NovelToon NovelToon
Hangatnya Godaan Boss Duda

Hangatnya Godaan Boss Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Kehidupan di Kantor
Popularitas:21.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kim99

"Kamu itu cuma anak haram, ayah kamu enggak tahu siapa dan ibu kamu sekarang di rumah sakit jiwa. Jangan mimpi untuk menikahi anakku, kamu sama sekali tidak pantas, Luna."

** **

"Menikah dengan saya, dan saya akan berikan apa yang tidak bisa dia berikan."

"Tapi, Pak ... saya ini cuma anak haram, saya miskin dan ...."

"Terima tawaran saya atau saya hancurkan bisnis Budhemu!"

"Ba-baik, Pak. Saya Mau."

Guy's, jangan lupa follow IG author @anita_hisyam FB : Anita Kim

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nego Bulan Madu

Setelah berdebat singkat di dalam mobil, Arsen dan Luna berjalan berdampingan seperti biasa.

Mereka terlihat sangat profesional, tidak ada yang melewati batas.

Ruangannya tidak besar, jelas ini bukan ruang meeting utama, dindingnya berlapis panel kayu gelap dengan logo perusahaan di tengah, meja oval berwarna cokelat tua membentang di tengah ruangan. Beberapa staf dan tim proyek sudah duduk rapi, laptop terbuka, kertas proposal berserakan. Begitu pintu terbuka, semua kepala menoleh.

“Selamat pagi, Pak Arsen,” ucap mereka hampir serempak, bangkit dari kursi memberi hormat.

Arsen hanya mengangguk pelan, tatapannya dingin dan berwibawa seperti biasa. Namun langkahnya melambat sedikit ketika seorang perempuan di belakangnya ikut masuk.

Perempuan itu tampak sederhana tapi menawan dengan blus merah muda lembut dan rok selutut warna krem. Rambutnya dikuncir rendah, ada aura kalem tapi juga keanggunan yang tidak bisa disembunyikan.

Dan di sisi kanan meja, duduk Aditya, Project Manager utama proyek Bandung saat ini.

Sekilas pandangnya saja sudah cukup membuat darah Aditya berhenti mengalir.

Dia tidak salah lihat. Itu memang Luna , perempuan yang selalu mengisi setiap langkahnya. Dia selalu cantik dan hal itu membuat Aditya tanpa sadar menarik ujung bibirnya.

Arsen melangkah ke ujung meja, mengambil posisi duduk di kursi paling depan, sementara Luna duduk di sebelah kirinya, tak terlalu dekat tapi cukup membuat semua mata menyadari kedekatan yang berbeda. Mereka tahu ini bukan rapat besar, jadi posisi Luna di sana juga tidak menganggu yang lain.

“Baik,” kata Arsen menepis hening. “Kita mulai saja. Proyek Bandung kita. Saya ingin laporan terakhir mengenai timeline dan perizinan lahan.”

Nada suaranya dalam, berwibawa, dan langsung mengembalikan semua orang pada posisi semula, kecuali Aditya.

Pria itu berdeham kecil dan mencoba untuk fokus. “Iya, Pak, jadi untuk proyek Bandung, saat ini perizinan tahap dua sudah selesai, tinggal menunggu legalisasi dari pihak kota.”

Arsen mengangguk, menatap layar presentasi. “Good. Masalah desain fasad, saya ingin perubahan minor di area lobby.”

Luna mengangguk cepat, tangannya cekatan menulis di buku catatan kecil di depannya.

“Luna, tolong keluarkan berkas yang sudah saya tinjau.”

“Baik, Pak Arsen.”

Pria yang menjadi mantan Luna terdiam. Pak Arsen? Ada penekanan aneh dalam suaranya, antara profesional dan ... terlalu lembut.

Ia menatap Luna diam-diam, tapi kemudian pandangannya terhenti pada sesuatu yang membuat dadanya mencelos, noda samar di jempol tangan kanan Arsen.

Itu... lipstik?

Aditya menelan ludah, refleks menatap bibir Luna yang berwarna serupa. Polesan tipis, elegan, tapi cukup mencolok bagi mata yang mengenalnya terlalu baik.

