Gimana jadinya jika Putri bangsawan kelas atas jatuh cinta pada Kesatria yang ternyata merupakan keturunan iblis.
Awalnya sang putri hanya ingin berteman dan bermain bersama. Namun disaat sedang bermain, mereka berdua diserang iblis jahat. Mereka berdua dalam bahaya, sang putri tak bisa berbuat apa apa. Untung saja si mc keturunan iblis, jadi dia bisa melindungi sang putri.
Mulai saat itu sang putri berjanji untuk membalas budi pada sang mc, bahkan berjanji untuk menjadikannya suami.
Karya ini hanya karangan belaka, segala sesuatu yang mirip hanyalah kebetula.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zeyynmaloth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Book of Truth
"Bawa... Bawa aku kerumah."
Pinta pria itu.
"Baiklah, aku akan membawamu."
Balas William, ia pun merangkul dan membawa pria yang sedang mabuk berat itu.
Cody yang menunggu William pun mulai curiga bahwa ada sesuatu yang menimpa William.
"Ini sudah terlalu lama... Kemana dia sih?"
Tanya Cody, dia bilang dengan dirinya sendiri.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya William pun sampai di kediaman si pria tadi. William pun langsung meminta pria tersebut agar segera duduk.
"Duduklah!"
Ucap William.
"Terima kasih banyak... Aku berhutang padamu."
Balas si pria itu.
"Tak usah dipikirkan!"
Seru William.
"Kau ini memang baik hati. Aku lupa memperkenalkan diriku, namaku Anderson."
Ucap Anderson, tubuhnya masih lemas akibat alkohol yang ia minum.
"Namaku William, aku datang dari negeri Tudor."
Ucap William, satu tangannya menyilang di dada.
"Kau itu seorang Marshal kan?"
Tanya Anderson.
"Benar, apa kau juga tahu tentang pasukan Zeyynmaloth?"
Tanya William.
"Tentu saja. Aku bahkan kenal setiap anggotanya."
Balas Anderson.
"Wahh... Tak ku sangka, Zeyynmaloth sudah sangat terkenal ternyata."
Ucap William dalam hati.
"Hahhh..."
Anderson mulai menghela nafas panjang.
"Kini aku sudah oke. Aku bahkan bisa dengan gesit bergerak kesana kemari."
Ucap Anderson.
"Oohhh... Jadi pengaruh alkohol mu sudah hilang?"
Tanya William.
"Benar."
Balas Anderson sembari mengangkat jempol.
"Bukannya dia mabuk berat tadi, setahuku jika minuman yang diteguk banyak akan lama untuk sadar kembali."
Ucap William dalam hati.
"Sebenarnya aku bukan berasal dari kota ini."
Ungkap Anderson.
"Benarkah? Kau berasal dari mana?"
Tanya William.
"Akhirnya aku berada di sini, pemilik asli rumah ini pindah kota dan menjual rumah ini."
Ungkap Anderson.
"Yaa.... Lalu kau berasal dari mana."
Tanya William lagi, dia mulai kesal pertanyaan nya tak kunjung dijawab.
"Kau mau minum apa? Kopi? Teh? Atau apa?"
Tanya Anderson.
"Kenapa dia malah mengalihkan topik pembicaraan?"
Dalam hati William berkata demikian.
"Ehmm... Kopi saja deh."
Jawab William.
"Baiklah, tunggu sebentar ya."
Ucap Anderson.
"Hmm... Aneh."
Dalam hati William berkomentar.
Beralih pada Istana Dark Dicepratops. Helena berada di ruang bawah tanah yang penuh dengan ramuan. Helena sedang sendirian, dia berencana membuat ramuan agar Raipope memihak nya lagi sepenuhnya. Tiba tiba saja terdengar suara ketukan pintu.
"Tok..."
"Tok..."
"Tok..."
Karena sedang fokus fokusnya, Helena tak membalikkan tubuhnya.
"Masuk!"
Ucap Helena, dengan tangan yang sedang berusaha memasukkan suatu ramuan.
Di sebalik pintu, muncul Hellvoinh yang seperti nya ingin membicarakan suatu hal.
"Helena, aku bosan. Kenapa kau tidak segera menyuruhku untuk menginvasi? Atau setidaknya suruh aku untuk bertarung."
Tanya Hellvoinh.
"Tunggu sebentar! Aku sedang fokus."
Pinta Helena.
Tampak ramuan berwarna hijau dicampurkan oleh Helena ke ramuan berwarna ungu menyala.
"CHISSHH..."
Ramuan itu bereaksi.
"Hmm... Sepertinya ini sudah jadi."
Ucap Helena dengan nada puas, tampak kedua tangannya menempel di pinggul.
"Apa efeknya?"
