(🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️)
Apa yang terjadi jika orang yang pernah meninggalkan trauma besar di masa lalu kembali hadir di dalam hidupmu?
Itulah yang dialami oleh Luna, gadis cantik berumur 21 tahun.
Di tengah perjuangannya menyelesaikan kuliah, muncul sebuah berita bahwa mantan kekasihnya yang sangat posesif, kini telah di bebaskan dari penjara, setelah delapan tahun menetap di dalam penjara.
Akan kah Luna lolos darinya?
yuk mampir dan saksikan kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-21
...🖤🖤🖤...
...(Di perusahaan)...
Ceklek.
Pintu ruangan Alex terbuka lebar, mengalihkan Jesi yang sedang duduk di sofa menanti kedatangan Alex, melirik ke arah pintu ruangan.
"Alex, kamu dari mana?" tanya Jesi bangkit, berjalan menghampiri Alex.
Alex tidak menjawab, ia terus berjalan melalui Jesi menuju meja kerjanya, kemudian duduk dan memandang Jesi dengan tatapan dingin seperti biasa.
Jesi, berbalik menatap Alex."Alex, apa yang kurang dariku? Kenapa kamu begitu tega memperlakukan aku sampai seperti ini?" tanyanya diiringi kedua mata berkaca-kaca menatap Alex.
"Kamu terserang sesuatu, Jesi? Hingga kamu melupakan bagaimana awal pernikahan kita?" Alex berbalik bertanya kepada Jesi.
Seluruh tubuh Jesi gemetar hebat, hingga air mata yang ia tahan dengan susah payah, akhirnya mengalir turun dengan deras.
"Aku tau!" jerit Jesi."Aku tahu... tidak perlu kamu terus memperingati aku, Alex. Apa salahnya kalau aku berharap suatu saat nanti kamu akan jatuh cinta kepadaku, dengan terjadinya aliansi pernikahan ini," ucap Jesi berderai air mata sambil memegang dadanya yang terasa sesak.
"Sepertinya kamu terlalu banyak membaca novel, dimana sebuah pernikahan kontrak akan terbalik menjadi cinta, dengan seiring berjalannya waktu, bukan? Bangunlah dan lihat sekitarmu Jesi, ini kehidupan nyata, dan itu tidak akan terjadi diantara kita," tegas Alex menatap Jesi tanpa perasaan bersalah atau rasa iba.
"Kau tega Alex... aku bahkan sampai merendahkan harga diriku hanya bisa mendapatkan sedikit cinta darimu, dan ini balasanmu?" Jesi tertegun melihat keras dan dinginnya hati seorang Alexandre Salvatore, yang kini duduk di hadapannya saat ini menatapnya dengan tatapan dingin.
"Aku tidak melakukan apapun kepadamu, tapi kamu sendiri yang membawa itu semua ke dalam hidupmu sendiri, jadi..." Alex menghentikan perkataannya, menatap Jesi lebih tajam dan mematikan."Jangan salahkan aku."
"Hahahaha..." Jesi tertawa miris menatap Alex."Sekarang aku paham, seberapa keras aku memaksamu, maka itu akan membuatmu semakin membenci aku, maka dengarkan perkataanku Tuan Alexandre Salvatore. Mulai hari ini, aku akan menjalani hidup sebagai istri pernikahan Aliansi mu, namun aku punya satu syarat," tawar Jesi tidak ada pilihan lain, selain bernegosiasi dengan Alex.
"Aku tidak punya waktu mendengar omong kosong mu Jesi, lebih baik kamu pergi dari sini," usir Alex.
"Aku akan pergi setelah kamu setuju, kalau tidak. Aku akan tetap seperti ini dan mengganggumu setiap hari," tegas Jesi.
Alex mengepal kedua tangan dengan erat menatap Jesi dengan nafas memburu marah menatap Jesi, beraninya wanita itu mengajukan kesepakatan dengannya.
"Lakukan sesuka hatimu, aku tidak peduli," balas Alex.
"Bagaimana kalau aku menyebarkan fotomu bersama Luna yang keluar dari dalam hotel? Pasti akan membuat ibunda Luna yang baru saja sembuh setelah operasi jantung, akan sangat syok dan..."
Brak!
"Kau, berani menantangku?!" pekik Alex geram bangkit dari duduknya menatap Jesi.
"Makanya lakukan apa yang aku minta! Kalau tidak, bukan ibunda Luna saja yang mati, tapi Luna juga akan di cap sebagai wanita liar satu negera dan dikeluarkan dari kampus, Alex!!" raung Jesi, ikut tersulut amarah.
"Kau!" Alex bergerak bangkit dari duduknya, melangka dengan lebar menghampiri Jesi, lalu...
Srek. Alex meraih leher Jesi, lalu meremasnya dengan kuat.
"Akkkhhh!" Kedua mata Jesi membulat sempurna menatap Alex, sembari meronta melepaskan diri dari cengkraman Alex.
Perlahan, Alex menariknya mendekat ke arahnya dengan nafas memburu marah."Kau berani memancing amarahku, Jesi. Kau tidak tau, dengan siapa kamu sedang berhadapan?" bisik Alex penuh amarah hingga otot di lehernya menegang sempurna menatap Jesi.
"Ugh...! Aku tau siapa kamu Alex, kamu adalah pria psikopat yang sudah menghabisi selingkuhan ibumu dengan tongkat golf di malam tahun baru itu," balas Jesi, bersusah payah mencakar tangan Alex mencoba membebaskan diri.
"Dari mana kamu mengetahui soal itu?" tanya Alex melepaskan cengkeramannya di leher Jesi.
Bruk!
Jesi pun terjatuh diatas lantai, dan segera menarik nafas dengan rakus. Perlahan, Alex melangka mendekat dan berdiri di tegap di hadapan Jesi yang masih sibuk menghirup kembali udara dengan susah payah.
"Aku tanya sekali lagi. Siapa yang memberitahumu soal kejadian itu, Jesi?" ucap Alex, suaranya tiba-tiba berubah menyeramkan, membuat suasana di dalam ruangan itu menjadi lebih dingin dari sebelumnya.
Jesi mendongak dengan susah payah menatap Alex, sambil memegang lehernya yang terasa sakit dan panas, akibat cengkraman Alex.
"Aku, melihatnya sendiri," jawab Jesi.
Perlahan Alex berjongkok di hadapan Jesi, lalu meraih dagu Jesi, kemudian menariknya dengan kasar ke arahnya, sambil meremasnya dengan kuat.
"Kau pikir aku akan percaya dengan bualan mu itu?" ucap Alex.
Jesi mengigit bibir bawanya, berusaha menahan rasa sakit di dagunya, akibat cengkraman Alex.
"Aku tidak bilang melihatnya secara langsung Alex... tapi, aku melihat dari rekaman dasbor mobil milik supir truk yang waktu itu berhasil aku dapatkan," ucap Jesi.
"Cih!" Alex menghempaskan dagu Jesi dengan kasar, lalu bangkit dan mengeluarkan sapu tangan dari sakunya."Jika kamu ingin membawa rekaman itu kepada polisi silahkan, aku tidak peduli," tantang Alex sambil membersihkan kedua tangannya, lalu melempar sapu tangan bekas itu diatas lantai tepat di hadapan Jesi.
"Aku tau kamu tidak akan peduli soal itu, tapi bagaimana dengan tawaran pertamaku, Alex?" Jesi tersenyum sinis menatap Alex.
(Bersambung)