Seorang pria misterius menggunakan 2 sumber kehidupan untuk membentuk klon Dao yang sempurna. tapi tidak seperti klon pada umumnya, klon yang dia buat dari dua sumber kehidupan berubah menjadi bola cahaya bewarna biru yang isinya sebuah jiwa janin. apa yang akan dia lakukan dengan itu?
jika penasaran langsung saja baca novelnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Pernikahan Kecil!!
Setelah malam mulai menyelimuti langit Sekte Langit Cerah, Chen Yu berdiri di depan paviliun utama. Cahaya lentera berkelip lembut, menerangi halaman kecil tempat ShiTong berdiri memberi hormat dalam diam.
Chen Yu menatapnya tenang. “ShiTong, pergilah ke aula utama. Temui Ketua Sekte. Katakan bahwa kau datang atas perintahku. Aku ingin kau menjadi pelindung sekte ini. dan menjabat sebagai salah satu tetua utama.”
ShiTong sempat ingin menolak dengan kerendahan hati, namun Chen Yu segera menambahkan, “Ajak Guru Ji Qianlan dan Guru Qing Shanyue bersamamu. Dengan mereka di pihakmu, Ketua Sekte tidak akan bisa menolak.”
ShiTong menunduk lebih dalam, lalu menjawab penuh hormat,
“Perintah diterima, Tuan Muda. Aku akan melaksanakan tugas ini dengan sepenuh hati.”
Ia lalu pergi, diiringi dua Guru wanita yang tersenyum mendukungnya.
Malam itu, di kediaman Chen Yu.
Lentera gantung bergoyang lembut ditiup angin malam. Di ruang dalam, Chen Yu duduk bersila bersama MuWan dan Xining. Wajahnya sedikit kebingungan, namun senyumnya tetap hangat.
“MuWan…” Chen Yu memecah keheningan.
“Aku masih belum sepenuhnya mengerti. Apa yang kalian bicarakan saat aku pergi? Bagaimana bisa kau begitu mudah menyetujui Xining menjadi istriku juga?”
MuWan yang duduk di sampingnya tersenyum lembut, menatap Chen Yu dengan mata jernih yang sedikit berkaca. Ia menggenggam tangan suaminya dan menjawab dengan suara pelan namun pasti.
“Chen Yu… aku tahu perasaan Xining padamu bukan sekadar kagum. Tapi aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri. hingga tak sadar betapa dalam perasaan nya padamu.”
MuWan menoleh ke arah Xining yang duduk menunduk malu di sisi lain.
“Dan saat aku di sekte Langit Merah, dialah yang ada di sisimu. Dia menjaga dan melewati hidup dan mati bersama mu. Meskipun begitu dia menahan diri untuk tidak merebutmu dari ku."
Chen Yu terdiam, hatinya berguncang.
Xining mengangkat wajahnya pelan, pipinya memerah namun ia memberanikan diri berkata.
“Aku tak pernah ingin merebut tempat MuWan. Aku hanya ingin berada di sisimu, meski sebagai bayangan yang menjaga dari jauh.”
MuWan tersenyum dan meraih tangan Xining, lalu menggenggamnya bersama tangan Chen Yu.
“Aku tak mau kita saling menyakiti hanya karena cinta yang sama. Karena jika cinta kita murni. kita bisa saling menguatkan.”
Chen Yu memandang keduanya, perasaannya bercampur haru dan kagum. Dalam hatinya ia tahu. cinta yang lahir dari pengorbanan dan kejujuran. bukan untuk dipertanyakan tapi untuk dijaga.
Dia menarik keduanya ke dalam pelukan hangat.
“Terima kasih karena telah saling menerima, dan mencintaiku dengan cara yang paling tulus.”
Angin malam berhembus lembut melalui celah jendela. Di dalam ruangan itu, tidak ada lagi keraguan. Hanya ada cinta, pengertian, dan ikatan yang kini semakin kuat.
Malam mulai semakin larut. Lentera gantung di langit-langit bergoyang lembut, memantulkan cahaya keemasan yang hangat ke seluruh ruangan. Chen Yu masih duduk di antara MuWan dan Xining. Ketiganya tampak tenang, tapi ada keheningan yang menggantung, seperti sesuatu yang belum diucapkan.
Chen Yu menatap kedua istrinya dengan lembut. “Aku akan segera berangkat ke Zhou Agung. Entah berapa lama waktu yang akan aku habiskan di sana.”
MuWan menunduk, wajahnya redup. Xining menggenggam ujung lengan bajunya sendiri, seperti sedang menahan sesuatu.
