Cinta Berbekal Matre?

“Pengakuan mantan kekasih mengenai Rista, mendadak buat hati tersentuh, mengajak dalam menyelami kembali romansa mereka dulu, batas bincang cerita lama.”

📖📖📖

Sepulang sekolah, langsung singgah ke rumah Vlora mengibarkan kegembiraan saat tadi di sekolah jam istirahat di ajarkan animasi buat pembelakan di ujian kejurusan mendatang.

“Vlo..tanya kah, tadi di sekolah Randy ajarkan saya animasi trus di kasih pinjam segala buku catatannya. Senang apa bilang..” Girang Cantika.

Vlora melongo, sangat bingung, mendadak sekali .. “Ah, masa sih?” Masih belum percaya, serius.

Dengan semangat gadis itu pun melihatkan buku tersebut dengan menunjukkan nama pemiliknya

“Sebentar sore katanya dia mau ngobrol sama saya.” Kok, langsung ada getir tercipta di sana?

Cantika, bisa bawa buku catatan kejuruanku kah di rumah?

Baru juga di bawa pulang hari ini, belum sama sekali di pelajari sudah di minta balik sama yang punya, bahkan untuk menyiapkan materi ujian kejurusan sama sekali belum masuk ke dalam otak.

Pun, cowok itu minta buat datang ke rumah sekalian ngobrol soal studi yang akan di tempuh di luar kota.

Sedikit mengundang bingung, seharusnya kan, Rista. Bukan dirinya.

“Daaa..saya balik dulu eh?!” Tiba-tiba Cantika pamit.

Hanya di balas geleng-geleng dari Vlora lalu mengantarkan sampai depan rumah, karena takut nanti di gigit anjing peliharaannya.

Beberapa jam kemudian, sudah saip-siap ke rumah Randy dengan jilbab berwarna tosca. Saat sampai depan pintu rumah cowok itu, mendadak membeku.

Kalimat beberapa tahun kembali terputar, “daripada kamu galau-galau pikir dia, mending ikut saya saja sudah ke rumahnya.” Kata Elvira.

Ada senyum miring, sekarang menapaki kaki seorang diri tanpa sahabat.

“Can..” Randy memanggilnya, menyadarkan dari lamunan.

Saat sudah masuk ke dalam toko, sunyi dan sedikit gelap.

“Orangtuamu ke mana, Ran?” Kata Cantika, sedikit gugup.

Takut nanti di katai matre atau kalimat-kalimat pedis lainnya dari ibunda mantan kekasihnya itu.

“Oh, mereka lagi ke luar, kenapa? Jangan bilang takut ketemu mamaku?” Ah, tebakan Randy kenapa benar sih.

Hanya bergeming dan keringat dingin. Kalau belum selesai belajar dan dengar cerita tentang cowok itu lanjut kuliah di luar kota, sudah bersitatap dengan beliau, gimana?

Dialog pertama apa yang akan di siapkan Cantika dinobatkan sebagai cewek matre, pemeras pulsa di anandanya ini? Padahal sama sekali tidak pernah.

“Sudah, tenang saja, mereka balik paling malam.”

Seperti paham dengan mimik wajah gadis itu, Randy memberikan kalimat penenang.

Setengah jam mereka belajar dengan berdiri depan kasir toko, memang benar-benar jadi cowok tidak peka sama sekali. Coba tawari duduk di mana kek, malah asyik membiarkan tamunya berdiri.

“Oh yah, Can, saya mau ngomong tentang Rista, ternyata dia punya simpanan. Dan..saya tidak tahu apa-apa.”

“Hah, kok bisa sih?” Di balas bingung oleh Cantika.

Randy mengangguk dan mengoceh lagi, “nih..lihat sendiri sudah, atau mau dengar langsung vn mereka ngobrol apa saja?” Tanpa persetujuan gadis itu, sudah langsung main diputar dong.

“Ih, kok bisa sih, Rista kasih begini kamu di belakang? Padahal yang saya tahu dia sayang sekali sama kamu.” Ada jeda tiga detik, “trus adik kelasnya kita juga pernah bilang ke saya, kalau Rista ada belajar samakan sikapmu, dari bicara dan gerak-gerikmu.”

