Tentang Dukun Santet Legendaris — yang berjaya dalam Mengusir Belanda, Tiga Abad Silam.
Tapi nasibnya berakhir tragis: dibakar hidup-hidup hingga arwahnya gentayangan
Sampai tahun 2025..
Jiwa LANANG JAGAD SEGARA:
tiba-tiba tersedot ke dalam tubuh ADAM SUKMA TANTRA, seorang INTERPOL Jenius, Muda dan Tampan.
Syarat tinggal di tubuh itu: cari dalang di balik pembunuhan Adam.
Maka dimulailah petualangannya menyelidiki kasus-kasus kriminal dengan cara aneh: Lewat Santet, Jimat Ghoib, dan Mantra Terlarang yang tak sesuai zaman. Tapi, justru cara kuno ini paling ampuh dan bikin partnernya cuma bisa terpana.
“Lho, kok jimatku lebih nendang daripada granat?!” — ujar Lanang, si Dukun Gaptek yang kini terjebak dalam lumpur misteri masa lalu.
Sanggupkah ia mewujudkan keinginan Jiwa asli sang pemilik tubuh?
Atau jangan-jangan justru terhantui rasa bersalah karena ternyata, penyebab Matinya Adam masih....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni_Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Tawanan Lanang
...************* ...
Dan begitulah kurang lebih asal mula ceritanya... Dokter Elibrech akhirnya jadi "tawanan" Lanang sampai bandara.
Mengapa disebut tawanan?
Lima jam sebelumnya... ketika mereka masih terlibat argumen sengit di apartemen Adam, sang dokter tua jelas-jelas menolak permintaan Lanang. Kalian jangan lupa, dia adalah Kepala Rumah Sakit yang tidak bisa sembarangan meninggalkan tugasnya secara mendadak dan tanpa perencanaan matang.
Namun Lanang justru mengancam akan memberikan kutukan atau santet. Dokter Elibrech tetap bersikukuh tidak ingin pergi, berdalih dirinya sudah tua, sudah puas menjalani hidup, dan tidak takut mati. Jadi Adam tidak perlu mengkhawatirkannya.
Tapi mana mungkin Lanang tinggal diam. Hingga akhirnya... dengan berat hati dia merapalkan mantra gempa bumi.
Brrrrrrtrrrrttt...
Mendadak... seluruh hunian apartemen Adam berguncang hebat. Getaran keras merambat di lantai, dinding-dinding bergetar, dan lampu gantung bergoyang tak karuan.
Wiiing... wiingg... wiing...
Alarm darurat bencana meraung-raung memecah kesunyian, bersahutan dengan gemericik kaca jendela yang bergetar dan suara barang-barang berjatuhan.
"Apa-apaan ini? Adam?" Dokter Elibrech yang masih berdiri langsung terhuyung-huyung. Tangannya mencengkram tepi meja erat-erat, wajahnya pucat membayangkan bahaya yang tengah terjadi.
"Bagaimana, Tabib? Masih mau menolak ikut? Baru segini saja kau sudah takut. Kenapa tadi bilang tidak takut mati? Apa kau sudah pernah merasakan sakitnya mati?" Suara Lanang yang sedang dalam mode mantra terdengar menggema.Meski tidak lantang, aura dinginnya yang mengancam jelas terasa menusuk tulang.
Di luar sana, gerombolan penghuni apartemen mulai berhamburan keluar melalui koridor. Suasana menjadi gaduh oleh teriakan panik dan langkah kaki yang tergopoh-gopoh. Mereka semua, yang jelas tidak tahu bahwa penyebab gempa bumi itu adalah Lanang, berusaha menyelamatkan diri dalam kebingungan.
"Hentikan... Cepat hentikan! Apa masih tidak cukup kau merusak tembok rumah sakitku? Cepat hentikan sebelum gedung ini roboh!" Suara Dokter Elibrech terdengar kesal dan menggeram marah, gemetaran.
Tapi Lanang malah menyeringai, senyum tipis penuh kemenangan terpancar di wajahnya. "Tidak akan roboh kalau kau bersedia ikut kami pulang ke Indonesia, Tabib." ujarnya, nada suaranya masih mengancam.
