Dark romance dewasa.
Ayahnya yang seorang Adipati, difitnah dan seluruh keluarganya Kirana dibunuh. Kirana berhasil meloloskan diri dari maut bersama dayang kesayangannya yang bernama dayang Sumi. Di dalam pelariannya, Kirana singgah di Dukuh Seti dan Kirana secara tidak sengaja menyembuhkan seorang wanita di dukuh Seti. Wanita itu ternyata seorang ronggeng. Kirana akhirnya tinggal bersama ronggeng itu dan terpilih jadi ronggeng selanjutnya. Kirana terpaksa bersedia karena jika menjadi ronggeng dia diijinkan masuk ke pendopo agung. Dia ingin membunuh orang pertama yang memfitnah ayahnya dan orang itu tinggal di pendopo agung. Namun, dia justru dikejutkan dengan adanya penggerebekan dan dia menjadi tawanannya Mahapatih Lingga yang dingin dan kejam. Bagaimana nasib Kirana selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan Aku
Setelah penyatuan raga yang super singkat karena Lingga harus bergegas pergi memimpin pemberontakan, Lingga masih menyempatkan diri membopong Kirana ke kamar mandi lalu menjadi bersama dengan posisi memunggungi Lingga. Lingga menggosok lembut punggung perempuan kesayangannya itu dengan senyum bahagia. "Aku sudah bertanggung jawab dengan benar" Ucap Lingga dengan wajah dan suara datar.
Kirana berbalik badan menghadap Lingga, "Apa yang barusan kamu bilang?"
Lingga mengerucutkan bibirnya lalu berkata dengan bibir yang tetap mengerucut, "Aku sudah bertanggung jawab dengan benar"
Kirana mengulum bibir menahan geli melihat wajah lucu pria kedua yang sudah menikahinya itu, "Baiklah. Apa yang kamu mau? Kamu menginginkan hadiah dariku bukan?"
Lingga menganggukkan kepala lalu tersenyum lebar, "Iya"
"Apa yang kamu inginkan lagi dariku? Kamu sudah membuka segel kesucian aku, kamu sudah merebut paksa aku dari adik tiri kamu dan kamu sudah menikahi aku tanpa persetujuan dariku. Aku sudah jadi istri kamu, bukan? Astaga! Lalu status pernikahanku dengan Putra Mahkota bagaimana? Masak aku punya dua suami? Hebat juga ya aku" Kirana mengusap dagunya dengan senyum pongah.
Pletak! Lingga menyentil kening Kirana, "Aku tidak akan pernah ijinkan kamu memiliki dua suami. Suami kamu hanya aku. Camkan itu!"
"Iya, iya. Tapi, kalau sekarang aku jadi istri kamu lalu statusku dengan putra mahkota apa?"
"Aku sudah bakar surat pernikahan kalian. Jadi, pernikahan kalian sudah batal lagipula dia tidak berminat pada wanita dia memiliki kekasih namanya Deva"
"Hah?! Kamu membakar surat pernikahan kami? Kok bisa? Bukankah surat itu disimpan oleh putra mahkota? La.....lalu....putra mahkota......hah?!" Kirana menutup mulutnya yang ternganga.
"Aku menemuinya dan dengan bukti kepalaku sendiri aku melihat dia bercinta dengan pengawal pribadinya yang gagah perkasa itu. Sekarang kembali ke hadiah aku tadi"
"Astaga! Pantas saja dia melemparkan aku ke kamu dan aku sekarang bersyukur pria itu kamu"
"Aku belum meminta hadiahku"
"Iya, iya. Katakan apa mau kamu?" Kirana menepuk pelan pundak Lingga.
"Aku ingin kamu memanggilku Kangmas Lingga mulai detik ini" Wajah Lingga merona malu dan senyum trebit di wajah tampannya.
"Hanya itu?"
"Hmm" Lingga mengangguk malu-malu.
"Baiklah. Kangmas Lingga kamu harus kembali dengan selamat" Kirana lalu mengecup bibir Lingga.
Lingga terkesiap kaget dan Kirana langsung berkata dengan senyum lebar, "Itu bonus karena kamu sangat menggemaskan"
Lingga menggeram kesal sambil bangkit berdiri dan berkata, "Andai saja aku masih memiliki banyak waktu, aku akan memakan kamu lagi"
Kirana ikut bangkit berdiri dan memeluk Lingga, "Kangmas Lingga harus kembali dengan selamat"
Lingga kembali menggeram karena Kirana memeluk dirinya dalam keadaan tanpa sehelai kain pun. Lalu dengan sekuat tenaga mengalahkan hasratnya yang bergejolak liar, Lingga keluar dari bak mandi lalu mencium singkat kening Kirana kemudian melesat pergi sambil memakai bajunya dan berteriak, "Aku akan kembali dengan selamat, Dinda Kirana"
Kirana berbalik badan menatap punggung Lingga dan bergumam dengan senyum bahagia, "Aku tidak menyangka kalau aku akhirnya jatuh cinta padamu. Aku menunggu kepulanganmu dan aku akan katakan aku mencintai kamu Kangmas Lingga"
Kirana kemudian melanjutkan mandinya dan keluar dari dalam kamar mandi dalam keadaan sangat lapar dan matahari sudah sangat terik menembus kaca jendela kamarnya. Kirana makan dengan ditemani bibi kesayangannya dan Sapto adik angkatnya.
