NovelToon NovelToon
DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Office Romance
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marsshella

“Sakitnya masih kerasa?”
“Sedikit. Tapi bisa ditahan.”
“Kalau kamu bilang ‘bisa ditahan’ sambil geser duduk tiga kali … itu artinya nggak bisa, Dhifa.”
“Kamu terlalu kasar tadi pagi,” batin Nadhifa.
***
Renzo Alverio dan Nadhifa Azzahra saling mencintai, tapi cinta mereka dibatasi banyak hal.
Renzo, CMO Alvera Corp yang setia pada gereja.
Nadhifa, CFO yang selalu membawa sajadah dan mukena ke mushola kantornya.
Hubungan mereka tak hanya ditolak karena beda keyakinan, tapi juga karena Nadhifa adalah anak simpanan kakek Renzo.
Nadhifa meski merasa itu salah, dia sangat menginginkan Renzo meski selalu berdoa agar dijauhkan dari pria itu jika bukan jodohnya
Sampai akhirnya suatu hari Renzo mualaf.
Apakah ada jalan agar mereka bisa bersatu?
*
*
*
SEKUEL BILLIORAIRE’S DEAL : ALUNALA, BISA DIBACA TERPISAH

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsshella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. KECUP PELUK DI TAMAN HARAM GAK?

Taman kota itu tampak seperti diambil langsung dari lukisan. Pepohonan rindang dengan dedaunan yang mulai berubah warna, diairi oleh cahaya keemasan senja.

Di jalur paving block yang bersih, sepasang suami istri berjalan dengan langkah selaras, menjadi pusat perhatian beberapa orang.

Nadhifa tampak seperti ratu yang turun dari istananya. Gamis panjangnya yang terbuat dari bahan flowy berwarna earth tone jatuh sempurna hingga menyentuh mata kaki, bahkan ujung sepatu flats-nya yang elegan hampir tak terlihat saat dia melangkah. 

Hijabnya, dilipat dengan rapi, menutupi dada dan punggungnya dengan sempurna, menambah aura anggun dan ketenangan yang selalu dipancarkannya. 

Di tanganannya, tergantung tas kulit putih mewah yang dulu pernah membuatnya syok karena harganya yang selangit, tas yang dibelikan Renzo. Tas itu hanya dia gunakan untuk acara-acara khusus, tetapi hari ini, setelah lama tersimpan di lemari, dia memutuskan untuk menggunakannya.

“Biar sekali-sekali,” bisiknya pada diri sendiri, “agar kenangan manisnya nggak cuman menjadi debu.”

Di sampingnya, Renzo terlihat lebih santai daripada biasanya. Celana jeans gelap dan kemeja satin warna krem yang beberapa kancingnya dibiarkan terbuka membuatnya terlihat seperti model yang sedang off-duty. 

Rambutnya yang biasanya ditata rapi, kali ini sengaja dibiarkan acak-acakan, memberikan kesan liar dan bebas yang justru membuat Nadhifa terus melirik.

“Mas, tolong ... rambutmu. Kapan terakhir kali ke salon?” desis Nadhifa sambil mencoba merapikan beberapa helai yang jatuh di dahi suaminya.

Renzo hanya tertawa, menangkap tangan Nadhifa dan menyelipkannya di lengannya. “Biarin aja, Sayang. Hari ini aku pengin merasa muda dan bebas, seperti saat kita pertama kali bertemu.”

Mereka terus berjalan, gandengan tangan mereka erat.

“Ingat nggak,” bisiknya dengan mata berbinar nakal, “dulu disini, aku pura-pura sekarat sampai kamu mau nangis? Wajah kamu saat itu, merah padam karena malu, itu pemandangan terindah yang pernah kulihat.”

Nadhifa memukul lengan Renzo dengan lembut. “Jangan diingat-ingat! Itu memalukan! Aku sampai harus berlutut dan semua orang ngeliatin.”

“Tapi itu berhasil, ‘kan?” Renzo menyeringai bangga. “Aku akhirnya bisa mentraktirmu makan sate.”

“Curang! Itu curang namanya!”

Tawa mereka bersatu, hangat dan intim, mengisi udara senja.

Kemudian, di bawah naungan sebuah pohon besar yang daunnya berwarna jingga, Renzo tiba-tiba berhenti. Dia memandang Nadhifa dengan intens, matanya mencerminkan cahaya matahari sore yang memudar. Semua suara di sekitarnya seakan menghilang.

