NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 35.

Author's POV.

Dua minggu, Sean tidak datang menemui Hana. Bahkan saat kedatangannya yang terkahir kali Sean tidak bertemu dengan Hana karena Fany membawa Hana pergi keluar. Setelah Sean menyelesaikan urusannya di luar negeri, ia langsung menuju ke rumah keluarga Fany begitu ia sampai di bandara tanpa pulang lebih dulu. Ia terlalu rindu pada Hana dan juga Fany. Sangat rindu, seakan ia ingin memeluk mereka seharian andaikan bisa.

"Nak Sean, ayo masuk! Hana ada di dalam." Ujar ibu Fany melihat Sean yang datang dengan sedikit kacau karena perjalanan yang begitu panjang. Tidak dipungkiri bahwa Sean saat ini merasa kelelahan dan agak lapar karena tidak sempat beristirahat dan makan.

"Terimakasih bibi, bagaikan keadaan paman dan bibi?" Tanya Sean sopan seperti biasanya.

"Kami semua baik-baik saja. Kau sendiri terlihat sangat kacau, kau kurang istirahat?" Tanya Ibu Fany.

"Hanya sedikit agak lelah saja bi." Jawab Sean. "Saya temui Hana dulu." Lanjutnya.

"Ya, mereka ada di ruang tengah. Saya siapkan makan siang dulu." Ujar Ibu Fany.

"Oh iya, bibi. Ini oleh-oleh buat bibi dan paman. Kebetulan saya baru pulang dari luar negeri. Makanya saya tidak datang minggu kemarin." Ucap Sean sambil menyodorkan paperbag pada ibu Fany.

"Kamu kenapa repot-repot begini?" Tanya Ibu Fany.

"Tidak, bibi. Hanya bingkisan kecil saja." Kata Sean.

"Ya sudah. Terimakasih ya." Ucap Ibu Fany. Sean mengangguk kemudian ibu Fany menggiring nya ke ruang tengah dimana Fany dan Hana sedang bersantai sambil menonton televisi.

"Siapa yang datang, Bu?" Tanya Fany tanpa melihat ibunya. Ia mendengar suara langkah kaki dari belakangnya.

"Ayahnya Hana." Jawab ibunya sambil pergi meninggalkan mereka. Fany yang agak terkejut pun hendak meninggalkan tempatnya tapi, Sean lebih dulu mencegahnya. "Fan, aku hanya sebentar. Jangan pergi!" Ucap Sean. Fany berhenti pada posisinya dan kembali duduk di dekat tempat hana berbaring.

"Cepat dan segera pergilah!" Kata Fany ketus.

"Fan, segitu besarnya ya kau membenciku? Aku sudah mengakui kesalahanku dan minta maaf berulangkali, kau tetap tidak ingin memaafkanku?" Tanya Sean.

"Jika kau sudah tahu, kenapa masih bertanya dan dengan bodohnya masih datang kemari?" Sinis Fany.

"Fan, aku tidak akan pernah lelah untuk mengatakan maaf padamu. Aku mengakui bahwa aku memang bersalah. Tapi aku akan berubah. Aku tidak akan membuatmu kecewa lagi. Jadi, tolong! Mari kita mulai semua dari awal lagi!" Ucap Sean.

"Tidak." Fany masih bersikeras menolak meskipun Sean sudah berlutut di depannya.

"Fan-"

"Aku bilang tidak, ya tidak." Ujar Fany keras sampai ibu dan ayah Fany dapat mendengarnya. Sean terdiam sebentar kemudian berdiri dan menghampiri Hana yang sedang tertidur di atas kasur kecilnya.

"Hana, sayang. Maafkan ayah ya! Ayah janji tidak akan mengecewakanmu. Selama ini Ayah sudah salah karena menelantarkan kalian. Sekarang tidak lagi. Tidak akan pernah terjadi lagi." Ucap Sean pelan. Ayah dan ibu Fany yang merasa terkejut dengan suara keras Fany pun datang menghampiri mereka dan melihat Sean sedang berbicara dengan Hana yang sedang tidur.

"Fany, kenapa kamu teriak-teriak?" Tanya Ayah Fany lebih dulu.

"Tidak penting. Sebaiknya usir dia keluar! Aku tidak ingin melihatnya." Jawab Fany.

