Menikah dengan jalur perjodohan tidak pernah terpikir oleh Idris. Hidup yang mulanya terasa damai di pesantren harus berakhir setelah ayah angkatnya datang dan meminta dirinya untuk menerima perjodohan dengan partner bisnis perusahaan.
"Dia seorang CEO. Hidupmu akan jauh lebih baik jika menikah dengannya. Kami akan anggap persetujuanmu sebagai balas budi atas jasa kami dalam membesarkanmu."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zulfa Laeli Ahlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
✨ Kronologis✨
Tiga hari telah dilalui oleh Nanda dengan selang infus yang selalu setia menempel ditangannya. Dan tentunya dengan Idris yang selalu memberikan support pada Nanda hingga membuatnya cepat membaik.
"Bagaimana dok?" tanya Idris ketika dokter Via selesai melakukan pemeriksaan.
"Alhamdulillah... Perkembangan yang cukup baik... Bu Nanda harus selalu menjaga jam istirahat dan juga jam makan yah... Dan jangan lupa minum obat... Itu saja yang perlu saya ingatkan kembali..." jawab dokter Via sambil membenarkan jas putihnya.
"Apa istri saya boleh pulang besok dok?" tanya Idris lagi.
"Untuk berjaga-jaga sebaiknya jangan dulu pak... Menunggu beberapa hari lagi agar kondisi bu Nanda benar-benar membaik..." jawab dokter Via memberi saran.
"Terima kasih atas sarannya dok..." ucap Nanda.
"Sama-sama... Kalau begitu saya pamit keluar yah..." balas dokter Via.
"Iya dok..." balas Nanda dan Idris bersama.
"Ayo sus..." ajak dokter Via pada suster yang tadi membantunya memeriksa Nanda.
Selesai dengan pemeriksaan Idris membantu Nanda untuk minum obat. Diambilnya obat yang berada diatas meja dan segelas air putih. Lalu memberikannya pada Nanda.
"Terima kasih..." ucap Nanda menerima segelas air putih dan juga obat yang sudah disiapkan oleh Idris.
Dengan beberapa telan akhirnya obat pun masuk kedalam tubuh Nanda berserta dengan air yang membantunya masuk. Selesai dengan itu Nanda memberikan gelas yang tadi berisi air putih pada Idris.
"Sekarang tidurlah..." ucap Idris setelah menaruh gelas diatas meja samping ranjang Nanda.
"Tidak..." balas Nanda dengan memandang wajah tampan Idris.
"Kenapa?" tanya Idris duduk dikursi tepat samping Nanda.
"Aku merasa bosan..." jawab Nanda.
"Kamu ingin jalan-jalan?" tanya Idris kembali.
Dengan malu-malu Nanda menganggukkan kepalanya. Senyum Idris pun terukir. Idris bangkit dari duduknya dan berjalan untuk mengambil kursi roda yang berada dipojok bangsal.
"Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Nanda yang melihat Idris mendorong kursi roda.
"Tidak apa-apa... Aku bekerja nanti siang saja... Ayo kamu mau jalan-jalan tidak?" jawab Idris ketika kursi roda sudah berada tepat disamping ranjang.
Nanda kembali menganggukan kepalanya. Dengan sigap Idris menggendong Nanda dan mendudukkannya dikursi roda. Tangan Nanda pun memegang botol infus disebelah kanan.
"Apa sudah siap?" tanya Idris sebelum mendorong kursi rodanya.
"Iya..." jawab Nanda disertai anggukan kepala.
Kursi roda pun mulai bergerak keluar dari bangsal. Menuju lift khusus pasien dan dokter agar lebih cepat sampai dilantai dasar.
Ting...
Pintu lift pun terbuka. Dengan segera Idris mendorong kursi roda menjelajahi para pasien yang tengah mengantri menunggu antrian disepanjang jalan.
"Sangat sejuk disini..." ucap Nanda ketika mereka sampai ditaman yang cukup sunyi. Disana hanya ada beberapa pasien yang sedang berjemur jadi taman terlihat lebih asri.
"Apa kamu suka?" tanya Idris sambil mendorong kursi roda hingga sampai disebuah bangku yang kosong.
"Aku suka ketenangan..." jawab Nanda.
Kursi roda pun berhenti tepat didepan bangku kosong. Duduklah Idris dibangku tersebut dan berhadapan dengan Nanda.
Tiba-tiba ponsel milik Nanda berdering. Nanda pun mengambil ponselnya yang berada di saku baju. Diangkatnya panggilan tersebut dengan pemanggil ayah tercinta.
"Hallo ayah..." ucap Nanda mengawali.
"Hallo... Maaf sebelumnya... Apa benar ini dari keluarga Firma?" tanya seorang laki-laki dari seberang.
"Iya benar... Ini siapa yah?" jawab Nanda terkejut karena yang menjawab bukan Rama.
Idris mengamati wajah Nanda yang fokus dengan panggilan.
"Saya dari pihak kepolisian... Menemukan mobil mewah dengan plat nomor XXXX ditemukan oleh warga berada dijalan raya dengan pintu yang terbuka..." jawab seorang polisi dari seberang memberitahu.
"A-apa?" tanya Nanda dengan terbata. Pasalnya plat nomor yang dimaksud adalah plat nomor mobil Rama. Rasa khawatir dan juga takut langsung hadir didalam diri Nanda.
"Siapa?" tanya Idris dengan cepat.
"Polisi..." jawab Nanda hampir menjatuhkan ponselnya.
Melihat hal tersebut dengan cepat Idris mengambil ponsel dari tangan Nanda sebelum jatuh. Dan segera bertanya dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Hallo pak polisi..." ucap Idris memulai kembali.