“Aditya, kamu yang tangani langsung urusan vendor beton, kan?” pertanyaan Arsen membuat Aditya kembali terperanjat.

“Eh, iya, Pak. Betul.” Aditya menyahut sedikit kikuk. “Kami sudah koordinasi dengan pihak supplier, tinggal tanda tangan kontrak minggu depan.”

“Pastikan sesuai jadwal. Saya tidak mau penundaan seperti proyek di Surabaya,” ujar Arsen tegas, pandangannya tajam menembus layar, lalu sesekali bergeser pada Luna.

Tatapan yang membuat suhu ruangan turun drastis, tapi entah kenapa membuat Luna justru sulit bernapas.

Di sisi lain, Aditya berpura-pura membaca file, tapi pikirannya berputar kacau. Ia melihat lagi jari Arsen yang menekan pulpen... noda lipstik itu masih di sana, samar tapi nyata.

Karena terlalu gelisah, Aditya menjatuhkan pulpen, dia meminta maaf kemudian membungkuk ke bawah untuk mengambil barang yang jauh. Namun, sesuatu di bawah sana membuat dia langsung tertegun.

Tangan besar sebelah kiri Arsen berdiam diri tidak pada tempatnya, melainkan dia letakan di pada Luna, bahkan sesekali mengusapnya.

Dia tidak tahu saja, kalau dari atas sana, Luna seperti akan meledak karena tingkah aneh Bossnya itu.

“Singkirkan tanganmu, Pak Arsen!”

Pesan itu dia kirim ke ponsel suaminya. Namun, Arsen malah menaikan alis.

“Bukankah ingin membalas dendam? Diamlah kalau tidak mengerti apapun!”

Kelopak mata Luna terpejam, dia berusaha untuk tetap tegang meskipun sangat kesulitan. Perempuan itu mengigit bibir bawahnya, berharap kalau ini akan segera berakhir.

Saat Aditya sudah naik kembali ke posisinya, barulah Arsen melepaskan tangan dari sana. Dia dan Luna sama-sama melirik Aditya, pria itu tampak menggelap, matanya merah dan dia sejak tadi terus melirik ke arah Arsen dengan tatapan tidak suka.

Sebetulnya, masih ada rasa tidak tega di hati Luna. Tapi di hati yang lain, dia juga merasa kalau Aditya pantas mendapatkan ini setelah apa yang Aditya lakukan.

** **

Selesai meeting yang cukup lama, semua orang keluar satu persatu, giliran Aditya, Luna dan juga Arsen. Kedua pria itu masih membahas sesuatu, eh ujung-ujungnya Arsen malah nyerempet ke hal lain.

“Katanya kamu mau nikah, Pak Adit?” tanya Arsen tiba-tiba. Bertanya pada Aditya, tapi matanya melirik Luna yang masih merapikan berkas digital di tabletnya. Dia bisa melihat dengan jelas kalau perempuan ini menelan ludah.

Akhirnya, Arsen merasa tertantang dan menoleh ke arah Aditya. “Mau bulan madu ke mana?”

“Ah, oh itu, Pak ... Belum tahu, sepertinya tidak akan bulan madu.” Dia sedikit melirik ke arah Luna, tampak tidak nyaman karena Luna yang cemberut.

“Kenapa tidak, seharusnya bulan madu dong, nanti istri kamu sedih, Pak Adit. Oh iya, atau mau ke Bandung aja? Sekalian nanti pemasangan bata pertama? Saya dengar di sana banyak banget kebun teh, udaranya dingin dan glamping yang cantik, kalau mau, nanti saya minta Luna aturkan untuk Anda.”

Sumpah Luna tidak mengerti Arsen maunya apa. Dia mencari tempat dan booking kamar untuk bulan madu Aditya dan Safira? Tapi ....

“Kalau begitu boleh, Pak. Maaf kalau merepotkan, terima kasih juga untuk kadonya. Oh iya.” Aditya mengambil sesuatu dari dalam tas kerjanya dan menyodorkan itu kepada Arsen. “Maaf kalau saya tidak sopan, jika Pak Arsen berkenaan, hari Sabtu malam saya dan keluarga mengadakan resepsi pernikahannya.”

