Rahasia Dibalik Pernikahan Paksa

Setelah mencari tahu keberadaan Yudha dari nomor telpon yang menghubunginya, akhirnya anak buah Rakha berhasil menemukan titik lokasi keberadaannya.

"Kamu yakin ini lokasinya?" tanya Rakha, pada Dendi yang berhasil menemukan lokasinya. Sebuah rumah sederhana yang berada dalam komplek kecil yang cukup jauh dari jalan besar.

"Benar Tuan, apa perlu saya turun untuk memastikan terlebih dahulu?"

"Tidak perlu, ini sudah malam, aku tidak ingin Rasya takut." ujar Rakha, menyadari bagaimana dia memarahi Elvira di depan Rasya. Meskipun dia tidak melihat bagaimana wajah Rasya saat itu, tapi kini, setelah hatinya merasa cukup tenang, Rasya membayangkan bagaimana takutnya Rasya melihat kemarahannya.

"Jadi bagaimana Tuan?"

Seketika pertanyaan Dendi membuyarkan lamunan Rakha. "Kita pulang saja, yang penting kita sudah tahu, tempatnya, besok siang kira kesini lagi."

Mendengar itu, Dendi menganggukkan kepala lalu meminta supir, untuk menjalankan mobilnya. Tapi baru saja Supir menyalakan mesin mobil, Rakha melihat sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan rumah itu.

Jalan yang hanya pas untuk dilalui dua mobil, Rakha bisa melihat dari jarak yang sangat dekat siapa orang yang turun dari mobil itu. Dan tak lain dan tak bukan adalah Yudha. Melihat tidak ada siapapun yang bersamanya, Rakha bergegas turun dan menghentikan Yudha sudah memegang gagang pintu.

"Pengecut sekali kamu menggunakan wanita dan anak kecil untuk sembunyi dari kejahatanmu." Mendengar suara dan kata-kata itu, Yudha berbalik badan dan melihat Rakha berjalan kearahnya.

"Kamu tahu kan, aku akan dengan mudah menemukanmu, makanya kamu menggunakan anak dan istriku untuk melindungimu?"

"Melindungiku kamu bilang, apa tidak kebalik, justru Elvira lah yang meminta perlindungan ku dari kekejaman dirimu." jawab Yudha dengan tatapan tajamnya.

"Elvira sendiri yang menghubungi ku untuk menjemputnya dari rumah mu, aku sama sekali tidak memintanya pergi apalagi sampai harus susah payah memaksanya."

"Lalu apa, kamu pikir aku tidak berani menyeretmu ke penjara di depan Elvira?"

"Atas dasar apa, dan kesalahan apa yang ku buat?"

"Kamu tidak perlu lagi berpura-pura, semua anak buahmu sudah mengakuinya. Dan mereka sudah berada di penjara."

Mendengar itu Yudha yang sebelumnya menatap tajam seakan menentang Rakha, kini berubah muka dan mengalihkan pandangannya kesana kemari.

"Kenapa, kamu terkejut jika aku sudah menangkap semua anak buahmu?"

Yudha masih terdiam, tak menjawab apa yang Rakha katakan karena memang sudah beberapa hari ini anak buah yang Rakha bicarakan tidak ada yang bisa di hubungi.

"Kau sudah melanggar kesepakatan dengan menelpon Nenekku dan melakukan pembohongan tentang kematian Bu Lastri. Apa kamu tahu apa akibat dari yang kamu lakukan, Nenekku meninggal!" teriak Rakha, mencek1k Yudha.

Sebelumnya Yudha ingin melawan Rakha, tapi mendengar suara Elvira dari dalam, ditambah suara pintu yang tengah dibuka, membuat Yudha justru memegangi tangan Rakha supaya tidak melepaskan cengkraman dari lehernya.

"E-e-e... a-a...." Yudha berakting kesakitan sampai akhirnya Rakha menyadari apa yang Yudha lakukan ketika pintu di buka dan melihat Elvira di baliknya.

"Rakha!" Elvira yang melihat apa yang Rakha lakukan pada Yudha, langsung melepaskan tangan Rakha, dan mendorong tubuhnya sekuat tenaga.

"Apa kamu ingin membunvhnya?" teriak Elvira, sembari merangkul Yudha yang masih pura-pura batuk memegangi lehernya.

Rakha tersenyum getir, menggelengkan kepala. Dia tak habis pikir kenapa Elvira masih tak dapat melihat Yudha yang sebenarnya.

"Elvira dia marah karena mengira aku menculikmu, Elvira aku tidak pernah memaksamu untuk ikut dengan ku, bukankah kamu sendiri yang menghubungiku untuk menjemputmu?" Yudha bertanya dengan nada memelas.

"Maafkan aku Yudha, karena menolongku, kamu jadi harus berurusan dengan nya." setelah mengatakan itu pada Yudha, Elvira melangkah ke depan Rakha.

"Tidak semua orang sepertimu. Kamu jenis orang yang bisa melakukan apa saja supaya bisa mendapat apa yang kamu inginkan, termasuk memaksaku ikut dengan mu, tapi Yudha tidak perlu melakukannya, karena aku sendiri yang ingin ikut dengannya. Karena menurutku dia jauh lebih baik daripada kamu."

Mendengar itu Rakha tersenyum getir. "Andai saja kamu tahu siapa Yudha sebenarnya, tentu kamu akan merasa malu menatapku."

Seketika jawaban Rakha membuat Elvira terhenyak. Apalagi saat melihat Rakha pergi tanpa merespon kata-kata yang dia lontarkan kepadanya.

"Dia pikir dia siapa!?" teriak Rakha begitu masuk kedalam mobilnya. Hatinya benar-benar merasa kesal dengan Elvira yang dinilainya begitu penting dalam hidupnya sampai berani bicara seperti itu.

"Tuan... minumlah," ucap Dendi memberikan botol air mineral.

Dengan sedikit kasar, Rakha mengambil botol itu dan langsung menenggak separuhnya.

"Lalu sekarang bagaimana Tuan?"

"Pulang, Lalu Nyonya?"

"Biarkan saja, Biarkan Elvira tahu siapa Yudha sebenarnya."

"Bagaimana jika Yudha melakukan sesuatu pada Den Rasya?"

Mendengar itu Rakha terdiam sejenak, dia merasa bingung apa yang harus di lakukan, kekesalannya pada Elvira yang tidak juga melihat kebenaran tentang Yudha membuat Rakha ingin membiarkan Elvira terus bersama Yudha, sampai Elvira mengetahui siapa Yudha sebenarnya.

"Yudha tidak akan melakukan apapun pada mereka, karena merekalah yang bisa melindungi Yudha dari kemarahanku."

"Jadi Tuan akan membiarkan Yudha begitu saja?"

"Ya, untuk sementara. Biarkan saja, aku ingin melihat bagaimana reaksi Elvira setelah tahu siapa Yudha sebenarnya."

Mendengar jawaban Rakha, Dendi mengangguk dan meminta Supir untuk meninggalkan lokasi. Sementara Elvira yang melihat kepergian mobil Rakha, merasakan nyeri di hatinya tanpa tahu apa sebabnya.

"Ada apa dengan ku, kenapa aku merasa nyeri melihat Rakha pergi begitu saja, dan apa yang tadi Rakha katakan, aku akan malu menatapnya jika aku tahu siapa Yudha sebenarnya?" Elvira bicara dalam hati, dan menatap Yudha, seakan mencari tahu apa maksud dari kata-kata yang Rakha ucapkan padanya.

Bersambung...