"Maaf apakah ini dari keluarga Firma juga?" tanya polisi ulang.
"Iya pak saya menantu keluarga Firma... Maaf sebelumnya... Sebenarnya apa yang terjadi pak?" tanya Idris setelah menjawab pertanyaan dari polisi.
"Saya dari pihak kepolisian ingin memberitahu... Pagi tadi ada beberapa warga melaporkan tentang adanya mobil dengan plat nomor XXXX dipinggir jalan dengan pintu terbuka dan juga kaca pintu sedikit pecah... Tapi tidak ada orang didalamnya... Warga tersebut menemukan kartu identitas pengemudi dan juga ponsel yang mungkin saja terjatuh didalam mobil..." jelas polisi panjang lebar.
Idris teringat tadi malam Rama mengatakan jika ia akan ke rumah sakit.Tapi hingga larut malam tidak ada tanda-tanda kedatangannya juga. Hal tersebut tentu saja membuat Idris bertanya-tanya. Apakah Rama dicegat didalam perjalanan menuju rumah sakit?.
"Saya akan segera kesana pak... Tolong share lokasinya..." ucap Idris dengan cepat.
"Baik akan saya share..." balas polisi yang kemudian sambungan telepon pun berakhir.
"Ayah..." ucap Nanda dengan berlinang air mata.
Bagaimana Nanda tidak khawatir dengan keadaan Rama karena penjelasan dari polisi tadi. Nanda sangat takut jika terjadi apa-apa dengan Rama.
"Ayo kita kembali ke bangsal... Aku akan pergi ke tempat kejadian..." ucap Idris setelah sambungan usai.
"Iya ayo..." balas Nanda sambil menganggukkan kepalanya.
Dengan cepat Idris membawa Nanda kembali ke bangsal yang berada dilantai 3. Idris meminta seorang suster untuk menjaga dan menemani Nanda ketika ia pergi nanti.
"Kamu akan ditemani oleh seorang suster... Aku pergi dulu... Jaga dirimu baik-baik..." ucap Idris ketika menggendong Nanda dan mendudukkannya di ranjang.
"Iya... Hati-hati dijalan..." balas Nanda yang hanya dibalas senyuman oleh Idris.
Idris mengambil jaket dan juga kunci mobil yang berada di sofa. Tak lupa juga menggunakan peci sebagai penutup kepala. Kemudian segera berjalan keluar dari bangsal setelah seorang suster datang.
Dengan menggunakan lift Idris sampai dilantai paling dasar dengan cepat. Langkah kaki Idris begitu cepat hingga sampai di parkiran dimana mobil Nanda berada. Polisi pun sudah men-share lokasi melalui ponsel Nanda.
Diinjaknya gas mobil setelah memasang sabuk pengaman. Mobil pun mulai bergerak meninggalkan rumah sakit. Idris fokus pada tujuannya menuju tempat yang sudah di share oleh polisi.
20 menit kemudian...
"Itu mobil ayah..." ucap Idris ketika melihat polisi dan beberapa warga yang berkerumun disekitar jalan raya.
Ditepikannya mobil Nanda sedikit mendekati tempat kejadian. Benar saja dugaan Idris. Itu mobil kesayangan milik mertuanya.
"Maaf pak... Apakah anda yang tadi saya telepon?" tanya seorang polisi ketika Idris berhasil memarkirkan mobil Nanda.
"Saya Idris menantu keluarga Firma... Tadi nomor istri saya pak..." ucap Idris mengulurkan tangannya pada polisi. Polisi yang bernama Dana itu pun menyambut uluran tangan Idris.
Idris dan seorang polisi berbadan tinggi yang bernama Dana itu berjalan ke arah mobil yang dimaksud. Warga yang melaporkan pun ikut berkumpul disana. Para warga juga masih bertanya-tanya dengan kejadian di pagi hari ini.
"Jadi bagaimana kronologis kejadiannya pak?" tanya Idris pada polisi yang berada disampingnya.
"Bapak ini yang melaporkan pada pihak kepolisian..." jawab polisi tersebut.
"Maaf sebelumnya... Pertama saya juga mengira jika mobil ini sedang dalam perbaikan... Tapi ketika saya cek ternyata ada kejanggalan... Maka dari itu saya melaporkan pada pihak kepolisian saja agar segera ditangani..." jelas warga yang dimaksud oleh polisi.
"Tadi malam saya sedikit mendengar kericuhan disekitar jalan ini... Tapi saya tidak berani keluar... Karena sudah larut malam... Itu sangat berbahaya... Di pagi harinya saya melihat mobil ini... Dan juga saya menemukan kartu identitas dan juga ponsel ini didalam mobil..." sambung warga tadi sambil memberikan kartu identitas dan juga ponsel Rama.
"Untung saja pak ponselnya tidak dikunci jadi saya bisa menghubungi kalian selaku keluarganya..." sahut polisi memberitahu.
"Terima kasih pak... Segera tangani kasus ini secepatnya..." ucap Idris menerima ponsel dan juga kartu identitas Rama.
"Baik akan saya tangani kasus ini..." balas polisi tersebut.
Warga yang berada disekitar tempat kejadian pun ikut terkejut. Dengan pemilik mobil mewah ini. Pengusaha dan pemilik perusahaan yang terkenal di negaranya. Rama Firmadana. Dimana dia sekarang?.
✨Salam Author✨
Hallo semuanya... Kita ketemu lagi nih... Jangan bosan-bosan nunggu kelanjutannya kisah Idris dan Nanda yah... Terima kasih yang udah bantu like koment dan Vote... Buat Author lebih semangat lagi yah... Jangan lupa like koment dan Vote💙... Sampai jumpa di episode selanjutnya...
✨See you👋✨