"Apa-apaan ini? Lanang! Cepat hentikan!" suara Bryan tiba-tiba menggema dari pintu, memecah konsentrasi Lanang. Getaran apartemen yang mengguncang itu langsung mereda seketika.
Hah... Dokter Elibrech menarik napas lega, tubuhnya sedikit limbung. Dadanya naik-turun tak beraturan saat ia berusaha menenangkan diri. "Siapa yang kau panggil Lanang? Apa kau sudah gila, Bryan? Itu partnermu.. Adam! Yah, mulai tersesat akibat mempelajari ilmu hitam!" hardiknya, suaranya masih bergetar sisa panik.
Bryan langsung tersadar telah kelepasan bicara. Pikirannya berputar cepat sebelum akhirnya merangkai alibi. Dia harus memberi penjelasan supaya tidak canggung kalau kelepasan bicara lagu.
"Yang ku panggil Lanang adalah kekuatannya. Saat ini, dia tengah memakai energi khusus."
"Waktu diculik, Adam dipaksa mempelajari ilmu hitam dari kitab kuno. Dan kitab-kitab itu seperti memiliki nyawa, dia minta dipanggil Lanang." ucapnya dengan lancar, menutupi kebenaran tentang Adam dengan lapisan kebohongan yang halus.
"Apa? Bahkan kitabnya pun bisa bicara?" Dokter Elibrech terdengar bingung, hampir-hampir merasa dirinya yang akan gila. Tangannya mengusap pelipis yang mulai berdenyut.
"Bukannya sudah kubilang untuk meninggalkan ilmu itu? Kenapa kau malah nekat memakainya? Lihat saja, pengaruh buruknya bahkan bisa menyebabkan bencana!" ujarnya lagi dengan nada tinggi, memarahi anak baptisnya. Suaranya pecah antara khawatir, kecewa, dan frustrasi.
"Tapi Lanang malah mencibir sinis. "Kalau aku tidak pakai ilmu ini... bagaimana aku bisa melawan mereka, dan menyelamatkan Bryan? Dan bagaimana bisa aku tahu kalau Tantri dalam bahaya?" ucapnya sambil melirik tajam ke arah Dokter Elibrech. Sorot matanya menusuk.
Mendengar pertanyaan itu, Dokter Elibrech langsung bungkam. Akan menjadi munafik kalau dirinya tetap menyangkal kebenaran yang terpampang nyata. Bayangan Bryan yang menghilang dan tiba-tiba muncul secara gaib di depan matanya adalah bukti nyata bahwa ilmu itulah yang justru telah menjadi penyelamat. Namun, naluri lamanya sebagai seorang ilmuwan dan tabib masih memberontak. Baginya, yang hitam tetaplah hitam, meski dipakai untuk melindungi. Perasaan itu bergejolak dalam dadanya, menciptakan konflik batin yang memberontak.
"Kenapa diam, Tabib? Aku benar, kan? Memangnya Tabib punya cara lain untuk melawan Iblis?" tanya Lanang lagi, suaranya menggema di antara gemericik kaca yang masih bergetar.
Dokter Elibrech semakin bungkam, tak mampu menjawab. Lanang menggunakan kesempatan itu untuk menciptakan gempa sekali lagi. Brrrrmmm! Lantai bergetar lebih keras, dinding berderak, dan suara alarm kembali meraung-raung memecah telinga. Suasana yang tadinya mulai tenang langsung berubah menjadi kekacauan total.
"Jadi bagaimana, Tabib? Apa masih ngeyel tidak ikut kami pulang?" tanya Lanang, melanjutkan jurus ancamannya dengan suara yang dingin dan penuh wibawa.
"Kenapa Dokter Elibrech harus ikut?" tanya Bryan yang masih tak paham, matanya melirik panik antara Lanang dan dokter tua itu.
"Kalau dia tidak ikut, bisa jadi dia yang akan jadi sasaran Iblis berikutnya. Asal kau tahu... iblis itu sengaja mengincar orang-orangku. Makanya aku paksa dia ikut kita. Aku tak mau Tabib ini jadi korban selanjutnya," jawab Lanang singkat.
