Mencintai dalam diam sewaktu sekolah. Akhirnya, cinta itu tertaut dan saling merespon.
Bagaimana kisah cinta dua sejoli ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34 TAMAT
Farel tidak menceritakan keadaan Ibu yang sebenarnya pada Valeria. Kondisi Ibu Farel yang sedang koma, dan hanya bisa menunggu keajaiban pun tidak sampai hati ingin di ucapakan Farel kepada istrinya.
Pasalnya, Valeria lebih dulu bercerita tentang skripsinya yang di terima dan langsung acc oleh dosen pembimbingnya. Hari ini, Valeria akan ke kampus dan menyerahkan berkas untuk sidang skripsi yang katanya akan di jadwalkan satu minggu lagi.
Beberapa hari kemudian ...
Komunikasi Valeria dan Farel cukup baik namun sedikit berkurang tidak seperti biasanya. Farel sendiri sibuk menunggu dan merawat Ibunya yang sampai kini masih dalam keadaan koma karena Kia harus tetap sekolah.
Valeria juga sibuk mempersiapkan sidang pendadaran selama satu minggu ini. Hanya saja setiap malam, Valeria selalu emmimpikan ibu mertuanya dan menanyakan keadaan kandungan dan bayi Vale. Valeria selalu menanyakan keadaan Ibu mertuanya dan selalu di jawab Farel, Ibu mertuanya dalam keadaan sehat dan baik -baik saja.
Tepat hari ini, Valeria akan melaksanakan sidang pendadaran pada pukul delapan pagi. Farel sudah menelepon Valeria sejak pagi dan terus memberikan semangat kepada istrinya. Sejaka kemarin, Valeria mengeluh perutnya sering mulas dan sakit di area punggung.
"Kamu kuat?" tanya Farel pada istrinya.
"Kuat. Nanti malam, aku pulang ke surabaya, Mas. Aku sudah pesan tiket kereta. Mas jemput Vale di stasiun ya?" ucap Valeria dengan nada lembut.
"Pulang? Gak nunggu Mas jemput kamu saja. Kamu sedang hamil tua, Vale. Nanti kalau ada apa -apa bagaimana?" tanay Farel mulai khawatir.
"Insha allah, semuanya lancar Mas. Doain saja ya. Terus semoga sidag pendadaran ini, Vale langsung lulus jadi tidak perlu mengulang bulan depan, tinggal ikut acara wisuda saja. Ibu sehat Mas? Vale mau bicara sama Ibu. Vale mau minta doanya," pinta Valeria pada suaminya.
"Ibu tadi pagi ke mesjid, sampai sekarang belum pulang sayang. Nanti kalau sudah pulang, biar langsung telepon kamu ya. Gak apa- apa kan?" ucap Farel menahan isak tangis sambilmenatap sang Ibu yang masih tergolek lemah di ruang ICU dalam keadaan koma.
"Mas gak lagi bohong sama Vale kan? Pearsaan Vale gak enak lho," ucap Valeria menuduh.
"Sejak kapan kamu tidak percaya sama suami kamu, sayang?" tanya Farel dengan suara lembut yang menahan isak tangisnya.
"Percaya Mas. Valeria cuma gak enak aja perasaannya dari beberapa hari yang lalu," ucap Valeria jujur.
"Sudah. Sekarang kamu siap -siap terus sarapan dan kabarin Mas kalau sudah mau sidang. Mas mau lihat. Suruh Risma atau siap bikin video untuk Mas. Bisa kan?" tanya Farel menuntut.
"Bisa. Ya sudah, Vale mandi dulu ya, mau siap -siap terus sarapan di kantin saja," ucap Valeria pada Farel.
Farel menutup ponselnya setelah Valeria berpamitan untuk mandi. Kini tubuhnya terasa lemah sekali. Sudah beberapa hari Farel berada di rumah sakit dan tidak pulang sama sekali. Kia hanya datang membawa baju ganti untuk Farel, Kakaknya dan membelikan makanan serta minuman hangat.
"Gimana keadaan Ibu, Mas?" tanya Kia yang sudah datang membawakan sarapan pagi untuk Farel dan kopi di dalam termos kecil.
"BBelum ada perubahan Kia. Mungkin kita harus mengikhlaskan Ibu, Kia," ucap Farel pasrah.
Kia meletakkan satu ats berisi makanan dan baju ganti untuk Farel di kursi tunggu dan menatap ke arah kaca besar. Selama ini mereka sama sekali tidak di perbolehkan dekat dengan pasien. Hanya bisa melihat Ibu dari kejauhan saja.
"Makan dulu Mas? Mumpung masih hangat. Si mbak di rumah bikin nasi uduk kesukaan Mas Farel. Ini uang pendapatan dari studio Mas," ucap Kia lirih.
Selain sekolah, Kia juga ikut mengurus usaha Farel, Kakaknya selama Ibunya sakit. Kebetulan hari ini hari sabtu, Kia libur.
***
Detik -detik yang menegangkan saat pengumuman kelulusan sidang pendadaran.
"Valeria kamu lulus tanpa revisi. Skripsimu sungguh sempurna. Silahkan kamu print dan di jilid hard cover secepatnya. Biar kamu bisa ikut wisuda bulan depan," titah dosen penguji Valeria.
"Ya Bu. Terima kasih," jawab valeria dengan wajah sumringah.
