Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23.Ingin bertemu.
Shen li berdiri diam di depan gerbang yang tertutup rapat, napasnya berat. Embun pagi masih menyelimuti desa, namun hawa yang mengelilinginya terasa dingin karena sikap Zi ning yang tegas menolaknya. Para pengawal di belakangnya saling bertukar pandang, menunggu perintah, tetapi Shen li hanya mengangkat tangannya, memberi tanda agar mereka tetap tenang.
Ia menatap gerbang kayu itu lama, seolah bisa menembus pandangan dan melihat ke dalam. "Nona, aku kesini untuk menjemput saudariku atas perintah ayah kami, jadi bisakah nona membukakan pintu agar saya bisa berbicara dengan Li mei. "Dengan suara yang dalam dan tenang, Shen li berkata dari luar, suaranya menggema di udara pagi yang hening.
Tidak ada jawaban dari dalam. Hanya suara ayam berkokok dan hembusan angin yang melintas.
Shen li menghela napas panjang. Ia lalu duduk di atas batu besar di dekat gerbang, menatap ke arah jalan desa. “Aku akan tetap menunggu di sini. Jika kalian ingin mengusirku,aku akan membawa Li mei untuk pulang” gumamnya pelan, cukup keras agar terdengar dari dalam.
Yue, yang masih berdiri di balik pintu bersama Zi ning, berbisik cemas, “Nona… sebaiknya kita membiarkan tuan tersebut untuk melihat nona Li mei, bagaimana kalau kita memberitahukan kebenarannya pada tuan tersebut?”
Zi ning menatap lantai sejenak, wajahnya keras tapi matanya menyiratkan keraguan. “Keluarga Zhao-lah yang dulu membuang Li mei dan ibunya. Sekarang setelah semuanya terlambat, baru mereka datang? Kemana mereka saat Li mei masih hidup?”
Yue menelan ludah. “Tapi nona, kalau kita biarkan dia menunggu di luar, warga desa bisa salah paham. Mereka mungkin berpikir kita menghalangi keluarga sendiri… dan bisa menimbulkan masalah.”
Suasana hening beberapa saat. Dari luar, Shen li tetap duduk dengan tenang, namun sorot matanya tidak menunjukkan niat pergi.
Akhirnya Zi ning menarik napas panjang. “Baiklah,buka pintunya!,jika dia terus disini kita tidak akan bisa pergi”
Yue mengangguk, meski wajahnya tetap tegang. Ia membuka sedikit gerbang, hanya cukup untuk keluar, sementara Zi ning melangkah dengan anggun namun dingin.
Shen li berdiri ketika melihat mereka mendekat. Wajahnya tetap tenang, namun ada kilatan kebahagiaan di matanya.
Zi ning berdiri tegak, menatapnya lurus. “Tuan Zhao sebaiknya kamu ikut kami, jika kamu mau menemui Li mei.”
Shen li menundukkan kepala sejenak. “Baik nona,kita gunakan saja kereta kami agar sampai di tempat nona yang dituju.”
Zi ning menyipitkan mata. “Baik, kita harus menyelesaikan masalah ini.”
Shen li menatap Zi ning dalam-dalam. “Silahkan nona!.”
Angin pagi bertiup pelan, membawa aroma tanah basah. Warga desa yang penasaran mulai mengintip dari kejauhan, berbisik-bisik melihat ketegangan itu.
Zi ning terdiam beberapa saat. Yue meliriknya, Yue pun mengikuti tuannya. Akhirnya mereka berdua masuk kedalam kereta, untuk pergi ke tempat Li mei berada.
Didalam kereta Yue menunjukkan jalan kearah bukit, dan tak beberapa lama mereka sampai di bukit yang sepi.
Shen li tidak mengerti, kenapa Zi ning membawa mereka kesini?. Setelah sampai Zi ning dan Yue turun dari kereta, Shen li berusaha bersikap sopan untuk menolong Zi ning dari kereta.
Tapi tanggapan Zi ning malah dingin, dia malah meminta bantuan Yue untuk turun dari kereta.
Shen li hanya mengikuti arahan Zi ning, tapi ditempat yang mereka tuju adalah tempat orang meninggal, banyak makam dalam perjalanan mereka.
"Nona, kita mau kemana?, kenapa nona membawa kami kesini? . "
Zi ning hanya dia, seakan enggan untuk menjawab pertanyaan kakak Li mei.
Dan tak beberapa lama mereka berdiri didepan makam yang baru, Zi ning berhenti dan memberikan hormat pada makam tersebut.