Bryan pun terkejut, mulutnya terbuka lebar. Namun, sedetik kemudian, tindakannya lebih cepat dari pikirannya. "Aduh, Dokter! Sini, aku bantu!" serunya sambil melompat mendekati Dokter Elibrech. Tangannya yang kuat segera memapah tubuh gemetar sang pak tua untuk berdiri tegak, melindunginya dari goncangan yang masih berlangsung.
"Hentikan, Lanang. Biar aku yang bicara baik-baik dengannya. Akan kupastikan dia akan ikut," ujar Bryan, suaranya tegas namun berusaha menenangkan.
Lanang pun segera menghentikan aksinya. Getaran yang mengguncang lantai berangsur mereda, meninggalkan keheningan yang tegang dan berdebu. Namun, sorot matanya masih tajam. "Tak cuma Dokter Elibrech saja yang harus ikut. Suster Mikha juga ikut. Adam sendiri yang bilang, eh... maksudku, aku juga punya firasat buruk kalau dia bisa dijadikan target," ucap Lanang, lalu berbalik dan pergi meninggalkan Bryan untuk berbicara dengan dokter Elibrech.
Dokter Elibrech, yang masih terlihat pucat dan gemetar, langsung bertanya. "Jadi, kau sudah tahu semuanya? Sejak kapan? Dan kenapa tak bilang dari awal?" gumam Dokter Elibrech, suaranya parau dan penuh kebingungan.
"Ya, Dokter... Aku sudah tahu cukup banyak. Dan satu hal yang ingin aku tekankan di sini... Firasat Adam sekarang tidak bisa dianggap remeh. Sekali aku meremehkannya, aku berakhir di dalam gua dan hampir dijadikan tumbal iblis," jawab Bryan lirih.
Wajah Dokter Elibrech langsung menegang, keriput di dahinya semakin jelas terlihat.
"Dan tak hanya itu, kejadian hari ini sudah cukup menakutkan. Aku yakin jika sesuatu terjadi pada kita lagi, maka Adam tak akan segan-segan untuk bertindak. Hari ini dia nyaris mati hanya demi menyelamatkanku. Jadi, aku jelas tak mau kejadian hari ini terulang lagi. Maka, kita semua harus bekerja sama dan memaklumi permintaannya," tambah Bryan,.
Wajah Dokter Elibrech yang semula hanya tegang, kini berubah pucat seolah kehilangan warna. Pak tua itu jelas tak punya kata-kata lagi untuk membantah.
"Baiklah... kalau begitu... Mungkin memang sudah waktunya aku pensiun. Sudah tua begini, tak ada salahnya pulang kampung ke Indonesia dan bersenang-senang," ucapnya, berusaha menutupi kekhawatiran berlebihan terhadap Adam dengan nada santai.
Maka dari itu, dia sudah resmi jadi "tawanan" Lanang Jagad Segara, demi keselamatannya, juga demi meringankan tugas Adam untuk menjaganya.
"Dokter, kenapa tiba-tiba aku dimutasi ke Indonesia? Apa kata orang tuaku nanti kalau melihat aku pulang mendadak?" tanya Suster Mikha yang masih belum tahu apa-apa, wajahnya penuh kebingungan.
"Tenanglah, Mikha. Biar aku yang bicara pada orang tuamu nanti. Tugasmu sekarang cuma satu:, mengikuti pencarian pasien dengan penyakit langka di daerah pelosok. Mungkin terdengar aneh dan sulit, tapi percayalah, gajimu akan naik drastis, dan kau akan mendapat kehormatan melakukan tugas mulia," ujar Dokter Elibrech, mencoba meyakinkan dengan alibi yang terdengar masuk akal.
Itulah alasan yang dipakainya untuk "menipu" Suster Mikha. Untuk sekarang, dia belum punya waktu untuk mengatakan kebenaran, karena dia sendiri pun masih merasa tidak tahu apa-apa. Yang dia tahu, hanya satu, dia tidak ingin membuat hidup Adam menjadi lebih sulit di tengah kekacauan akhir-akhir ini.
...************ ...
lanjut Thor 😍
gimana itu kalau Lanang nggak bisa balik. kasian tubuh nya Adam Thor
tapi cuma dikit
Thor ada nggak mantra yang bisa bikin cepat kaya???🤣🤣
seru dan menyeramkan.
tapi suka