Tidak mendapatkan balasan wah melainkan tatapan getir yang di tampilkan depan Cantika. Sedikit bingung, kenapa lagi sih.

Penyesalan kah. Hm, kemungkinan besar sih.

“Coba mamaku tidak anggap kamu matre, mungkin kita masih pacaran eh?” Randy membuang napas lelah, “saya masih sayang sama kamu, Cantika.”

Nah, kan, kata-kata berbungkus sebuah penyesalan. Sudah pernah memilih pergi dengan alasan mau fokus belajar tapi ternyata masih ada rasa.

Hm. Tidak bisa mengelak juga kok, gadis itu sayang Randy. Hanya bisa mengulum senyum simpul. Tidak mau terlalu kentara selain diam mendengarkan kisah cinta mereka berdua.

“Hm..Ran, bagaimana perasaan Rista kalau kamu bilang begini ke saya?” Dengan cepat mengatur perasaan sempat di bawa terbang oleh cowok itu, setenang mungkin.

Jujur, menyimpan rapat-rapat kesenangan mendapati penuturan langsung dari Randy bukan lagi lewat prantara teman dekatnya selama ini, rasa cowok itu nyata namun terhalang oleh ketidakrestuan mamanya.

“T-tapi, jujur, saya masih sayang sama kamu, makanya kenapa saya minta kamu ke sini? Karena mau jujur, trus kasih tahu tentang hubungannya Rista sama orang ini.” Kata Randy terbata-bata dan penuh tulus.

Menghargai pengakuan rasa itu, tapi tidak mungkin bisa bersama lagi dalam menggandeng romansa seperti kali pertama merasakan di anggap ada pun di hargai oleh Randy sebagai kekasih, bukan mantan.

Hah. Bisa di pastikan di balik kata-kata yang sudah disampaikan, cowok itu ingin balikan, hanya ada dinding besar menghalangi mereka berdua.

“Oh yah, nanti kalau sudah dengar hasil kelulusan, besoknya saya berangkat ke jogja.” Menggantung, sambil melihat ke bola mata mantan kekasih lamat-lamat, “kamu disini jaga diri baik-baik eh? Saya pamit, maaf belum bisa berikan yang terbaik, selalu buat kamu menangis di sekolah.”

Hue..Randy pamit tulus kah?

Mendadak ada ruas-ruas menyentuh sangat haru dalam batin Cantika, nyaris menangis mendengar penuturan pamit mantan kekasih.

“Can? Boleh, saya peluk kamu? Untuk terakhir kalinya? Karena setelah ini, saya tidak bisa lihat kamu lagi seperti biasanya di sekolah.” Pinta Randy yang langsung diangguki pelan dari Cantika.

Please, dalam dekapan hangat kedua mantan kekasih ada sebuah rindu tersembunyi mengalir begitu saja lewat pelukan tersebut, yang akhirnya bisa tersampaikan satu sama lain, dalam diam cukup lama.

Rasanya mereka tidak ingin melepaskan pelukan, lama, dalam menyampaikan pesan rindu dan cinta yang terhalang oleh restu dianggap matre.

“Sebenarnya kamu bahagia nggak sih pacaran sama Rista?” Kata Cantika tiba-tiba, setelah melepas pelukan itu.

Menggeleng.

“Jadi, selama ini Rista kamu jadikan plampiasan, karna kita tidak bisa balik lagi seperti dulu?” Cantika meminta kepastian.

“Hm, yang sudah kamu dengar tadi. Saya masih sayang sama kamu, makanya saya cari nama yang sama kek kamu.”

Sungguh, keterlaluan sekali. Selama ini yang Cantika dengar, benar adanya? Bukan cerita fiksi dari teman-teman sekelas juga adik kelas intel yang sempat menganggap semua itu menyenangkan dan menenangkan hatinya.

Setelah dengar langsung dari orangnya, baru bisa percaya. Masih sayang dan jatuh hati berulang kali dengan orang yang sama.

