Perjodohan berkedok menyambung silaturahmi dengan sahabat Daddy nya membuat Atlas Ferdinand yang sudah berusia matang harus menikahi gadis belia atas permintaan keluarga nya .
" Lala nggak suka sama Om " kata Azila yang baru melihat wajah pria itu saja sudah kelihatan pemarah nya .
" Kau pikir aku menyukaimu?" pertanyaan Atlas yang kalau tidak terpaksa juga tidak mau menikahi bocah ingusan itu.
" Masa Om nggak suka , Lala cantik loh" kata gadis kecil itu dengan centil tersenyum.
" Cantik? bocah ingusan seperti kamu cantik ?" tanya Atlas ulang merasa geli melihat gadis kepedean itu .
" Sembarang bilang Lala bocah ingusan sebulan lagi Lala lulus SMA" katanya tidak terima dikatai bocah ingusan .
" Terserah aku tidak peduli " ketus Atlas memangku kedua tangannya.
" Bagaimana nak apa kalian cocok ?" pertanyaan orang tua mereka begitu datang dan ikut duduk bersama mereka .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
" Lala " ucap Jhon yang akan keluar perusahaan menghampiri Lala .
" Kebetulan Om ada disini , Lala mau cari Papi " ucap Lala .
" Maaf Lala aku tidak tau dimana Papi kamu coba tanya Atlas " ucap Jhon bersikap netral seolah tidak terjadi apa-apa.
" Aku sedang buru-buru, kau antar Lala ke tempat Atlas" Jhon memerintahkan seorang bodyguard yang berdiri tak jauh dari mereka.
" Om tapi,"
Akhirnya karena tidak punya pilihan lain Lala mengikuti bodyguard itu lantaran ini perusahaan keluarga Atlas sehingga tidak ada yang akan mengenali nya disini .
Lala cukup terkejut ketika bodyguard membawanya kebagian paling atas gedung yaitu lantai 102 .
" Itu tuan Atlas , Nona " kata bodyguard itu lalu segera pergi .
Lala berjalan menghampiri Atlas yang berdiri diatas tembok paling atas atap gedung perusahaan.
" Om " panggil Lala dengan suara pelan berdiri didekat tembok tempat Atlas berdiri .
Atlas menoleh begitu mendengar suara Lala " Om kenapa berdiri disitu , turunlah " kata Lala mengulurkan tangannya.
Atlas menatap Lala yang berdiri sementara angin berhembus cukup kencang hingga rambut Lala sedikit menutupi wajahnya.
" Ayo turun Om " kata Lala dengan hati-hati masih mengulurkan tangannya yang dipegang Atlas lalu perlahan dia turun dari atas tembok itu.
" Lala kenapa kamu tiba-tiba berada disini ?" tanya Atlas yang benar-benar tidak menyadari kehadiran Lala .
" Om yang ngapain disini " tiba-tiba suara lembut Lala berubah sangat keras bahkan membentak Atlas yang baru saja turun .
" Aku, aku tidak berniat bunuh diri kok " gelagapan Atlas yang tidak berani menatap Lala karena tatapan nya sangat tajam sampai serasa menembus hati Atlas .
" Lalu mengapa berdiri disitu ?" marah Lala yang benar-benar berpikir Atlas akan bunuh diri .
" I, ingin saja" kata Atlas .
" Sekarang Om ikut aku " ucap Lala menggenggam tangan Atlas dan membawa Atlas pergi dari atas gedung itu.
Atlas hanya berjalan mengikuti kemana Lala membawanya sementara genggaman tangan Lala sangat kuat .
" Atlas , Lala " ucap keempat orang tua mereka yang baru keluar dari sebuah ruangan kaget melihat Atlas dan Lala yang berjalan berpegang tangan .
Melihat tatapan orang tua mereka Lala segera melepaskan genggaman tangan mereka namun Atlas tidak mau melepaskan.
" Ta, tadi Lala liat Om Atlas berdiri diatas gedung jadi, "
" Kamu tidak bisa berhenti peduli padanya?" tanya Mami .
" Mi, Lala,"
" Cukup " ucap Papi yang membuat semua orang menatapnya.
" Sedari awal pernikahan kalian dimulai dengan niat dan tujuan yang berbeda dari setiap kita , namun sepertinya tuhan menganugerahkan rasa cinta diantara kalian " ucap Papi yang dapat melihat itu secara langsung.
" Dan sebagai orang tua Papi memutuskan untuk tidak ikut campur " pernyataan Papi dengan lebih mengejutkan lagi .
" Sekarang pilihan ada ditangan kamu Lala, jika ingin bersama Atlas Papi persilahkan namun jika kamu tidak menginginkan hal itu maka pintu rumah kita terbuka sebagai tempat pulang untuk kamu " ucap Papi yang sudah berkomitmen akan mengutamakan Lala dalam setiap keputusan.
