Iva merupakan anak dari pengusaha yang kaya raya. Dia justru rela hidup susah demi bisa menikah dengan lelaki yang di cintainya. Bahkan menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari turunan terkaya di kota sebelah.
Pengorbanannya sia-sia karena ia di perlakukan buruk bukan hanya oleh suami tapi juga oleh ibu mertuanya.
Di jadikan sebagai asisten rumah tangga bahkan suami selingkuh di depan mata.
Iva tidak terima dan ia membuka identitas aslinya di depan orang-orang yang menyakitinya untuk balas dendam.
Lantas bagaimana selanjutnya?
Yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35
"Ya hallo, baik saya segera kesana sekarang juga!"
Ternyata bunyi dering tersebut berasal dari ponsel milik Bapak pembuat gambar sketsa. Ia menangkupkan kedua tangannya di dada. "Mohon maaf, saya harus segera pergi karena ada hal yang tidak bisa di wakilkan."
Sang Bapak tersebut pergi begitu saja. Sedangkan Iva dan kedua kakaknya terperangah menatap kepergian lelaki paruh baya tersebut. Iva sangat bersalah, ia pun berusaha menyatukan kertas yang telah robek tersebut dengan sangat hati-hati.
"Bismillah, semoga jadi dan kami tahu siapa orang yang telah mencelakai Tante Diajeng," batinnya sangat berharap.
Usahanya menyatukan kertas yang sudah robek menjadi dua bagian berhasil. Sejenak ia mengabadikan gambar tersebut di ponselnya.
"Astaghfirullah, kenapa setelah aku melihat sketsa wajah ini kok seperti wajah Mas Damar ya?" ucapnya terperangah dengan mata membola menatap ponselnya penuh dengan keraguan.
Cakra meraih ponsel Iva dan sejenak ia menatap gambar tersebut. Bahkan ia sempat memiliki foto Damar di ponselnya dan menyamakan dengan gambar sketsa wajah tersebut. "Benar sekali Dek. Tapi bagaimana bisa Damar mengenal Bela?" kening Cakra terlihat mengerut.
Ben dan Aditya juga melihat gambar tersebut. Sementara Tante Diajeng yang sedang duduk juga merasa heran. Sayangnya ia masih belum bisa berkata-kata, hanya bisa menulis di sebuah book note. "Siapa itu Damar?"
Kertas tersebut diberikan kepada Iva.
"Damar adalah mantan suami saya, Tante. Yang sedang saya pikirkan saat ini, bagaimana bisa Damar mengenal Bela dan mereka bekerja sama? Setahu saya, Damar sudah berubah hidupnya menjadi seorang gem bel. Ia menjadi seorang pemulung," ucap Iva masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat dengan sketsa wajah tersebut.
Sontak saja Diajeng turut heran setelah mengetahui lelaki ja hat itu adalah mantan suami Iva. Tetapi ia diam saja hanya manggut-manggut sejenak.
"Di dunia ini memang tidak ada yang tidak mungkin. Sudah, nggak usah memikirkan bagaimana si Damar bisa mengenal Bela dan mereka bekerja sama. Mending kita cari tahu lebih lanjut tentang hal ini. Bapak itu tidak mungkin salah dengan gambarnya. Dengan gambar ini, kita mencari petunjuk dimana keberadaan Damar, dan lekas menangkapnya. Sejauh ini kami tidak pernah bertemu dengan Damar lagi setelah dia cerai dari Iva," ucap Cakra.
Mereka menyusun rencana untuk mencari keberadaan Damar. Setiap orang dibagi tugas di lain arah untuk mencari Damar. Cakra mencari dibagian barat kota tersebut, Aditya di bagian timur, Ben di bagian selatan dan Iva di bagian utara. Empat penjuru arah tersebut di gunakan untuk mencari keberadaan Damar. Mereka bekerja tidak sendiri melainkan mengerahkan beberapa anak buah mereka.
Dengan gerak cepat mereka mengcopy gambar Damar dan diberikan pada para anak buah mereka. Tapi ada salah satu anak buah dari Cakra yang ceroboh dengan memasang foto Damar di beberapa dinding jalan dan secara tidak sengaja, Damar melihat foto dirinya terpampang jelas.
"Di cari seorang lelaki yang ada di dalam gambar ini. Bagi orang yang berhasil menemukannya akan mendapatkan upah yang sangat besar."