Hari berganti hari, Minggu berhenti Minggu, dan bulan berganti bulan, Lingga belum menampakkan batang hidungnya di depan Kirana. "Apa dia selamat?"
Tiga bulan setelah kepergiannya Lingga, Rakryan Dimas tergopoh-gopoh menemui Kirana. "Ka....kamu sendirian?" Tanya Kirana sambil bangkit berdiri dengan wajah kaget.
"Iya, Ndoro Putri. Kami sudah memenangkan pertempuran sebulan yang lalu dan kini Mahapatih sudah menjadi raja. Raja terdahulu dibunuh oleh permaisuri dan permaisuri sekarang ada di penjara. Putra mahkota bersama semua antek-anteknya juga dipenjara. Mereka menunggu hari eksekusi"
"Satu bulan yang lalu? Tapi, kenapa dia tidak langsung menemui aku dan kamu juga baru datang hari ini? Apa dia sudah melupakan aku?" Kirana terduduk dengan wajah sedih bercampur kecewa.
"Padahal aku mengandung anaknya. Aku hamil" Kirana mengusap perutnya yang tampak buncit.
"Apa?!" Dimas terhenyak kaget.
"Apa yang sudah terjadi? Kenapa dia tidak menemuiku sendiri? Apa dia sudah menikahi wanita lain?"
"Belum. Maharaja Lingga sangat mencintai Anda dan hanya mencintai Anda. Dia bahkan bertekad tidak akan menikahi wanita lain dan meniadakan upeti yang berwujud perempuan"
"Lalu kenapa dia tidak menemuiku?"
"Maharaja Lingga berada di dalam dilema karena Kenyataa yang dia terima sungguh-sungguh mengejutkannya"
"Kenyataan apa itu?" Kening Kirana sontak berkerut dan tangannya masih mengusap-usap perut buncitnya. Ada rasa takut menyergapnya karena wajah Dimas terlihat aneh.
"Permaisuri adalah ibu kandung Anda dan tabib Harsa adalah ayah kandung Anda"
"Apa?!" Kirana sontak bangkit berdiri dan seketika itu juga perutnya terasa mulas. Sebelum Kirana jatuh pingsan ke lantai Sapto dengan dan Dimas dengan sigap menangkap tubuh Kirana. Setelah membaringkan Kirana di ranjang, Dimas bergegas pergi untuk menemui junjungannya.
Rakyat sangat menyukai kebijakan-kebijakan baru yang ditetapkan oleh Lingga. Pajak berkurang dan pertanian diperluas untuk kesejahteraan rakyat. Perjanjian damai dengan beberapa kerajaan juga berhasil Lingga tandatangani. Rakyat girang bukan main karena perang ditiadakan dan kesejahteraan rakyat ditingkatkan. Tapi, tidak demikian dengan Lingga. Meskipun semua keinginannya sudah tercapai dan balas dendamnya sudah terpenuhi, dia sedih karena dirinya masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Kirana adalah putri kandung dari wanita yang sangat dia benci. Wanita kejam yang sudah membunuh ibu dan ayahnya.
Saat Lingga tengah memegangi pelipisnya di depan meja kerjanya, Dimas tergopoh-gopoh menghadap dan tanpa basa-basi, Dimas langsung berkata dengan napas menderu, "Ndoro Putri Kirana hamil dan saat ini pingsan"
"Apa?! Aku akan ke sana sekarang juga" Lingga melesat meninggalkan Dimas dan Dimas menunduk lelah, "Sial! Aku belum bernapas dengan benar sudah harus berlari lagi"
Lingga duduk di tepi ranjang dan bernapas sedikit lega karena tabib Harsa mengatakan bahwa Kirana baik-baik saja. Lingga memaafkan Harsa karena Harsa terbukti tidak melakukan kejahatan apapun. Harsa hanya fokus melindungi Kirana dan itu menyentuh hati Lingga untuk itulah Lingga memaafkan Harsa dan mempertahankan kedudukan Harsa sebagai tabib kerajaan.
Namun, Lingga masih belum mau memanggil Harsa ayah mertua. Harsa duduk di bangku panjang yang menghadap ke ranjang karena dia ingin menemukan Kirana membuka mata. Harsa bersyukur karena Kirana akhirnya menikah dengan pria yang tepat dan selamat. Dia bersyukur dia sebentar lagi akan dipanggil kakek.
Kirana membuka mata dan langsung bangun memeluk Lingga, "Meskipun ini hanya mimpi, aku akan memeluk kamu, Kangmas Lingga. Aku sangat merindukan kamu. Anak kita juga sangat merindukan kamu"
"Dasar bodoh tidak bisa membedakan mana nyata dan mimpi. Bodoh!"
Kirana mendongak kaget dan mulutnya ternganga lebar.
Lingga mendengus kesal, "Tidak cium suami kamu? Katanya kangen, cih!"
Kirana mengucek matanya lalu menangkup pipi Lingga, "Ini beneran kamu" Kirana menangis terharu.
"Jangan menangis nanti suami kamu sedih"
"Mana ada sedih kalau tidak menemui aku setelah menang" Kirana menepuk keras bahu Lingga.
Lingga langsung menarik Kirana ke pelukannya lalu mengusap punggung perempuan yang sangat dia cintai sambil bergumam, "Maafkan aku"
😄