Semakin lebar saja senyum Arsen. Dia mengambil undangan itu kemudian menatap Aditya sekali lagi.

“Baiklah, saya akan meminta Luna untuk mengaturkan jadwal untuk saya.”

Setelah mengatakan semua itu, Aditya undur diri dari sana. Sedangkan Luna, dia masih duduk dan Arsen hanya membolak-balikkan kertas undangan lalu melemparkannya ke meja.

“Dia benar-benar tidak perduli padamu.”

Tanpa menjawab omongan Arsen, Luna beranjak dari duduknya, perempuan itu hendak pergi sampai Arsen menarik tangannya dan mendudukan perempuan itu di atas pangkuan.

“Lepas, Pak! Rapatnya sudah selesai.”

Luna berusaha untuk memberontak, tapi Arsen tidak membiarkannya melakukan itu. Luna juga berpikir mungkin Arsen akan marah, tapi tiba-tiba pria itu membelai pipinya.

“Kenapa ditahan? Nangis aja kalau emang mau. Saya tidak masalah dengan itu, Heumm?”

Seketika, Air mata Luna jatuh, tepat mengenai dagu Arsen yang sedikit mendongak menatap wajahnya. Pria itu tersenyum, lalu perlahan menarik tengkuk Luna, mendekatkan bibir mereka begitu saja.

“Menangis selagi masih saya beri kesempatan, Luna!” Dan saat itu juga, bibir mereka bertemu, sudah tidak ada perlawanan lagi dari Luna. Dia yang sebelumnya tidak suka kini mulai mengikuti apapun yang Arsen katakan.

Sementara itu, di luar ruangan. Aditya tampak bingung, dia melihat tasnya mencari sesuatu di sana.

“Kok enggak ada, ya? Apa ketinggalan di ruang meeting. Astaghfirullah, bisa-bisanya lupa.” Ia pun kembali berbalik, pria itu melangkah cepat ke arah di mana tadi dia membahas perkejaan dengan banyak orang.

1
Nurlaila Elahsb
whatttt???gk mau punya anak!!aduh pak Arsen jgn gitu donk KL Luna tau dia bisa sedih lho😭😭
Piet Mayong
woahhh tadi apa Arsen bilang gak mau punya anak dr istrinya.....
jadi maksudnya apa ya?????
erviana erastus
mulut mu terlalu lancang zea ....
Wandi Fajar Ekoprasetyo
ayo Luna saatnya melihat org² yg menghina mu tertunduk dgn dirimu
neny
zea itu pasti saudara nya arsen,mknya dia menghindari bertemu dng arsen,,tp apa yg membuat zea berpihak ke yg lain,bkn ke arsen,,itu yg jd pertanyaan,,lanjut akak,,semangat 💪😘
Piet Mayong
jadi zea si keponakan toh disini judulnya
Yunita Aristya
nah kan, jadi penasaran sama keluarga nya arsen
iqha_24
ada hubungan apa Arsen dan Zea ?
DianWulanDari
nah siap2 si raja singa cemburu nih🤣🤣🤣
DianWulanDari
nah kan si duda GK sabaran🤣🤣
Yunita Aristya
jangan2 Zea ini ponakan ntah saudara jauh sama arsen
💞Aulia Adriani💕
recommended
DianWulanDari
wah Arsen agak lain nyamar jadi marbot🤣🤣🤣🤣
erviana erastus
cari mampus keluarga satu ini yg katax ahli surga eh ahli neraka kali ya
iqha_24
hadehh sama2 pada gila
Eka ELissa
zea...tamat kmu sblum sntuh.... Luna kmu lupa siapa Arsen.....
Eka ELissa
ahli surga go... mulutnya pdes bgt ma suka rendahkan orang 😡😡😡🤣🤣
DianWulanDari
nah kan si kang duda kagak sabaran banget si/Facepalm//Facepalm/
Piet Mayong
lanjutkan....
Piet Mayong
siapa sih zea ini, penuh drama aja, udah tau punya temen somplak gthu masih di belain...
berteman boleh royal bego mah jangan...😄😄😄🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!