lilia.
"Hadirin sekalian. Sosok yang menopang kerajaan Alden, panglima perang yang terkenal sangat kuat, dan menjadi kaki tangan Sang Raja, perkenalkan." Kata MC.
Panglima Perang:
[Rocky Ken, Laki-laki, Umur 33, Rank AA]
[Stevani, Perempuan, Umur 28, Rank AA]
[Viona, Perempuan, Umur 35, Rank AA]
[Joseph, Laki-laki, Umur 42, Rank A+]
[Gilbert, Laki-laki, Umur 34, Rank A+]
[Kevin Dom, Laki-laki, Umur 26, Rank A+]
"WOOOOO." Teriakan semua orang di dalam sana.
"Mereka cukup kuat untuk melawan hewan iblis di luar sana." Kata Rudy.
"Apa mereka juga lulusan dari Akademi? Ternyata ada juga yang masih muda." Tanya Marco.
"Mereka adalah lulusan Akademi, lalu mereka mengembangkan kekuatannya di luar sana." Jawab Emma.
"Lihatlah dirimu sendiri Marco. Bahkan kau masih umur 19 tahun sudah mencapai Rank M (Mythic), itu jauh dari kekuatan kerajaan ini." Kata Lilia.
"Ahaha. Kau benar, tapi aku tidak boleh sombong." Kata Marco malu-malu.
"Selanjutnya, calon kesatria perang kerajaan Alden, yang sekarang masih menempuh pelajaran di Akademi Rousen." Kata MC.
"Ah, mereka masih pelajar. Kita lihat seberapa hebat mereka." Kata Rudy.
Calon Kesatria Perang:
[Alicia Eden, Perempuan & putri Raja Eden, Umur 16, Rank A+]
[Eva Paracia, Perempuan & putri bangsawan, Umur 18, Rank A]
[Herry Edward, Laki-laki & putra bangsawan, Umur 18, Rank A]
"Hem, lumayan, tapi tidak ada yang spesial jika dibandingkan dengan Marco dan Lilia." Kata Rudy.
"Yang benar saja kau membandingkan kami dengan mereka. Kita sudah pernah pergi ke neraka." Saut Marco.
"Haha. Mereka juga masih seumuran dengan kita. Tidak kusangka dia adalah putri Raja, dia juga terlihat cantik." Kata Rudy.
Emma yang mendengarnya tiba-tiba mengeluarkan aura.
"Sebaiknya kau hati-hati dengan ucapanmu." Kata Marco yang melihat Emma kesal.
"Kenapa dia bisa kesal begitu.?" Saut Rudy.
"Hem." Saut Emma sambil memalingkan wajahnya dari Rudy.
"Hihi, mungkin dia cemburu." Saut Lilia.
"Apa urusannya denganku. Benarkan Marco.?" Kata Rudy.
"Ehehe, aku tidak berani menjawab." Saut Marco.
"Kau harus di pihakku, Marco." Kata Rudy.
Emma pun pergi meninggalkan tempatnya.
"Hem, sebaiknya kita pergi dari sini, acaranya sudah selesai." Kata Lilia sambil berjalan mengikuti Emma.
"Huh, baiklah." Saut Rudy.
Acara penyambutan pun selesai. Orang-orang mulai pergi meninggalkan tempat. Lalu Rudy dan lainnya pergi ke bar sambil mengobrol di sana.
"Kita harus mencari penginapan di sini." Kata Rudy.
"Biar aku yang mencarinya." Saut Emma sambil berdiri dari kursinya.
"A, aah, baiklah." Kata Rudy yang melihat Emma tiba-tiba berdiri.
"Aah, akhirnya aku bisa tidur di atas kasur yang empuk." Kata Marco.
"Aku juga ingin tidur di kasur yang empuk." Saut Rudy.
"Kita harus pisah kamar Marco, kau tidak boleh sekamar denganku." Kata Lilia.
"Kita hanya perlu menyewa 2 kamar, atau 4 kamar sekaligus, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Saut Marco.
"Kamar di sini hanya ada 3. Lalu, bagaimana kita membaginya.?" Kata Emma yang tiba-tiba datang.
"Biarkan perempuan dulu yang memilih." Kata Lilia.
"Baiklah. Kau dan Emma bisa menempati kamar masing-masing. Aku dan Marco akan sekamar." Kata Rudy.
"He.? Apa maksudmu, biarkan aku sekamar sendirian? Aku tidak mau kau menendangku keluar jendela." Saut Marco.
"Haa.? Lalu bagaimana.?" Tanya Rudy.
"Begini saja, aku akan sekamar dengan Rudy, dia tidak akan bisa menendang ku. Kau dan Lilia bisa mengambil kamar masing-masing." Kata Emma sambil tersenyum.
"HEEEE.??" Teriak mereka bertiga.
"Yang benar saja Emma.? Apa kau tidak takut aku raba.?" Kata Rudy.
"Silahkan jika kau berani.?" Kata Emma penuh ancaman.
"A, ah. Sepertinya aku akan mati jika melakukannya." Kata Rudy.
"Baiklah. Kamar sudah ditentukan, mari kita pergi beres-beres." Kata Marco sambil berdiri.
"Aku duluan Rudy." Kata Lilia sambil berjalan menuju kamarnya.
"Baik. Nanti malam kita berkumpul di sini." Kata Rudy.
"Siaap." Saut Marco.
"Lalu, kapan kita akan pergi ke kamar.?" Tanya Emma.
"Sebentar Emma. Bagaimana kau bisa memesan kamar-kamar itu, apa kau punya uang.?" Tanya Rudy yang curiga.
"Hihi. Apa kau tidak tahu.?" Saut Emma.
"Jelaskan padaku." Kata Rudy.
"Tentu itu uang yang ada di inventorymu, aku bisa mengambilnya dan menggunakannya. Aku juga tahu jika uang itu berkurang. Jadi berhati-hatilah Rudy, jangan macam-macam dengan uang itu, aku bisa mengetahuinya." Kata Emma.
"Tidak mungkin." Kata Rudy yang terkejut.
"Kita sudah menjadi satu, apapun yang kau simpan di inventory-mu, aku bisa melihat dan menggunakannya. Tapi aku tidak bisa memasukkan apapun kedalamnya." Kata Emma sambil tersenyum.
"Sepertinya aku berada di dalam penjara." Saut Rudy.
"Hihihi. Baiklah, mari kita ke kamar. Aku juga ingin membersihkan tubuhku." Kata Emma sambil berdiri dan berjalan menuju kamar.
Tapi Rudy masih berada di tempat duduknya.
"Apa kau akan menunggu di situ sampai besok.?" Tanya Emma.
"Huh," Kata Rudy yang menghela nafas.