" Tapikan Om Atlas jahat Pi " ucap Lala berusaha melepaskan genggaman tangan Atlas .
"Ternyata bayi itu bukan anak nya " ucap Papi yang sudah tau .
Lala menatap Atlas dengan tatapan dalam hingga dia tidak sadar semua orang telah meninggalkan mereka.
" Iya Lala , ayo kita pulang kerumah " ucap Atlas menggendong Lala dan membawanya keluar dari gedung .
" Om lepasin Lala " kata Lala yang sudah menyembunyikan wajahnya kedalam jas Atlas , merasa malu karena semakin banyak orang yang melihat mereka.
" Tenanglah Baby " ucap Atlas membawa Lala masuk kedalam mobil dan segera menuju rumah mereka.
Begitu sampai dirumah Lala hanya bisa terdiam menatap rumah Atlas yang kosong tak berpenghuni bahkan seminggu lalu sebelum Lala pergi rumah ini masih begitu indah namun sekarang benar-benar hancur .
Segala desain interior banyak yang hancur dan pecahan beling dimana-mana serta rumah mewah tiga lantai itu kosong tidak berpenghuni.
" Lala maafkan aku ,"Lala yang berdiri didepan pintu itu berbalik menatap Atlas dengan banyak pertanyaan.
" Om masih waras?" satu pertanyaan Lala yang mewakili semua pertanyaan yang lain .
Tidak akan ada orang yang berani melakukan itu selain Atlas .
" Ya, karena kamu telah kembali " ucap Atlas memeluk Lala dengan erat, benar-benar merasa hancur ketika Lala meninggalkan nya kemarin .
Lala menatap Atlas dari ujung kaki sampai ujung rambut dan bisa memastikan betapa banyaknya luka ditubuh pria dewasa itu, jika melihat barang-barang yang dihancurkan nya .
" Baby jika kamu merasa tidak nyaman aku akan segera menelfon pe," Lala langsung mengambil ponsel ponsel Atlas .
Lala memegang tangan Atlas dan mengajaknya masuk melewati pecahan-pecahan interior dilantai dasar dan semakin kaget ketika sampai dilantai 2 yang tidak kurang nya seperti kapal pecah .
" Apa Om juga menghancurkan lantai 3 ?" pertanyaan Lala yang bisa memastikan bahwa kamar mereka lebih hancur dari ini .
Atlas menggeleng, menatap semua isi rumahnya dengan tatapan nanar bahkan Atlas sendiri tidak sadar telah menghancurkan rumah nya sampai berantakan seperti ini .
Atlas berjalan menaiki tangga mengikuti Lala sambil sesekali menoleh kebelakang menatap rumahnya yang benar-benar hancur .
Lala membuka salah satu pintu kamar dan menyuruh Atlas masuk .
" Buka pakaian Om sekarang" ucap Lala yang terlihat sibuk mencari-cari sesuatu disepanjang laci .
" Om buka bajunya" ucap Lala meletakkan kotak yang dibawanya keatas ranjang dan berdiri didepan Atlas yang masih bengong .
" Kenapa?" tanya Atlas tidak mengerti.
" Aku bilang buka " Lala sendiri yang melepas jas dan kemeja Atlas saking khawatir nya .
" Hiks, Om kenapa sih melukai diri sendiri seperti ini" Lala yang sedang melepas kancing kemeja Atlas perlahan mulai menangis melihat luka-luka ditubuh Atlas .
" Baby aku tidak apa-apa jangan menangis " ucap Atlas mengusap air mata Lala .
" Apa yang Om lakukan selama Lala nggak ada hahhh" ucap Lala mulai mengobati luka-luka kecil ditubuh Atlas yang cukup banyak .
" Aku cuma frustasi aja dan nggak bisa tanpa kamu " pengakuan Atlas yang sering mabuk akhir-akhir ini mungkin itu yang membuatnya jadi mengamuk dan menghancurkan barang-barang disekitar nya .
" Jadi Om sering mabuk ?" pertanyaan Lala yang langsung menutup mata begitu Atlas mengangguk .
" Om menyuruh semua pelayan dan bodyguard dirumah ini pergi dan saat tinggal sendiri di rumah ini Om mabuk?" ucap Lala yang benar-benar merasa tidak mengerti dengan pemikiran Atlas .
" Om mikirin nggak sih gimana konsekuensinya" omel Lala .
" Aku hanya memikirkan kamu " ucap Atlas meraih pinggang Lala agar duduk dipangkuan nya .
Atlas benar-benar sudah bucin bahkan tidak bisa tidur tanpa Lala disampingnya.
" Tapi mengapa menyakiti diri sendiri Om, mmmm" Atlas mencium bibir Lala dengan lembut agar berhenti mengomelinya.
" Aku merasa kehilangan akal disaat tidak bersama mu" Atlas memegang kepala Lala dan mengecup setiap bagian diwajah Lala tanpa melewatkan apapun.