Melihat itu, Chen Yu tersenyum tipis. “Sebelum aku pergi, bagaimana kalau kita mengadakan pesta pernikahan kecil? Tidak perlu megah, hanya sebagai penanda bahwa hati kita telah terikat. Dan agar semua orang tahu, bahwa kalian berdua adalah istriku."
MuWan dan Xining sama-sama terkejut, namun perlahan senyuman mengembang di wajah keduanya.
“Pernikahan kecil…” gumam MuWan. “Aku suka idenya. Tak perlu kemegahan, asal kita bertiga bisa menikmatinya bersama.”
Xining pun mengangguk pelan, pipinya sedikit bersemu. “Aku tak pernah membayangkan bisa sampai sejauh ini. tapi jika ini keinginan kita bersama, maka aku akan menerimanya dengan senang hati.”
Chen Yu mengangguk puas, namun sebelum sempat melanjutkan, terdengar suara pintu dibuka tiba-tiba.
“SAHABATKU CHEN YU!!”
Suara keras dan penuh semangat itu menggema dari halaman. Tak lama kemudian, sosok yang sangat mereka kenal melangkah masuk sambil membawa dua keranjang besar: satu berisi kendi-kendi anggur, satu lagi penuh makanan.
“Kudengar dari murid jaga kalau kalian di sini sedang bersantai. Maka biar kutambah suasananya jadi lebih meriah!” seru Puyou sambil tertawa lebar.
Chen Yu menghela napas dan tersenyum, “Puyou… kau selalu datang di saat tak terduga.”
MuWan tertawa kecil, “Tapi kali ini kau datang di waktu yang tepat.”
Xining juga ikut tersenyum malu-malu. “Kami baru saja membicarakan pesta kecil. dan sekarang kau datang membawa makanan.”
Puyou tertegun, lalu berkata setengah berteriak, “Pesta?! Untuk apa? Untuk siapa?!”
Chen Yu menepuk pundaknya, lalu menjawab dengan tenang, “Pesta pernikahanku dengan Xining. Sebelum aku berangkat ke Zhou Agung.”
Puyou membelalakkan mata sejenak, lalu ekspresinya berubah senang luar biasa.
“LUAR BIASA! Sungguh… aku harus mencatat ini. Sahabatku benar-benar pria paling beruntung di dunia ini!”
Ia mengangkat kendi anggurnya tinggi-tinggi. “Baiklah! Malam ini, kita rayakan prarencana! Pesta sebelum pesta!”
MuWan dan Xining saling pandang, lalu tertawa bersama Chen Yu.
Malam itu, di bawah langit berbintang, suara canda dan tawa memenuhi rumah kecil tempat tiga hati telah menyatu. Dan di sanalah, rencana kecil tentang pernikahan sederhana akan menjadi kenangan yang tak tergantikan sebelum Chen Yu melangkah menuju takdir besarnya di Zhou Agung.
Keesokan harinya. Dimalam hari!!
Langit malam berselimut bintang-bintang tenang di atas Sekte Langit Cerah. Di halaman belakang kediaman Chen Yu, lentera-lentera digantung rendah, memancarkan cahaya lembut kekuningan yang membuat suasana menjadi hangat dan damai. Angin malam bertiup perlahan, membawa aroma bunga-bunga gunung yang mekar diam-diam.
Sebuah meja bundar kayu telah dipersiapkan. Di atasnya tersaji berbagai makanan yang disiapkan Puyou sendiri bersama beberapa murid sekte yang dekat dengan Chen Yu. Kendi anggur berjejer rapi. Tak ada pesta mewah, tak ada keramaian besar, hanya orang-orang terdekat yang hadir, duduk bersama dalam kehangatan.
ShiTong hadir lebih awal dan memberi hormat dalam-dalam kepada Chen Yu serta kedua istrinya. Ia lalu mempersembahkan sebuah kotak kayu berukir.
“Hadiah pernikahan dari saya. Di dalamnya ada jimat pelindung dari batu abadi yang pernah dipakai Kaisar Chen Fu sendiri. semoga bisa melindungi kalian bertiga dalam perjalanan hidup ke depan.”
Chen Yu menerima hadiah itu dengan hormat.
“Terima kasih, Tetua ShiTong. Aku akan menjaganya baik-baik.”
Guru Ji Qianlan dan Guru Qing Shanyue juga datang dengan pakaian formal sekte Tianming. Mereka tersenyum lembut saat melihat pasangan muda itu berdiri berdampingan.
Ji Qianlan mendekat dan menyerahkan sebuah gulungan kitab.