Damar membacanya di dalam hati, sejenak ia terdiam untuk berpikir. "Perbuatan siapa ini ya? Aduh, jangan-jangan ini ulah si Bela yang tidak terima karena aku memerasnya? Apa mungkin pihak dari wanita tua itu tahu tentangku? Ah aku rasa tidak mungkin seperti ini. Karena pada saat kejadian justru wanita itu tidak ada di lokasi kejadian. Tidak salah lagi, ini pasti kerjaan Bela. Aku akan segera menemuinya untuk bertanya tentang hal ini. Bisa saja dia melaporkanku ke kantor polisi tanpa sepengetahuanku. Dasar ja lang tidak tahu diri!" gumam Damar dalam hati seraya mencopot gambar tersebut untuk di tunjukkan pada Bela.
Damar menelepon ponsel Bela untuk mengajaknya bertemu di tempat biasa mereka dulu sering bertemu.
"Ada apa lagi sih? Sudah aku minta dirimu pergi dari kota ini kenapa masih saja menggangguku?" ucap lirih Bela sembari celingukan kesana kemari takut ada yang mengenali dirinya sedang bertemu dengan Damar.
Damar meletakkan sebuah foto di meja. "Jelaskan apa maksudmu menempel fotoku di setiap dinding di jalan-jalan?"
Bela menautkan kedua alisnya seraya tangannya meraih foto yang ada di meja. "Untuk apa aku melakukan hal ini? Pikir secara logika mana mungkin aku menggali lubangku sendiri. Aku justru berharap kamu menghilang dari kota ini. Pergi sejauh mungkin karena aku tidak ingin suatu saat nanti apa yang telah kita perbuat di ketahui oleh pihak yang berwajib."
Damar masih belum percaya dengan apa yang barusan di katakan oleh Bela ia yakin Bela adalah wanita licik. "Nggak usah berpura-pura lagi, kamu ingin menjebakku bukan? Lihat saja ya Bela, jika suatu saat nanti aku tertangkap polisi, aku pasti menyeretmu turut serta untuk masuk ke dalam penjara. Lekas lepaskan semua fotoku yang terpampang di dinding jalan-jalan!"
Damar beranjak bangkit dan melangkah pergi begitu saja. Sedangkan Bela masih saja terdiam terperangah menatap kepergian Damar hingga tidak terlihat batang hidungnya sama sekali.
Bela masih saja menatap selebaran yang berisi foto Damar. Sejenak ia melihat sebuah nomor telepon tertera di selebaran tersebut. "Dengan nomor telepon yang tertera ini, aku bisa melacak siapa orang yang telah memasang selebaran ini. Hem, otakku cemerlang juga." Gumamnya seraya menyimpan nomor telepon yang ada di selebaran tersebut.
Bela penasaran dengan perkataan Damar sehingga ia menyusuri jalanan untuk mengecek kebenaran yang di katakan oleh Damar. "Astaga, ternyata apa yang Damar katakan benar adanya. Aku harus segera menyelidiki hal ini karena aku khawatir ini ada hubungannya dengan meninggalnya Tante Diajeng."
Apakah penyelidikan Bela akan berhasil?
POV DAMAR
Bagaimana bisa ada begitu banyak fotoku terpampang di dinding jalan-jalan? Aku masih belum mengerti dengan selebaran itu. Apa maksudnya ya? Jika ada yang berhasil menemukanku akan diberikan imbalan yang cukup besar.
Aku harus bagaimana ya? Apakah menemui orang yang memiliki nomor telepon di dalam selebaran tersebut atau aku kabur keluar kota seperti yang di sarankan oleh Bela.
Tapi ajang balas dendamku pada Iva belum juga di mulai, aku justru bersembunyi di kota lain?
Pikiranku tidak menentu seperti ini sejak melihat foto wajahku terpampang di jalan-jalan.
Aku sendiri tidak tahu apakah orang yang mencariku berniat baik atau berniat buruk? Rasanya tidak menentu dan aku tidak akan bisa tidur nyenyak jika belum mengetahui motif orang yang memajang fotoku.
Ah hidupku semakin rumit sejak mengenal Bela. Oh ya, aku juga harus waspada dengan Bela. Aku yakin dia juga tidak berniat baik padaku.
lanjut