"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Elvano Gautama
Sekar jadi malu sendiri, dirinya ternyata terlalu percaya diri. Alvaro mengatakan itu bukan karena perhatian, tapi karena tidak ingin direpotkan
"Maaf mas" lirihnya, dan Alvaro diam saja malahan Kanaya yang menjawab
"Tidak masalah sayang, setelah ini kita ke supermarket depan ya"
"I-iya Tante"
***
Setelah Alvaro berangkat, Kanaya membawa Sekar serta Lucky pergi belanja. Beberapa kotak susu dari merk ternama dimasukkan kedalam troli, bahkan Kanaya mengambil beberapa rasa karena Sekar belum pernah mengkonsumsi susu ibu hamil seperti ini
"Apa ini gak berlebihan Tan? Ini kebanyakan!" Sekar menatap kearah troli yang penuh, bahkan Kanaya membawa lagi satu troli
"Enggak kok, isinya cuma keperluan kamu sama cemilan Lucky. Apanya yang berlebihan?"
"Tapi ini kebanyakan"
"Aduuh, kamu harus selalu minum susu Sekar, ini semua demi kebaikan anak dalam kandungan kamu!"
Sekar tersentuh, Kanaya benar-benar mertua idaman bagi semua wanita. Hanya saja jika mengenal putranya maka, siapapun akan urung
Mereka kembali dengan beberapa kantong belanjaan, isinya hanya keperluan Sekar selama hamil, ada juga beberapa cemilan
Kanaya tau, jika hamil seperti Sekar ini maka kebanyakan wanita suka dengan cemilan, Kanaya cukup takjub karena selama Sekar disini, tak pernah ia melihat wanita itu mual atau muntah. Nafsu makan Sekar juga terbilang bagus
Sekar kembali ke kamarnya, tubuhnya terasa lelah dan butuh beristirahat barang sejenak
Sekar membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, rasanya ia cukup rindu pada Adrian suaminya. Sejenak ia berpikir apa Adrian juga merindukannya
Sekar tak tahu apa Adrian mencarinya atau tidak, atau pria itu kini tengah fokus pada kondisi istrinya
"Kamu yang kuat ya nak! Mama pastikan agar kamu baik-baik saja, kita tidak perlu siapapun termaksud papa"
Ujar Sekar sembari mengusap perut yang masih terlihat rata diusia kehamilan yang menginjak sembilan Minggu
***
Beberapa hari berlalu, hari ini Widia diizinkan untuk pulang dari rumah sakit. Wanita itu tiba dirumah dengan didampingi oleh suami serta mertuanya
Adrian menggendong tubuh istrinya lalu membawanya hingga ke kamarnya
"Kamu mau kemana lagi mas?"
"Berhenti bertanya! Istirahat aja!"
"Tapi aku mau ditemenin mas!" Widia terlihat merengek dan Adrian kesal dibuatnya
"Aku ingin mencari Sekar"
"Kamu masih ngarepin istri kamu itu mas? Kenapa gak dicerein aja sih?"
Adrian geram, ia yang sudah hendak pergi, berbalik, menatap tajam pada Widia yang masih duduk diatas tempat tidur
"Buang jauh-jauh pikiran kamu itu! Sampai kapanpun aku gak akan pernah menceraikan Sekar!" Tegasnya
Pada akhirnya, Adrian benar-benar pergi, entah tujuannya kemana, yang jelas Adrian ingin segera menemukan Sekar
***
Setelah kepergian Adrian, Nina masuk kedalam kamar menantunya. Widia yang belum tidur menyambut kedatangan sang mertua
"Ibu mau bicara sesuatu sama kamu Widia" Wajah Nina terlihat serius
"Ada apa Bu?"
Nina mendekat, duduk di sisi tempat tidur berhadapan dengan Widia yang tengah bersandar
"Kamu tau tentang keadaan kamu kan?"
Widia mengangguk lemah, ia tau dirinya akan sulit punya anak, atau bahkan tidak akan pernah
"Ibu sudah bicarakan ini dengan Adrian, ibu harap kamu bisa menerimanya"
"Maksud ibu?"
"Ibu sudah meminta Adrian untuk menikah lagi"
Widia terkejut, rasanya bak tertusuk ribuan belati tajam. Dalam sekejap air matanya luruh, bersama rasa pilu tentang apa yang coba mertuanya sampaikan
"Aku tidak ingin dimadu" Jawabnya tegas, membuat Nina melotot
"Jangan sok kamu Widia! Apa kamu pikir Adrian mencintai kamu? Selama ini kamu hidup sebagai istri kedua kan? Lalu apa bedanya?"