"Tentu saja untuk membuat iblis lebih jahat dari biasanya, dia akan patuh kepada ku"
Balas Helena.
"Ohh.. Begitu."
Ucap Hellvoinh.
"Ngomong ngomong, kenapa kau kemari?"
"Aku tadi sudah bilang, aku ingin segera mendapat misi."
Balas Hellvoinh.
"Ohh... Misi... Aku sudah memikirkan itu, bagaimana kalau kau cari dimana Book of Truth berada, lalu curi buku itu dan bawa kemari."
Ucap Helena.
"Book of Truth? Aku bahkan tak tahu siapa pemilik terakhir buku itu."
Balas Hellvoinh.
"Dikabarkan buku itu dicuri dari ras Elf, aku rasa ras Elf sudah tak memiliki buku itu sama sekali."
Ucap Helena.
"Jadi... Apa kau sendiri tak tahu dimana buku itu berada?"
Tanya Hellvoinh.
"Aku sendiri tak begitu yakin... Tapi Lilith pernah bilang padaku bahwa buku itu berada di Chalinggo City."
Ucap Helena kemudian dia meninggalkan Hellvoinh sendirian.
Hellvoinh menatap Helena dengan tajam. Kepalan tangannya kuat sehingga meninggalkan bekas kuku di telapak tangannya. Hellvoinh begitu semangat, walau masih ambigu tetapi Hellvoinh sangat yakin dia akan menuntaskan misi.
Kembali ke Chalinggo City. Kaki Wesker, Bobby, Westia dan Dante sudah lelah berjalan. Mereka yang berpatroli dan menyamar sama sekali tidak melihat tanda tanda pencuri itu.
"Dia begitu hebat, sampai sampai kamu tak menemukan petunjuk sama sekali."
Dalam hati Bobby berkomentar.
"Kurasa dia tak datang malam ini."
Ucap Dante dalam hati.
Yang bertugas mencari informasi tentang Karl, si pencuri itu mulai berfikir untuk menyerah. Malahan Cody sudah dari tadi duduk duduk santai.
Di kediaman Anderson, tampak William terus saja duduk di sofa, dia merasa tidak enak jika langsung pergi, dia tak mau Anderson merasa ditolak. Setelah lama menunggu akhirnya Anderson membawa kopi panas yang diminta William.
"Nahh ini... Akhirnya datang juga."
Ucap spontan dalam hati.
"Ku pikir aku hanya akan meneguk sekali saja, setelah itu aku minta untuk pergi. Biar bagaimanapun aku tak boleh leha leha saat dalam misi."
Ucap William dalam hati.
"Aku tahu kau sedang dalam misi."
Anderson membuka pembicaraan dengan bilang seperti itu.
"Apa? Kau tahu?"
Tanya William terkejut.
"Tentu saja, aku rabun dekat loh."
Ucap Anderson.
"Aku yakin ada maksud lain dibalik perkataan nya itu, atau mungkin tingkah nya ini."
Ucap William dalam hati waspada.
"Tenang saja, aku tak menaruh racun pada kopi mu sama sekali."
Ucap Anderson.
"Apa apaan dia ini?"
Ucapan William dalam hati.
"Aku tak mengerti apa yang kau maksud."
Ucap William.
"Hmm... Tak mengerti ya?"
Balas Anderson, kemudian dengan duduk tenangnya dia meneguk kopi panas.
"Tunggu... Apa jangan jangan kau..."
Ucap William, raut wajahnya waspada.
"Hahaha... Duduk dulu yang tenang lahh..."
Seru Anderson.
"Hentikan semua ini! Mengakulah kau sebenarnya adalah Karl si pencuri!"
William langsung berdiri dan menodongkan pedangnya.
"Hahaha... Ternyata benar, pedang itu bisa tiba tiba muncul."
Anderson tertawa kemudia dia dengan santainya berbicara.
Bukannya panik Anderson malah meneguk kopi nya lagi dengan tenang. William yang melihatnya pun sangat keheranan. Setelah meneguk kopi tiba tiba saja Anderson berdiri dengan mempertahankan ekspresi tenang.
"Bentar ya..."
Ucap Anderson yang kini terlihat berjalan kearah lemari.
"Apa yang mau dia ambil."
William keheranan.
Terlihat senjata api dari lemari dibawa oleh Anderson. Setelah dibawa senjata itu diletakkan kembali dan dia pun ke dapur untuk mengambil sesuatu.
"Pistol? Ternyata dugaan ku benar."
Ucap William dalam hati.
"Nahhh ini dia..."
Suara itu datang dari dapur.
William pun terus mengamati apa yang akan dibawa Anderson. Dari arah dapur, Anderson berjalan kearah William dan membawa sebuah buku.
"Book of Truth?"
Mata William terbuka lebar, dia sangat terkejut melihat hal itu.