NovelToon NovelToon
Pembalasan Penulis Licik

Pembalasan Penulis Licik

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa Fantasi / CEO / Nikah Kontrak / Fantasi Wanita / Gadis nakal
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

Bijaklah dalam memilih tulisan!!


Kisah seorang penulis online yang 'terkenal lugu' dan baik di sekitar teman-teman dan para pembaca setianya, namun punya sisi gelap dan tersembunyi—menguntit keluarga pebisnis besar di negaranya.

Apa yang akan di lakukan selanjutnya? Akankah dia berhasil, atau justru kalah oleh orang yang ia kendalikan?

Ikuti kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembalasan Penulis Licik 21

...****************...

Di dalam mobil yang melaju tenang menembus keramaian malam, Aresya duduk bersandar sambil berkali-kali menyentuh pergelangan kakinya.

Jemarinya menekan-nekan lembut, lalu sedikit meringis… dibuat-buat, tentu saja. Tapi ekspresinya terlihat alami, seperti seorang wanita yang tengah menahan nyeri kecil.

Arion yang duduk di belakang kemudi sempat melirik dari sudut matanya. Pandangannya tak bisa menyembunyikan rasa khawatir yang mulai muncul perlahan. Hening beberapa detik, sebelum ia akhirnya bicara.

“Sakitnya makin parah?” tanyanya pelan.

Aresya tersenyum tipis, menoleh setengah.

“Enggak… hanya pegal sedikit. Mungkin terlalu lama pakai heels,” ujarnya, suaranya lembut, terdengar lelah tapi tetap tenang.

Arion tak menjawab, hanya mengangguk kecil. Tapi beberapa saat kemudian, tatapannya kembali mencuri-curi ke arah kaki Aresya—ada sesuatu dalam dirinya yang tidak tenang, seperti dorongan alami untuk memastikan bahwa perempuan itu benar-benar baik-baik saja.

Di sisi lain, Aresya menunduk dengan senyum samar yang ia sembunyikan dari pandangan pria itu. Jantungnya mungkin berdetak lebih lambat dari biasanya, tapi pikirannya sudah berlari jauh lebih cepat.

Satu langkah lagi dalam permainannya.

Dan Arion? Ia bahkan tidak sadar sudah masuk ke dalamnya perlahan.

...****************...

Langkah kaki mereka terdengar lembut saat memasuki penthouse yang tenang dan temaram. Arion membuka pintu lebih dulu, membiarkan Aresya berjalan masuk.

Begitu pintu tertutup, Aresya segera menunduk, melepaskan sepasang heelsnya yang menjepit tumit dan menyisakan garis merah samar. Ia menarik napas lega, lalu berjalan perlahan menuju kamarnya tanpa suara.

Tapi sebelum tangannya menyentuh gagang pintu kamar, suara Arion terdengar dari belakangnya.

"Aresya."

Langkah Aresya terhenti. Ia menoleh pelan, menemukan sosok pria itu masih berdiri tak jauh darinya, dasinya sudah dilepas, kemeja sedikit terbuka di bagian atas.

"Setelah mandi," ucapnya singkat, suaranya datar namun ada nada yang berbeda, sedikit lebih dalam… lebih berkuasa. "Temui aku di ruang tengah."

Alis Aresya terangkat sedikit, namun ia hanya mengangguk, senyum tipis tersungging di bibirnya. “Baik, Tuan,” jawabnya manis, nada main-main terselip di balik suaranya.

Lalu ia membuka pintu kamarnya, masuk dengan tenang. Dalam hati, ia berbisik pelan, Waktunya bermain lagi.

...****************...

Aresya melangkah keluar dari kamarnya dengan pakaian tidur satin warna gading yang membungkus tubuhnya seperti kabut lembut. Bahannya yang tipis nyaris menempel, membentuk siluet tubuh mungil dan rampingnya. Rambut panjangnya tergerai alami, masih basah, sebagian menempel di bahu.

Ia berjalan pelan ke ruang tengah, senyumnya terkembang seolah tak ada yang salah.

Arion yang tengah duduk di sofa, langsung mengangkat wajah. Tatapannya langsung terpaku. Napasnya sempat tertahan. Wanita itu… setiap harinya semakin menggoda, semakin berani. Tapi tetap dengan wajah tak bersalah yang membuatnya bingung—apakah ini memang bawaan atau hanya bagian dari lakon yang belum ia mengerti.

"Aku sudah mandi," ucap Aresya pelan, lembut, seperti bisikan angin.

"Bagus. Duduk," perintah Arion pendek, suaranya sedikit berat. Ia menunjuk sofa di sampingnya.

Aresya berjalan mendekat dengan langkah ringan lalu duduk menurut. Seperti gadis kecil yang menuruti ayahnya.

"Kau ingin bicara sesuatu?" tanyanya manis, menoleh ke arah Arion dengan mata bulatnya yang tenang.

"Atau hanya rindu melihatku malam-malam begini?" lanjutnya sambil terkekeh kecil, seolah candanya adalah hal lumrah.

Arion menghela napas pelan, berusaha tak terpancing.

“Aku ingin mengobati kakimu,” ucap Arion singkat, menunduk mengambil salep dari atas meja.

Aresya menunduk melihat kakinya sendiri lalu mengangkat wajah.

“Ah, kau mengingatnya,” katanya pelan, seolah terharu. “Kupikir kau akan lupa. Tapi ternyata suamiku perhatian juga, ya?”

Arion tak menanggapi, hanya mengulurkan tangan dan menyentuh pergelangan kakinya.

Aresya sedikit tersentak pura-pura. “Dingin,” katanya, lalu tersenyum.

“Tapi aku percaya tanganmu nggak akan menyakitiku, kan?”

