Demi uang operasi untuk adik nya, Amelia rela menjual rahim nya kepada seorang misterius dengan topeng serigala di wajahnya.
Tanpa tahu bagaimana identitas maupun Wajah pria yang menanamkan benih nya di rahim milik nya.
Dan pada akhirnya Amelia melahirkan bayi untuk pria itu, dan perjanjian pun berakhir. Amelia pergi dengan membawa uang kompensasi dan juga kesembuhan adik kesayangannya.
Apakah Amelia akan kembali bertemu dengan bayi nya, dan apa Amelia akan tahu siapa pria di balik topeng serigala itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Indira nampak terdiam dan bingung untuk menjawab. Tapi demi kebaikan suaminya, Ia mencoba untuk tersenyum.
"Emm...jika dengan cara itu, kita bisa punya anak kenapa tidak." Jawabnya.
Marcell nampak bahagia, baru kali ini Indira mau tersenyum dan bercanda. Dengan melihat semua itu, Marcell menjadi bersemangat dan ingin secepatnya punya anak.
Setelah berbincang lama, Marcell keluar dari kamar Istrinya dan menemui Pak Ardi.
"Saya ingin wanita itu untuk malam ini!" Ucapnya tegas.
Pak Ardi nampak terkejut dan bingung. "Tapi tua...!" Ucapnya terhenti.
"Saya tidak ingin mendengar tapi, siapkan wanita itu dan siapkan foto wajah Indira." Perintahnya.
"Baik tuan!"
Pak Ardi nampak bingung. "Untuk apa menyiapkan foto wajah Indira, atau jangan-jangan...!" Batinnya.
Di rumah sakit...
Amelia nampak lega melihat kondisi adiknya yang sudah mulai membaik karena operasinya berjalan lancar.
Di balik hatinya yang bahagia, tibalah Pak Ardi dengan membawa kabar yang tak ingin dia dengar.
"Nona, sekarang waktunya!"
Amelia nampak tidak rela, jika keperawanan harus di renggut oleh lelaki yang tidak Ia kenal.
"Tapi pak..! Saya belum siap." Jawab Indira dengan wajah sedih.
"Suap atau tidak, nona harus menepati janji! Datanglah ke hotel mawar jam tujuh malam dan kenakalan pakaian ini." Jawab Pak Ardi sambil memberikan bingkisan.
Amelia menerimanya dan Pak Ardi pergi. Tubuhnya nampak terjatuh ke lantai karena terasa lemas.
"Bagaimana ini...? Apa yang harus kulakukan?" Batinnya yang resah.
Amelia bangkit dan menatap tubuh adiknya dari balik kaca yang ada di pintu.
"Seharusnya aku bersyukur, karena Pak Ardi nyawa Dimas tertolong. Aku tidak perlu ragu lagi, aku harus menepati janji!" Batinnya dengan tekad bulat.
Amelia menatap jam yang ada di dinding rumah sakit, terlihat waktu sudah menunjukkan pukul 18:30. Amelia bergegas pergi dari rumah sakit dengan menggunakan ojek.
Selang beberapa waktu, Amelia akhirnya sampai di hotel mawar dan meminta kepada resepsionis.
"Permisi, saya kesini mau ambil kunci kamar!"
"Atas nama siapa mbak?" Tanya resepsionis yang berjaga.
"Atas nama Pak Ardi."
Akhirnya resepsionis memberikan kunci kamar dengan nomer 101. Amelia berjalan menyusuri lorong dan mencari nomer tersebut.
"Sepertinya ini kamarnya!" Batinnya sambil menarik kenop pintu.
Akhirnya pintu terbuka dan mata Amelia nampak membulat melihat kamar yang indah yang berukuran besar. Mata Amelia nampak berbinar dan senyumnya merekah.
"Wah...indah sekali!"
Tapi dengan seketika mukanya terlihat pucat dan bibirnya berhenti untuk tersenyum.
"Kamar ini memang indah, tapi sayang di kamar ini juga semuanya akan terenggut dari hidupku."
Amelia nampak meneteskan air mata dan bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai, Ia menggunakan piyama dewasa yang di berikan Pak Ardi.
Tak lupa, Amelia menambah sedikit riasan di wajah dan menyisir rambutnya. Amelia terlihat cantik, menggunakan semua itu.
Setelah lama bersiap, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh tepat. Amelia bergegas naik ke ranjang menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
Dan di saat itu pula, pintu mulai terbuka. Amelia mengintip dari balik selimut. Nampak seorang lelaki dengan tubuh kekar berdiri masuk. Tapi wajahnya di tutupi topeng dengan wajah serigala, jadi dia tak bisa melihatnya.
Lelaki itu menutup pintu dan lampu pun mulai mati. Lelaki itu melempar, tas plastik ke arah Amelia.
"Pakailah penutup mata itu dan aku tidak suka menunggu!" Ucapnya ketus.
Amelia keluar dari selimut dan segera menggunakan penutup mata tersebut. Lelaki yang ada di hadapannya nampak tersenyum, melihat wajah Amelia yang cukup menarik dan sedikit membuatnya bergairah.
"Baru kali ini, aku merasakan bergairah kembali. Setelah Indira sakit, tak ada rasa sedikitpun untuk bercinta. Tapi dengan melihat wajah wanita itu, burungku mulai tergerak dan bangkit." Batin Marcell.
cuma ada sedikit hiperbola di beberapa bagian.
kritik dikit ya tor 🙏
anak umur 2 tahun udah gentayangan sendiri di taman dan dengan mudahnya diajak pergi orang asing, padahal orang kaya.
aku orang susah, walaupun anakku udah TK (5-6 th) kalo kemana mana pasti ku temenin.
lah itu orang kaya, umur 2 tahun lagi!
lebih masuk akal kalo ada pelayan yang nemenin tu anak kemana mana.
gaya bicara ziana juga terlalu smart untuk anak 2 th.
anak kecil kalo ditanya berapa umurnya, 90% akan jawab dengan gelengan kepala atau nunjukin 5 bahkan 10 jarinya sekaligus.
ziana dengan mudahnya bilang 2 tahun 2 bulan.
haha u gotta be kidding me!
punten ya tor 🙏
tapi saya mah ga bisa bikin cerita sebagus ini haha cuma bisa baca doang.
tetep semangat berkarya ya tor, semoga karya selanjutnya akan jauh lebih baik 👍
tp bila saat itu ada berbeda hanya bisa menjaga hati
agar tak berharap buat kesedihan itu hadir
fokus otaknya cuman 1
beda dg perempuan yg multi
reward n panishmen