“Dunia ini,” ucap Renzo dengan suara rendah, “seakan berhenti berputar setiap kali aku memandangmu. Kamu masih sama, Nadhifa. Masih seperti gadis pemalu di pantry Alvera Corp yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Kecantikanmu tidak hanya memesona, tapi juga menenangkan jiwaku yang dahulu begitu kacau.”

Puitis. Sangat puitis sekali membuat Nadhifa merasa malu.

Nadhifa menunduk, pipinya memerah. “Mas, jangan bicara begitu. Banyak orang.”

Tapi Renzo tidak peduli. Dengan lembut, dia mendekatkan wajahnya. Nadanya berubah menjadi lebih dalam, lebih personal. “Aku mencintaimu bukan karena kamu sempurna, tapi karena dalam ketidaksempurnaanmu, kamu menjadikannya sempurna bagiku. Kamu adalah doa yang dijawab, mimpi yang menjadi nyata, dan kedamaian yang selama ini kucari.”

Dia kemudian membungkuk, dan dengan penuh hormat serta cinta, bibirnya menempel lembut di kening Nadhifa. Itu bukan ciuman yang berapi-api, tapi sebuah ibadah.

Nadhifa langsung membeku, lalu menyembunyikan wajahnya yang membara di dada Renzo. “Mas Renzo! Ada banyak orang lihat!” keluhnya, suaranya teredam oleh kain kemeja satin suaminya.

Renzo hanya tertawa rendah, mendekapnya erat. “Biarin seluruh dunia tahu betapa bangganya aku memilikimu. Aku suamimu, dan kamu istriku. Nggak ada lagi yang perlu kita sembunyikan.”

Di dalam pelukan itu, Nadhifa akhirnya menyerah. Dia mendongak, matanya berkaca-kaca namun berbinar bahagia. “Kamu ini ... tetap saja nggak bisa diubah. Si Romantis yang keterlaluan.”

“Dan itu cuman buat kamu, Sayangku,” bisik Renzo, mengecup ujung hidungnya dengan cepat sebelum kembali menggandeng tangannya. “Cuman buat kamu, Dhifa~”

Mereka melanjutkan perjalanan. Tas mewah di tangan Nadhifa seakan bukan lagi tentang harga, tapi tentang perjalanan cinta mereka dari sebuah ancaman lembur, dorongan motor mogok, hingga kecupan halal di taman yang dibanjiri cahaya senja. 

Dan Nadhifa tahu, di dalam genggaman tangan suaminya yang hangat, dia telah menemukan harta yang nilainya jauh melampaui segala tas mewah di dunia.

Mereka akhirnya duduk di sebuah bangku kayu yang menghadap langsung ke danau. Renzo, dengan santainya, menyodorkan dua buah es lilin yang dibelinya.

“Nih, buat kamu,” ujarnya, menyodorkan satu pada Nadhifa.

Nadhifa menggeleng sambil tersenyum. “Enggak, makasih. Buat Mas aja.”

“Ah, kamu ini. Dasar jarang maen,” sindir Renzo sambil membuka bungkus es lilinya. “Dulu pasti nggak pernah pacaran, ya? Nggak pernah jalan-jalan sore gini sambil bagi-bagi es lilin.”

Nadhifa terkekeh. Lalu, dengan nada sedikit sinis yang jarang keluar, dia balas, “iya, aku memang nggak pernah. Tapi setidaknya, aku nggak punya dosa pacaran karena memilih untuk melakukan momen-momen kayak gini sekarang, sama suami yang halal.”

Renzo langsung menoleh. Tatapannya tajam. Tatapan yang sama yang dulu selalu membuat Nadhifa merasa terbaca sampai ke relung hati.

“Berhenti natap aku kaya gitu,” protes Nadhifa, menunduk. “Itu tatapan ‘ganas’.”

Renzo memalingkan muka, mengisap es lilinya. “Kemarin,” ujarnya tiba-tiba, suaranya lebih serius. “Aku meeting sama klien potensial dari Eropa. Habis itu diajak makan, dan mereka pesan wine untuk semua orang.”

Nadhifa langsung siaga. “Terus? Kamu minum?”

“Enggak. Aku bilang, ‘Sorry, I don't drink alcohol’. Mereka kayaknya tersinggung, akhirnya meeting jadi awkward. Besoknya, tim mereka bilang mundur dari rencana investasi.” Renzo menghela nafas. “Bang Alaric marah. Itu klien gede, nilainya ratusan miliar.”