“Kitab ini berisi seni gerakan ringan dari istana langit Tianming. Aku rasa akan cocok untuk Xining.”
Qing Shanyue menyerahkan giok berbentuk teratai.
“Giok ini adalah giok spiritual pendeteksi niat jahat. Simpanlah di tempat tidur kalian. Siapa pun yang memiliki niat buruk tak akan berani mendekat.”
Chen Yu menunduk dalam.
“Kalian semua… terlalu baik kepadaku.”
Puyou tertawa keras, memecah haru itu.
“Baik? Kami hanya belum cukup! Tapi kalau aku, aku sudah bawa hadiah terbaik!”
Ia menarik keluar gulungan besar dari balik jubahnya. sebuah lukisan Chen Yu bersama MuWan dan Xining, digambar dengan tinta spiritual. Gaya lukisannya agak kocak tapi penuh perasaan.
“Hadiah pernikahan dari sahabatmu yang paling berbakat!” ujar Puyou bangga.
MuWan dan Xining tertawa geli, sementara Chen Yu hanya bisa menggeleng tak percaya.
“Tentu saja. hanya kau yang bisa membuat ini, Puyou.”
Setelah itu, saat bulan mulai naik tinggi, semua berdiri. Chen Yu menggenggam tangan MuWan dan Xining di hadapan para tamu.
“Aku, Chen Yu,” ucapnya lantang, “mengikat janji malam ini. Bahwa aku akan melindungi kedua istriku dengan seluruh jiwa dan kekuatanku. Mereka adalah separuh dari hidupku, dan akan selalu ada di sisiku. bahkan saat aku menantang langit sekalipun.”
MuWan menunduk, matanya berkaca. Xining juga menggenggam tangannya erat, mengangguk pelan.
Semua orang memberi tepuk tangan ringan, tak terlalu meriah, namun penuh ketulusan.
Malam itu ditutup dengan minuman kecil, tawa hangat, dan suara musik ringan dari seruling murid sekte. Meskipun pesta itu sederhana, namun maknanya mendalam.
bukan hanya sebagai pesta pernikahan, melainkan juga perpisahan sementara, sebelum Chen Yu memulai perjalanan takdirnya menuju Zhou Agung.
Pesta pernikahan kecil Chen Yu dan Xining akhirnya usai. Di bawah langit malam yang dipenuhi cahaya lentera spiritual, para tamu mulai berpamitan satu per satu dengan senyum puas dan ucapan selamat. Suasana yang semarak perlahan berganti menjadi ketenangan yang syahdu.
MuWan berdiri di samping Chen Yu dan Xining saat tamu terakhir pergi. Ia menatap langit sebentar, lalu menghela napas lembut.
“Kita sudah membuat banyak kenangan hari ini,” gumamnya.
Chen Yu menoleh dan menggenggam tangannya. “Kenapa nada bicaramu seperti akan berpisah?”
MuWan tersenyum kecil, lalu mengalihkan pandangannya ke Xining.
“Karena malam ini, adalah malam pernikahanmu dengan Xining.”
Xining langsung tersipu, pipinya memerah seperti bunga musim semi.
MuWan lalu melepas genggaman Chen Yu dengan lembut. “Tidurlah berdua malam ini. Aku tidur di kamar sebelah saja.”
Chen Yu terlihat ingin menolak, namun MuWan lebih dulu melanjutkan.
“Aku bukan marah, bukan juga cemburu. Tapi malam ini, Xining adalah pengantin barumu. Dia pantas mendapat malam yang khusus.”
Chen Yu diam, lalu memandang Xining yang kini tertunduk, ragu-ragu memegangi ujung lengan bajunya.
Akhirnya, ia mengangguk. “Baiklah. Tapi kamarmu tetap di sebelah. Jangan terlalu jauh dariku.”
MuWan tersenyum manis. “Tentu saja Suamiku.”
Xining memberanikan diri menggandeng tangan Chen Yu. Tatapannya malu tapi bahagia.
“Ayo kita masuk…” bisiknya.
MuWan melangkah lebih dulu menuju kamar sebelah. Sebelum menutup pintu, ia menoleh dan berkata dengan suara pelan,
“Perlakukan dia dengan baik malam ini suamiku.”
Chen Yu mengangguk penuh tanggung jawab.
Pintu kamar pun tertutup. Di dalam kamar, lentera giok menyala redup. Xining duduk di samping tempat tidur, masih menunduk malu. Chen Yu tersenyum lembut, duduk di sampingnya, lalu meraih tangannya.
