Ketika membuka mata, Dani menemukan dirinya berada di sebuah kamar. Ia tak mengingat apapun tentang dirinya. Di sana dia bertemu dengan pria yang mengaku sebagai bosnya. Pria itu mengatakan kalau Dani merupakan personal trainer di gymnya yang diketahui juga melakukan pekerjaan p|us-p|us.
Namun semua itu tak berlangsung lama, karena ingatan Dani perlahan pulih setelah bertemu wanita yang mengetahui masa lalunya. Saat itulah Dani menggunakan keahlian hipnotisnya dan mengambil alih bisnis gym. Siapa yang menduga? Bisnis itu menjadi sukses besar saat dikelola oleh Dani.
"Layanan trainer-trainer di gym 24 luar biasa. Pokoknya bikin lemas dan banjir lendir. Eh, maksudnya lendir keringat. Hehe..." ucap salah satu tante langganan gym 24.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35 - Memar
“Aku sudah bilang, jangan pernah bawa-bawa anak itu ke dalam urusan kita!” bentak Nico. Suaranya memecah keheningan kamar.
Laluna menahan napas, tangannya bergetar. “Sofi tidak salah apa-apa! Jangan jadikan dia alasan untuk melampiaskan amarahmu.”
Nico menyeringai sinis. Ia mendekat, menekan bahu Laluna hingga wanita itu terdorong ke tepi ranjang. “Kau pikir aku tak tahu? Kau selalu membela anak itu lebih daripada aku, suamimu sendiri.”
“Karena kau tak pernah benar-benar menjadi seorang ayah baginya!” Laluna akhirnya meledak. Suaranya pecah, matanya berkaca-kaca.
Seketika tangan Nico melayang, menampar pipinya dengan keras. “Diam! Jangan pernah membandingkan aku dengan ayah haramnya itu lagi!”
Tubuh Laluna terhuyung, jatuh duduk di sisi ranjang. Rasa panas menjalari pipinya. Tapi lebih daripada itu, hatinya seperti diremas. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri, namun suaranya tetap bergetar.
“Kenapa kau selalu merasa jadi pahlawan, Nico? Seolah aku ini wanita hina yang harus bersyukur karena kau menikahiku. Padahal kau hanya membuat hidupku semakin menderita.”
Nico menunduk, mencengkeram rahangnya dengan kasar. “Karena itu kenyataannya, Laluna. Tanpaku, kau bukan apa-apa. Ingat baik-baik, semua orang menganggapku menantu idaman keluarga Alamsyah. Kau hanya pelengkap yang kebetulan kuberi kesempatan.”
Air mata Laluna jatuh, tapi ia tetap berani menatap balik. “Jika memang begitu, lepaskan aku! Biarkan aku hidup sendiri bersama Sofi.”
Nico tertawa pendek, sarkastis. “Lepaskan? Jangan bercanda. Aku tidak akan membiarkanmu bebas, apalagi setelah aku tahu betapa kotornya masa lalumu. Kau pikir siapa yang akan menanggung malu kalau rahasia itu terbongkar? Bukan hanya kau, tapi seluruh keluarga ini!”
Laluna terdiam. Kata-kata Nico itu seperti belati yang menusuk. Ia sadar, meski membencinya, ia tetap terjebak dalam jerat pernikahan ini.
Di luar kamar, Dani yang hendak meninggalkan rumah sebenarnya sudah mencapai tangga bawah. Namun suara teriakan membuatnya terhenti. Ia mengernyit, lalu tanpa sadar melangkah kembali ke lantai atas.
Ia berdiri di dekat pintu kamar Laluna dan Nico yang sedikit terbuka. Dari celah sempit, ia bisa melihat bayangan tubuh Laluna yang didorong ke ranjang.
“Brengsek,” gumam Dani pelan.
Ia tahu Nico berwajah manis di depan semua orang, termasuk keluarga Alamsyah. Tapi yang dilihatnya sekarang jauh berbeda: seorang pria brutal, yang menindas istrinya tanpa ampun.
Nico berjalan ke arah meja, menenggak segelas minuman keras. “Kau tahu? Semakin hari aku semakin muak dengan sikapmu. Kau bukan istri yang baik, Laluna. Kau hanya beban.”
Laluna berdiri pelan, mengusap pipinya yang memerah. Dress sutranya agak melorot ke bahu, memperlihatkan kulit pucat yang dipenuhi bekas lebam kekerasan lama. Ada semburat ungu di lengan atasnya, juga memar kekuningan di sisi perut yang tersingkap ketika ia bergerak.
Mata Dani terbelalak. Napasnya tercekat.
Dia tak menyangka—wanita yang dulu pernah ia gunakan dalam rencananya, kini hidup dalam neraka rumah tangga. Bekas pukulan itu bukan sekali-dua kali. Itu tanda kebiasaan.
Seketika amarah Dani mendidih. Tangannya mengepal, nyaris saja ia mendobrak pintu. Tapi ia menahan diri. Tidak sekarang. Tidak dengan ceroboh.
“Lihat dirimu,” Nico menoleh, matanya merah karena alkohol dan amarah. “Dengan tubuh penuh bekas itu, siapa lagi yang mau padamu kalau bukan aku? Jadi berhenti mengeluh dan lakukan tugasmu sebagai istri.”
Laluna memejamkan mata. Ada bagian dirinya yang ingin berteriak, ingin kabur malam itu juga. Tapi Sofi… anak kecil itu masih tertidur pulas di kamar sebelah. Demi putrinya, ia menelan semua rasa sakit.
“Baiklah,” ucapnya lirih. “Aku akan diam. Aku akan bertahan.”
Nico mendekat, menepuk-nepuk pipinya dengan kasar sebelum meninggalkannya ke kamar mandi. “Bagus. Ingatlah tempatmu.”
Pintu kamar mandi tertutup. Laluna langsung terduduk di lantai. Ia meremas ujung dressnya, menahan tangis.
Di luar, Dani akhirnya mundur perlahan. Wajahnya muram, rahangnya tegang. Ia sudah cukup melihat. Lebam-lebam di tubuh Laluna, tatapan pasrah wanita itu, semua terekam jelas di kepalanya.
“Laluna…” bisiknya, nyaris tanpa suara.
Ada perasaan aneh di dadanya. Rasa bersalah karena pernah menyeret wanita itu ke dalam rencananya dulu, bercampur dengan amarah terhadap Nico.
Namun Dani tahu, ia harus tetap fokus. Tujuannya sekarang adalah Kalina—wanita itu akan menjadi sumber uang besar baginya. Tapi setelah apa yang ia lihat malam ini, ia sadar ada satu beban baru yang harus ia pikul: rahasia gelap rumah tangga Laluna.
semoga nanti bisa bersatu dengan Dani .
bahagia bersama anak mereka
jangan-jangan nanti Lexy juga hamil...