 🧭🧭🧭

Dua tahun kepergian Randy ke kota pelajar, masih tersisa rindu mendalam. Pun sebelum itu juga, sudah bisa melihat sikap hangat, ramah saat mengajari animasi dalam kelas tanpa harus memberikan tatapan datar.

Andai .. Randy jujur lebih awal, mungkin bisa menghabiskan sisa-sisa waktu di sekolah dengan menyenangkan bukan suram.

Pantas saja, akhir-akhir dalam menjemput ujian sekolah selalu memberikan sikap manis, ternyata masih ada rasa yang gensi dan malu di ungkapin.

Setelah mau lulus, baru mau jujur. Sama saja nyiksa perasaan anak perempuan orang tahu! Ah, Cantika masih belum terima.

Ada chat dari cowok itu, datang liburan kah? Maybe.

Can, ada wkt kah? Sy mau ksh kmbli brg yg prnh km ksh

Membuang napas sangat panjang, emosi sekali. Jadi mengembalikan ingatan tentang gadis itu sempat melihat salah satu foto tangan dengan mengenakan gelang couple, tanpa caption, tentunya itu di bandara.

Dan Cantika mengstalker akun facebook Rista, keponya mulai kumat.

Cantika Rista memperbarui statusnya

Randyyy!!! lulus ciee :D :D jogja bro hahaha

Moment yg gak bakal gue lupain hari ini ^^ :* pokokx gue syg lo! Titik pake tanda seru gak pake koma hahah.

Mengangguk-ngangguk kepala dengan paham, kenapa Randy mau mengembalikan semua barang-barang pemberiannya saat masih pacaran, bisa di bilang itu di kasih saat tukar kado masuk anniversarry mereka dulu.

Vlora sempat protes lewat messengger facebook, jih, bknnya di smpan malah di kembalikan, bodoh skli Randy itu, Can!

Bukan hanya protes melainkan titip saran jangan mau ketemu Randy, karena bakal mengundang tamu-tamu keterlukaan dalam hati lagi.

Fine. Pamit Randy beberapa tahun lalu terkesan tulus, sayang masih belum menghilangkan sikap labil tersebut, yang cukup menerbitkan kekesalan dalam batin Cantika, serius dah.

Apakah mengembalikan barang-barang pemberian gadis itu berasal dari permintaan Rista?

Dulu, semasa sekolah adik kelasnya selalu mencari-cari keping masa lalu mereka berdua, yang belum sama sekali bisa move on dari Cantika. Namun, ternyata cemburu itu berasal dari hati kakak kelasnya, saat tahu lebih mementingkan dirinya di banding barang pemberian itu bakal di kembalikan.

Bukannya simpan atau bagaimana, justru mau di kasih kembali.

Bahkan sempat tak segan-segan Cantika bilang bakar sja bila perlu! Saking muaknya dengan sikap labil milik mantan kekasihnya itu.

Waktu kelulusan pun tidak bisa merayakan bareng dua sahabat, ada pertengkaran lagi yang membuat mereka lost komunikasi.

Tahun ini sudah ada niat buat ngambil kuliah, karena dua sahabat mulai ngomel tentang masa depan, pekerjaan layak dan lain halnya yang buat telinga Cantika panas mendengarkannya.

Ah, ralat, dulu sebelum benar-benar ditenggelamkan oleh egoisme diri lagi. Dan, untuk kali ini sendirian memberanikan diri ngambil formulir masuk kuliah. Karena ada satu keinginan mau di banggakan juga oleh orang rumah terutama mama.

Dan, hari ini ada ujian seleksi masuk perguruan tinggi, “hei..kamu maba yah?” Tegur salah satu calon maba di sana.

Hanya mengangguk.

“Oh, kenalin saya Fitri, kalau kamu?”

“Cantika,”

Lalu, mereka berdua bercerita lebih tepatnya gadis itu, berkisah mengenai dua sahabat lama hilang dari dekapan dan hanya bisa memantau lewat media sosial. []