“Malam ini... bukan hanya tentang pernikahan. Tapi tentang awal dari hidup kita bersama.”
Xining menatapnya dengan mata berembun, kemudian tersenyum.
“Terima kasih… karena telah memilihku.”
Dan malam pun berlalu dalam keheningan lembut, dengan dua hati yang kini resmi terikat dalam satu janji.
Pada malam itu kedua jiwa dan tubuh menyatu bersama cinta. Tanpa penghalang di jiwa dan di tubuh mereka. Suara teriakan kecil bersautan sepanjang malam.
Tempat tidur mengeluarkan suara yang sangat beraturan. Mengikuti cepat nya gerakan pinggang yang maju mundur tiada henti. Dan Disana Xining melingkar kan kakinya di pinggang Chen Yu seakan-akan tidak ingin dipisahkan.
Tangannya merangkul Chen Yu dengan wajah dan bibir yang saling bersentuhan. Gerakan nya sangat cepat dan disambut dengan suara dua tempat inti yang saling bertemu. Terlihat banyak air bewarna putih kental yang keluar dari sana. Kejadian tersebut berlangsung sampai pagi hari.
Pagi hari.
Mentari pagi mulai menyinari halaman Sekte Langit Cerah, sinarnya menembus kisi-kisi jendela kamar Chen Yu. Udara masih sejuk, embun belum sepenuhnya mengering.
Di dalam kamar, Xining perlahan membuka matanya. Cahaya lembut pagi menyinari wajahnya yang masih bersandar di dada Chen Yu. Wajahnya memerah begitu mengingat malam penuh rasa semalam. Ia tersenyum pelan, lalu membenamkan wajahnya sedikit lebih dalam ke pelukan suaminya.
Chen Yu, yang juga terbangun, menyapanya dengan suara serak khas pagi.
“Pagi, istriku.”
Xining mengangguk pelan. “Pagi Suamiku.”
Chen Yu mengecup keningnya sekilas, lalu bangkit perlahan agar tidak mengagetkan Xining. Ia meraih jubahnya, lalu menyelimuti Xining.
Saat itu, terdengar suara ketukan halus di pintu kamar.
Chen Yu membuka pintu dengan senyum kecil.
Ternyata MuWan sudah berdiri di sana dengan nampan berisi minuman hangat dan beberapa buah spiritual. Wajahnya lembut, meski terlihat sedikit lelah karena tidur sendirian.
“Pagi Suamiku dan Pagi Xining,” sapanya ramah.
Xining yang masih berbaring langsung duduk dan membenahi rambutnya yang agak berantakan. Wajahnya kembali memerah.
“P-pagi, Kakak MuWan…”
MuWan masuk ke kamar dan meletakkan nampan di meja kecil dekat tempat tidur. Ia lalu menatap Chen Yu dan Xining bergantian, sebelum tersenyum tulus.
“Semalam aku tidak bisa tidur nyenyak. Suara aneh terdengar sepanjang malam. Dindingnya terlalu tipis.”
Nada bicaranya setengah bercanda, setengah menggoda.
Chen Yu terbatuk pelan dan menggaruk kepala.
Xining buru-buru menarik selimut dan menunduk. “Maaf...”
MuWan tertawa pelan dan duduk di pinggir ranjang. Ia mengelus lembut rambut Xining.
“Jangan malu. Malam itu milik kalian. Aku hanya ingin memastikan pagi ini kita bisa sarapan bersama.”
Chen Yu menatap mereka berdua, lalu menghela napas lega.
“Hidup bersama kalian... rasanya seperti mimpi.”
MuWan dan Xining menatapnya bersamaan, lalu saling pandang dan tersenyum. Mereka bangkit dari tempat tidur, dan bertiga pun keluar kamar menuju halaman tempat mereka biasa sarapan.
Di meja kayu sederhana, sarapan sudah tersedia. Itu hasil kerja Puyou yang entah sejak kapan sudah bangun lebih dulu dan memasak sambil menyanyi dengan suara sumbang.
“Pagi, pasangan bahagiaaaa!” serunya ceria.
Chen Yu hanya bisa tertawa. MuWan menepuk dahinya, dan Xining tertawa sambil menutup mulutnya.
Mereka pun duduk bersama, menikmati pagi itu dengan canda dan tawa ringan. Dunia masih menyimpan misteri dan tantangan di depan. Tapi pagi itu di Sekte Langit Cerah, mereka hanya ingin menikmati waktu bersama dalam damai.
dusah GHOBLOK lembek lagi,
mendingan gak usah di lanjutkan lagi ini alur ceritanya