Nadhifa meremas tangan Renzo. “Tapi pilihan kamu benar, Mas. Itu minuman haram. Harta yang didapat dari jalan yang nggak benar juga nggak akan berkah.”

“Alaric bilang, ‘prinsip itu bagus, tapi perusahaan butuh duit’,” ujar Renzo menirukan suara sepupunya itu.

“Kamu sudah benar.”

Mendapat dukungan penuh, Renzo langsung kembali ke mode isengnya. Dia mendekatkan wajah. “Nah, kalo peluk sambil cium istri sendiri di taman umum, itu haram juga nggak, sih?”

PLAK

Nadhifa langsung memukul lengan Renzo dan berdiri. “Mas! Sudah tua masih kayak anak SMA!” Wajahnya merah padam.

Usia mereka memang sebentar lagi menyentuh angka 40.

Renzo tertawa terbahak-bahak sambil menarik tangan Nadhifa, memaksanya duduk lagi. “Bercanda, Sayang. Bercanda.”

Saat Nadhifa masih cemberut, tiba-tiba pandangan Renzo tertuju ke suatu arah di seberang taman. Matanya menyipit. “Lho, itu…”

Nadhifa mengikuti arah pandangannya. Di kejauhan, terlihat Yuda dan Sasha sedang berjalan. Tangan mereka … bergandengan.

“Nadhifa, lihat itu,” kata Renzo, suaranya tiba-tiba datar dan berwibawa, seperti nada seorang ayah. “Katakan padaku, mereka sudah muhrim?”

Nadhifa menghela napas panjang. “Yuda bilang mereka cuma teman sekampus.”

“Teman sekampus?” Renzo menoleh padanya, satu alis terangkat. “Kita dulu juga ‘cuma rekan kerja’. Lihat bagaimana akhirnya.”

Dia berdiri. Ekspresi main-mainnya hilang, digantikan oleh kekhawatiran dan sikap protektif seorang ayah.

“Kayaknya, sebagai orang tua, kita perlu mengingatkan anak kita tentang batasan. Apalagi mereka masih kuliah. Aku nggak mau Yuda terlena dan melakukan hal yang nggak tepat sebelum waktunya,” ujarnya sambil melirik Nadhifa.

Nadhifa mendesah, tapi dia juga mengangguk. Dia pun merasa perlu menasihati Yuda. “Oke. Tapi ingat, bicaranya yang baik. Jangan menakut-nakuti.”

Renzo sudah melangkah meninggalkan bangku, diikuti Nadhifa dari belakang. Pikiran mereka yang tadi dipenuhi gurauan dan kenangan manis, kini beralih kepada tanggung jawab baru mereka. Menjadi orang tua yang waspada bagi seorang pemuda yang sedang jatuh cinta. Es lilin di tangan Renzo pun terlupakan, mencair menetes di antara jari-jarinya.

1
Esti Purwanti Sajidin
syemangat kaka,sdh aq vote👍
Marsshella: Makasi semangatnya Kaka, makasi udah mampir ya. Selamat datang di kisah Renzo dan Nadhifa 🥰
total 1 replies
kalea rizuky
najis bgt tau mual q thor/Puke/ kok bs alarik suka ma cwok pdhl dia bersistri apakah dia lavender marrige
Marsshella: di Alunala Alaric dia udah tobat kok dan punya anak kesayangan. Ini giliran ceritanya si Renzo 😭😭😭😭😭
total 1 replies
kalea rizuky
njirr kayak g ada perempuan aja lubang ta.... *** di sukain jijik bgt
kalea rizuky
gay kah
Wina Yuliani
tah ge ing ketahuan jg brp umur.mu nak
Marsshella: dah jadi pria matang ya 😭
total 1 replies
Wina Yuliani
emangnya mereeka beda berapa tahun ya thor?
Marsshella: seumuran mereka 😄. Kakeknya Renzo tuh punya simpanan muda dan itu Nadhifa anaknya Kakek Renzo ... ikutin terus ceritanya, ya, ada plot twist besar-besaran 🥰
total 1 replies
Wina Yuliani
ternyata ada kisah cinta terlarang yg nambahin kerumitan hidup nih
Marsshella: ada plot twist ntar 🔥
total 1 replies
Wina Yuliani
baru baca tapi udah seru, keren
Marsshella: Welcome to kisah Renzo dan Nadhifa, Kak. Ikutin terus ceritanya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!