"Fany, jangan keterlaluan! Nak Sean capek-capek datang ke sini untuk menemui kalian. Kau seharusnya menghargai dia!" Tegur ayah Fany.

"Menghargai dia? Ayah tanya padanya apakah dia pernah menghargai aku saat bersama wanita jalang itu?"

"Hentikan! Aku memang salah. Dan aku akan pergi." Ucap Sean pelan karena tenaganya seakan telah habis karen kelelahan.

"Bagus, pergi saja selamanya tidak usah kembali!" Ujar Fany.

Tanpa menjawab, Sean berjalan menghampiri ayah dan ibu Fany dan menundukkan kepalanya.

"Saya minta maaf, paman, bibi. Saya permisi pulang dulu!" Ucap Sean.

"Nak, menginap lah semalam disini. Kamu terlihat kurang baik." Ucap ayah Fany.

"Terimakasih, paman. Saya pulang saja!" Ucap Sean. "Permisi, paman, bibi!" Lanjut Sean pamit.

Dengan gontai, Sean pergi meninggalkan rumah itu. Ia benar-benar merasa dirinya sangat lelah dan lemah. Untung saja ia sudah menyewa rumah tidak jauh dari rumah keluarga Fany, sehingga ia bisa cepat-cepat beristirahat.

"Fany, kamu sudah keterlaluan, kamu tidak sadar juga?" Ujar Ayah Fany menegur anak satu-satunya itu.

"Keterlaluan bagaimana? Dia memang seharusnya pergi, apa ayah tidak pernah berfikir bahwa yang dia lakukan jauh lebih keterlaluan?" Ujar Fany.

"Fany." Tegur ibunya.

"Ibu mau membela dia juga?" Tanya Fany dengan kecewa.

"Nak Sean baru saja pulang dari luar negeri dan langsung menuju kemari, seharusnya biarkan dia beristirahat sebentar disini." Ucap Ibu Fany dengan nada yang lebih lembut.

"Aku tidak mau tahu apa pun alasannya. Aku tidak ingin melihat dia lagi." Ujar Fany bersikeras. Ia pergi ke kamarnya sambil menggendong Hana yang sedang tertidur lelap.

........

Fany's POV.

Sean sialan. Datang dan tidak datang membuatku tetap saja merasa sial. Sejak kedatangannya yang terakhir kali sekitar tiga minggu yang lalu, dia memang sudah tidak datang. Tapi, ibu dan ayah terus saja menanyakan pria brengsek sialan itu. Bahkan mereka sama sekali tidak sungkan untuk mencoba menelfonnya. Dan kabar baiknya, Ponsel Sean tidak bisa dihubungi. Dan itu adalah suatu kebaikan untukku. Pria itu pasti dalam masalah dan tidak akan menggangguku dalam waktu dekat. Kuharap, seterusnya ia tidak akan pernah datang lagi.

Seiring berjalannya waktu, Hana yang semakin bertambah usia membuat anak manis kesayanganku ini menjadi lebih menggemaskan. Bukan hanya aku dan keluargaku saja yang semakin hari semakin gemas melihat Hana. Tapi, Kevin juga suka melihat Hana. Oh iya, hubungan aku dan Kevin jadi semakin dekat setelah pertemuan kami beberapa minggu yang lalu. Kami kembali dekat setelah cukup lama terpisahkan oleh si bajingan Sean.

Aku bersyukur semua yang terjadi tidak membuat Kevin kecewa dan memutuskan untuk menjauhiku. Kevin adalah sahabatku sejak kecil. Karena aku bekerja di luar kota selama ini, hubungan kami jadi merenggang dan benar-benar terpisah setelah aku menikahi Sean. Sekarang hubungan kami kembali seperti dulu lagi.

Kevin lebih sering menemaniku menjaga Hana dan mengajak kami jalan-jalan pagi. Baik aku dan Kevin, kami sama-sama senang dengan kebersamaan kami yang sudah lama kami rindukan.

"Fany, kenapa kau bersama dengan Kevin?" Aku tahu hari ini akan tiba. Saat dimana ayah akan menanyakan hal ini lagi. Sejak dulu sampai sekarang ayah maupun ibu tidak pernah suka dengan Kevin entah karena apa, aku juga tidak tahu.