Tatapan Arion sejenak menatap wajahnya, sebelum kembali fokus ke kakinya yang memerah. Ia mulai mengoleskan salep itu perlahan.

Aresya mendesah pelan.

“Terima kasih, Arion...”

“Aku tidak mau kau pincang saat ikut ke acara selanjutnya,” sahut Arion datar, meski tangannya begitu hati-hati menyentuh kulit lembut Aresya.

Aresya terkekeh pelan.

“Jadi... kita akan pergi lagi? Haruskah aku mulai menyiapkan gaun malam dari sekarang?”

Arion mengangkat alis. “Kau sepertinya menyukai acara seperti itu.”

“Bukan acaranya, tapi peran yang harus kujalani di sana. Aku suka... jadi istrimu.” Aresya tersenyum samar.

“Kau membuatnya terlihat nyata, meski hanya akting, kan?”

Tangannya yang tadi masih sibuk mengoles salep kini terhenti sejenak.

Aresya melanjutkan dengan nada manis, “Kalau aku terlalu berani… kau bisa bilang. Tapi aku hanya ingin jadi istri yang baik malam ini. Yang nurut... dan tidak merepotkan.”

Arion menelan ludah. Tatapannya tak bisa lepas dari gadis itu.

Tanpa sadar, ia mengusap perlahan kaki Aresya, bukan lagi karena salep—tapi karena sesuatu dalam dirinya mulai luluh tanpa ia sadari.

Tapi Aresya tetap dalam perannya.

Menunduk, tersenyum manis, lembut… seperti tak tahu bahwa hatinya sedang membakar perlahan.

Aresya memperhatikan wajah Arion yang kini memandangi kakinya dengan tatapan berbeda—bukan hanya sekadar khawatir, tapi ada sesuatu yang lebih... hangat. Dan itu cukup membuatnya ingin tertawa geli dalam hati.

Namun, wajahnya tetap tenang.

Ia menyandarkan punggung ke sofa, menghela napas pelan lalu berkata, “Kau tahu, aku suka malam seperti ini... tenang, dan kita tidak saling berteriak atau saling membentak seperti pasangan dalam drama yang buruk.”

Arion melirik sekilas, tangannya masih menyentuh kakinya. “Memangnya kita pasangan seperti apa menurutmu?”

Aresya tersenyum, menoleh padanya, dan berkata lembut, “Kita pasangan yang… penuh rahasia.”

Arion mengerutkan kening.

“Maksudmu?”

Aresya tertawa pelan.

“Rahasiaku, dan mungkin juga rahasiamu. Tapi tetap saling tersenyum di meja makan, saling menyapa setiap pagi. Bukankah itu menarik? Kita seperti teka-teki bagi satu sama lain.”

Arion terdiam. Dalam hati, ia tahu ucapan Aresya benar. Ia tak tahu banyak tentang gadis ini, namun tiap harinya Aresya tampak begitu ‘ada’ di sekitarnya. Penuh kejutan kecil. Penuh manuver yang ia tak bisa baca sepenuhnya.

“Kalau kakiku sembuh, apa kau masih akan perhatian begini?” tanya Aresya pelan.

Arion menatap matanya.

“Kalau kau butuh perhatian, kau bisa minta. Tak perlu pura-pura sakit.”

Ucapan itu membuat Aresya tertawa. Lembut.

“Kau benar-benar mulai mengenalku ya?”

“Sedikit,” sahut Arion, akhirnya selesai mengoles salep. Ia menurunkan kaki Aresya dengan perlahan.

Aresya menatap Arion dalam-dalam. Tatapannya sejenak melembut, seolah ia benar-benar lupa sedang bermain peran. Tapi hanya sejenak.

Karena setelahnya ia tersenyum manis dan berkata, “Kalau begitu, sepertinya aku harus lebih sering terluka.”

Arion hanya menatapnya, menghela napas pelan.

“Jangan terlalu sering, aku bisa terbiasa.”

.

.

.

Next 👉🏻

1
Miu Nih.
perempuan badas kok dilawan,, tapi kamu jadi bucin kaann~ 😆😆
Miu Nih.
nyesek juga ya /Sob/
Semangat
huaa thorrr
Semangat
balaskan dendammu aresyaa
Semangat
wah Arion /Gosh//CoolGuy/
Alen's Vy: Gak nahan dia/Curse/
total 1 replies
Semangat
aih maluuu
Semangat
harusnya pernikahan yang sperti ini, hrus dengan org yg saling mencintai. tapi mereka enggak.
Alen's Vy: Iya, kan kak..
total 1 replies
Semangat
suka bgt 'malam telah tua'
Semangat
lanjut thorr gimana ini kepanjutannyaa
Alen's Vy: Besok yaaaa/Whimper//Grievance/
total 1 replies
Semangat
/Blush//Blush/
Semangat
misterius banget Aresya ini ya thor
Alen's Vy: Wkwkwk karena ada sebab.. /Shhh/
total 1 replies
Semangat
ini bagus banget Thor kata2nya
Semangat
lanjut dongg thorr kapan up lagii
Semangat
berani bgt areysa ya thor
Miu Nih.
next kak 🤗👍
Miu Nih.: Haik, siap! udah 😉
Alen's Vy: Follback ya kak/Grievance/
total 2 replies
Semangat
Menarik🥵
Alen's Vy
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Miu Nih.
duh, bener2 misteri, bikin aku mikir pelan 😆 ,, pelan2 ya thor bacanya...
Miu Nih.
yg biasa disebut anonymous kah? 🤔
Miu Nih.
Aresya, yuk temenan sama Dalian 🤗
Makasih tadi udh mampir. jgn lupa keep lanjut teyuz ya...

kita ramein dengan saling bertukar komen...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!