"Aku bukan mbak Sekar, Bu. Aku akan mempertahankan suamiku! Aku sudah berhasil menyingkirkan mbak Sekar, jadi aku gak mau ada orang asing lagi yang datang dalam rumah tanggaku"
Nina terkejut, dari ucapan Widia jelas jika Sekar tak salah, apa yang coba wanita itu sampaikan beberapa hari yang lalu adalah sebuah kebenaran
"Jadi kamu memang sengaja ingin mencelakai Sekar?"
Widia tersentak, kenapa ia bisa keceplosan seperti ini. Jika Adrian tahu, maka pernikahannya akan dalam ancaman
"Ak-aku, aku.."
"Ceroboh! Kalau aja kamu gak bertindak bodoh, penantian ibu dan keluarga besar sudah terpenuhi, Widia" geram Nina "Apa kamu juga tau kalau Sekar hamil?"
"Aku cuma gak mau mbak Sekar dapat segalanya saat mas Adrian tau kalau mbak Sekar hamil"
Plak
"BODOH! Karena tindakan bodoh kamu, ibu gagal dapet cucu! Sekar juga lari dengan membawa bayinya lalu kamu mandul!"
Widia memegang pipinya yang terasa perih, tamparan Nina begitu keras
"Maafkan aku Bu"
"Adrian akan tau tentang ini!"
Widia menggeleng, jika Adrian tau, besar kemungkinan Adrian akan menceraikannya. Terlebih tak ada lagi yang membuatnya bisa dipertahankan
"Jangan Bu! Aku gak mau sampe mas Adrian menceraikan aku"
"Kalau begitu turuti keinginan ibu, biarkan Adrian menikah lagi!"
Hening, tak ada suara. Hingga dalam keheningan itu Widia mengangguk
***
Waktu berlalu, Tanpa terasa sebulan sudah Sekar tinggal dirumah besar milik keluarga Gautama
Bukan tidak berniat pulang, hanya saja Kanaya dan Lucky selalu punya alasan agar Sekar tetap tinggal disana
Kemarin dirinya menghubungi Dewi di panti, dan wanita paruh baya itu mengabarkan jika Adrian kerap datang kesana mencarinya
Dewi bahkan menyarankan agar Sekar tetap pada persembunyiannya hingga nanti siap berpisah dari suaminya
Sekar tengah bersantai, menemani Lucky menggambar bak seorang ibu. Sesekali ia mengusap perut yang mulai terlihat membuncit
"Mom.."
Suara teriakan terdengar, Sekar bingung karena tak mungkin Alvaro yang datang saat hari masih siang
"Mom.."
"Om Vano.." Lucky yang semula tengkurap gegas berdiri lalu menghampiri seorang pria tampan yang datang dan memeluknya
"Hey jagoan! Kamu sudah semakin besar" lelaki itu mengusap kepala putra Alvaro itu
Sekar ikut berdiri, tersenyum saat tatapan pria itu terarah kepadanya
"El" Kanaya yang keluar dari kamarnya berlari menghampiri putra bungsunya itu
"Mommy" keduanya saling berpelukan, sekarang Sekar tau jika pria yang datang adalah putra kedua Kanaya
"Dia siapa Mom?"
Kanaya membawa pandangannya pada Sekar yang berdiri mematung, sekalian ia kenalkan Sekar pada putra bungsunya itu
"Sini Sekar!"
Sekar mendekat, hingga ia berdiri dihadapan Elvano yang menatapnya
"Aku El" Elvano menyodorkan tangannya dan Sekar menyambutnya
"Sekar"
Elvano tersenyum, tangan Sekar ditahan membuat Sekar kesulitan menariknya
"Lepas!" Kanaya memukul tangan putranya
"Dia Sekar, sebulan lalu mama gak sengaja nabrak dia, dia gak punya keluarga, makanya mama bawa kesini!" Jelas Kanaya
"Dia tinggal disini?"
"Iya, Lucky juga seneng ada Sekar disini!"
"Dia hamil?"
Elvano menatap pada perut Sekar yang terlihat membuncit
"Iya, suaminya juga udah ngusir dia" jawab Kanaya, ia mengatakan itu setelah berpamitan pada Sekar sebelumnya
udh bener dpt mantu sekar.... eeee mlah g ada syukurnya...