"Kami hanya jalan-jalan saja ayah." Jawabku. Memang kami hanya pergi jalan-jalan saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan kan? Hana juga masih aman bersamaku. Kevin mana Mungkin memiliki niat jahat pada kami.

"Sudah berapa kali ayah bilang? Jauhi Kevin, Fany!" Ucap Ayah dengan nada sedikit pelan.

"Tidak bisa, ayah. Aku dan Kevin sudah lama berteman. Lagipula aku tidak punya alasan kenapa aku harus menjauhinya." Kataku.

"Fany, Kevin memiliki maksud tersendiri kenapa dia dekat denganmu." Ucap Ayah bersikeras melarangku untuk berteman dengan Kevin. Lagipula, apa salah Kevin? Apa dia pernah melukai perasaan ayah dan ibu?

"Ayah, aku tidak ingin bicara tentang ini lagi. Yang jelas, aku tidak akan menjauhi Kevin tanpa alasan yang tepat." Kataku akhirnya.

"Suamiku, sesuatu telah terjadi." Ucap Ibu yang tampak tergesa-gesa berjalan dari dapur mencari ayah.

"Ada apa?" Tanya Ayah.

"Sean, dia sakit dan sedang dirawat di rumah sakit. Pantas saja dia sudah lama tidak datang. Kita harus menjenguknya." Ucap Ibu seakan Sean adalah anak kandungnya sendiri. Seharusnya mereka tidak perlu secemas itu kan?

"Sebaiknya jangan menjenguknya. Dia akan semakin besar kepala dan berfikir bahwa keluarga kita akan menerimanya kembali." Ujarku. Benar, jika ayah dan ibu nekat menjenguk Sean, yang ada Sean akan semakin giat untuk kembali padaku. Aku tidak ingin kembali pada pria brengsek itu.

"Jika kamu tidak mau menjenguknya, tidak masalah. Tapi, jangan hentikan kami!" Ujar ibu.

"Ibu-"

"Fany, kamu tidak tahu betapa kami sangat merasa berhutang pada keluarga Sean. Terlambat sedikit saja waktu itulah, kami sudah pasti akan kehilangan kamu. Mereka sangat peduli pada orang-orang asing seperti kita dulu, tidak seperti orang-orang kaya lainnya yang acuh melihat kami menderita." Ucap Ayah.

"Peduli? Seperti apa kepedulian yang Ayah dan ibu bangga-banggakan padanya? Dengan memaksaku menikahinya, kemudian membuatku tertipu dengan segala ucapannya sampai dengan jodohnya aku jatuh cinta pada serigala liar itu? Kalian tidak tahu bagaimana ia memperlakukanku selama ini." Kataku. Akhirnya pertahananku runtuh. Selama ini aku berusaha untuk membuat semua yakin bahwa aku baik-baik saja setelah melalui semua bersama Sean, nyatanya perasaan kecewa dan sakit hati ini, masih terus membekas dan sulit untuk hilang.

"Kami tahu." Jawab Ayah dengan tenang. "Kami tahu, nak! Semua yang sudah terjadi, kami semua sudah tahu." Jawab ayah. Jadi, Sean sudah mengakui kesalahannya pada ayah dan ibu. "Tapi, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah. Dan ayah percaya bahwa Sean sangat bersungguh-sungguh. Dia tidak akan mengecewakan kami." Lanjut ayah.

"Bagaimana ayah bisa secepat itu yakin padanya?" Tanyaku protes. Sean bukan pertama kalinya berjanji. Dia terus mengingkari janjinya selama ini. Bahkan dia sangat licik untuk menarikku menikah dengannya dulu.

"Ayah bisa melihat dari matanya. Percayalah, Fany! Dia tidak akan mengecewakan kamu lagi." Ucap ayah.

"Ayah, bahkan jika dia mati pun, aku tidak bisa memaafkannya." Ucapku. Aku tidak ingin berdebat lagi. Aku membawa Hana pergi ke kamar. Tidak ada gunanya bicara terus, ayah dan ibu masih saja membela orang yang sudah jelas-jelas telah membuat anaknya hampir mati.

Bersambung....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
Queisha Calandra: terimakasih....!❣️❣️❣️❣️
total 1 replies
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!