"Li mei, aku membawakan kakakmu yang kamu rindukan. "
Shen li diam kebingungan dengan ucapan Zi ning, tapi setelah Zi ning memperlihatkan tulisan di makam dan nama saudarinya tertulis di makam itu.
Shen li terkejut, ia tidak menyangka akan melihat nama adiknya di nisan yang ada didepan nya.
"Bukankah kamu mau menemui adikmu, dia ada didepan mu sekarang.kalian sudah terlambat, untuk membawanya pergi" Ucap Zi ning dengan tatapan dingin.
Penyesalan yang ada di mata Shen li, air mata penyesalan yang mengalir di pipinya. Hanya suara permintaan maaf saja yang mengema di bukit tersebut, kesedihan Shen li sebagai saudaranya tidak bisa menemui, saudaranya yang terpisah bertahun-tahun dan sekarang mereka berdua terpisah untuk selama-lamanya.
Di sisi lain, jauh dari desa Yan Shi, gerbang besar ibukota terbuka lebar. Terompet kerajaan ditiup, menandai kedatangan tamu agung. Jalanan utama dipenuhi rakyat yang berbaris rapi di tepi jalan, menunggu kedatangan keluarga Liu,keluarga jenderal yang selama bertahun-tahun menjaga perbatasan utara dari serangan musuh.
Langit biru cerah, berbeda jauh dari kelabu duka di Yan Shi. Spanduk-spanduk berwarna merah dan emas berkibar di sepanjang jalan, sementara para pedagang dan warga meneriakkan sorak sorai seperti.
“Hidup keluarga Liu!”
“Pahlawan perbatasan kembali!”
Barisan kuda perang memasuki kota terlebih dahulu, diikuti kereta besar berlapis besi ringan dengan lambang keluarga Liu,seekor naga melingkar di atas pedang. Dalam rombongan hanya para prajurit,yang masuk kedalam ibukota dan jenderal Liu naik dengan kuda gagahnya memakai baju zirahnya.
Dengan di temani oleh ke lima putranya yang gagah dan tampan disamping ayah mereka yang berjalan dengan kuda mereka masing-masing.Membuat para wanita terpesona melihat kelima putra jenderal Liu, dengan menunggang kuda hitam, mengenakan zirah perak sederhana yang memancarkan wibawa.
Sudah bertahun-tahun keluarga ini tidak menjejakkan kaki di ibukota, karena kesetiaan mereka menjaga perbatasan membuat mereka hidup jauh dari pusat kekuasaan. Namun kali ini, Kaisar Xiao sendiri yang memanggil mereka pulang, sebagai bentuk penghargaan sekaligus… alasan yang belum seluruhnya mereka ketahui.
Saat kereta berhenti di depan gerbang istana luar, seorang pejabat tinggi berpakaian sutra ungu datang menyambut. Ia menunduk dalam-dalam.
“Selamat datang kembali di ibukota, Jenderal Liu. Atas perintah Yang Mulia Kaisar Xiao, keluarga Liu akan tinggal di kediaman kehormatan di distrik barat. Besok pagi, Kaisar Xiao akan menerima keluarga Liu dalam audiensi resmi di Balairung Naga.”
Sorak sorai rakyat kembali menggema, sementara jenderal Liu hanya menundukkan kepala dengan wibawa, suaranya dalam, tegas.
“Kami keluarga Liu… hanya menjalankan tugas. Tapi hari ini, kami bersyukur rakyat masih menyambut kami dengan hangat. Semoga kedamaian negeri ini bertahan lama.”
Rombongan kemudian bergerak menuju kediaman baru mereka di distrik barat ibukota, rumah megah yang dulunya disiapkan untuk bangsawan tingkat tinggi. Di sepanjang perjalanan, rakyat terus menyapa dan menaburkan bunga, seolah menyambut kepulangan pahlawan yang lama hilang.
Namun, di balik senyum-senyum yang dilemparkan, hati mereka terasa sedih karena belum menemukan saudara mereka Zi ning.
Zi ning seperti di telan bumi, setelah apa yang terjadi di keluarga Wu.
Mereka merasa bangga karena apa yang mereka lakukan selama ini tidak sia-sia, jenderal Liu dan putra mereka mendapatkan kehormatan dari rakyat Lan gya.
Keluarga Liu sekarang disambut dengan hormat sebagai bangsawan terpandang, terutama para wanita melihat putra jenderal Liu yang tampan terdengar di telinga para putri bangsawan.
Di kejauhan, lonceng istana berbunyi tiga kali, tanda bahwa matahari siang mulai condong ke barat.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