Sidang pendadaran sudah selesai, semuanya berjalan lancar. Kini Valeria berada di tempat penjilidan. Valeria sudah menyiapkan semuanya dengan baik. Hari ini harus selesai semua. Cukup memberi kabar kepada Farel, suaminya bahwa sidang pendadarannya lulus.
Semua sudah beres, Valeria sudah mendaftarkan diri di pengajaran untuk wisuda bulan depan. Lima eksemplar skripsi jilid hard cover sudah di kumpulkan di bagian pengajaran berikut dengan burn CDnya untuk di simpan di perpustakaan kampus. Valeria sudah membayar semuanya dan mendapatkan dua tiket masuk untuk acara wisuda.
Tidak hanya itu. Semua barang di kamar kostnya Valeria lelang dan beberapa barang penting Vale titipkan pada Risma tetangga kostnya.
"Aku pasti akan rindu sama kamu, Vale,"
ucap Risma saat ingin melepas Vale pergi pulang ke Surabaya.
"Aku juga Risma. Kita ketemu bulan depan pas wisuda. Ini ada uang untuk kamu jajan, itung -itung buat titip barang aku ya? Nanti aku ambil bulan depan. Terus kalau ada pengumuman tolong kabarin aku, Ris," pinta Valeria pada Risma.
"Siap Val. Kamu hati -hati ya? Salam buat Farel dan keluarga di sana," ucap Risma.
Valeria pun pergi ke stasiun seorang diri dengan menggunakan taksi online. Perutnya mulai sakit lagi dan terasa keram lagi. Bagian bawah perutnya mulai terasa ada yang menyedak ke bawah. Valeria menahan rasa sakit itu hingga di kereta yang sudah berjalan di atas rel menuju kota Surabaya.
Sepanjang jalan, valeria terus berkomunikasi dengan Farel. Farel mulai cemas melihat wajah Vale yang mulai pucat dan terlihat sekali menahan sakit.
"Kuat ya sayang. Mas akan ke stasiun sekarang," ucap Farel pada Valeria. Padahal kereta kedatangan masih satu jam lebih, tapi Farel tidak ingin istrinya menunggu.
***
Farel sudah berada di dalam dan duduk di ruang tunggu kedatangan kereta asal Cirebon.
Kereta yang di tumpangi Valeria sudah memasuki jalur tiga dan Farel bersiap menjemput istrinya. Valeria sudah tidak bisa di hubungi.
"Awas ... Ada Ibu yang mau melahirkan," teriak pramugari kereta dengan keras dan beberap orang telah menyiapakan brankar dorong. Ternyata itu Valeria, dengan cepat Farel berteriak. "Saya suaminya!!"
"Bapak suaminya? Ayo Pak, Ibu sudah pecah ketuban, taakutnya bayinya tidak tertolong," ucap seorang penumpang yang ternyata membantu Valeria.
***
Dua jam kemudian, bayi Valeria dapat di lahirkan dengan cara operasi caesar. Valeria sudah kelelahan dan tidak sanggup untuk mengejan.
Keesokkan harinya ...
Kondisi Valeria sudah lebih stabil dan lebih baik dari kemarin. Valeria sudah bisa duudk dan makan seperti biasanya.
"Mas ... Anak kita?" tanya Valeria lirih.
"Anak kita laki- laki. Ganteng sekali, sayang. terima kasih sudah kuat menahan rasa sakit itu. Tidak usah kamu vceritakan lagi perjaunagn kamu, Vale, Mas sudah dengar semuanya. Sekarang Mas mau antar kamu ke tempat Ibu," ucap Farel pada Valeria.
"Ibu? Ibu di rawat di sini, Mas?" tanay Valeria dengan wajah cemas.
"Iya. Kita naik kursi roda ya. Tunggu anak kita di bawa ke sini dulu. Kata suster lagi di mandiin. Kemarin Mas belikan dot dan susu formula, karena kamu belum siuman. Anak kita perlu susu. Gak apa -apa kan? Mulai hari ini kamu pasti bisa menyusui anak kita," ucap Farel pada Valeria.
***
Valeria sudah berada di kursi roda sambil menggendong bai laki lakinya.
"Kok ke ruang ICU, Mas? Ibu kenapa?" tanya Valeria bingung.
Pintu ruangan itu terbuka dan Valeria melihat Kia sudah ada di sana. Ibu sudah siuman sejak kemarin tepat saat bayi Vale lahir. Ibu meminta untuk bertemu Vale dan bayinya.
"Ibu? Ibu gak apa -apa?" tanya Vale dengan wajah sedih.
"Vale ... Selamat atas kelahiran putra kecilnya. Boleh tidurkan di sini. Ibu mau pegang," pinta Ibu mertuanya kepada Vale.
Vale pun menuruti meletakkan bayi lelaki sehat itu di atas tubuh Ibu. Perlahan tangan Ibu mengulur dan mulai mengusap lembut punggung hingga kepala bayi itu. Kedua mata Ibu menatap bayi lelaki itu hingga lama -lama terpejam dan detak jantungnya pun terhenti.
"Ibu ... Ibu!!!" teriak Valeria histeris.
Farel dan Kia sudah nampak ikhlas. Memang benar, Ibu bertahan hidup hanya ingin bertemu Valeria dan bayinya. Setelah bertemu, Ibu bisa menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang.
***
Pernikahan yang begitu sempurna walaupun di persiapan denagn singkat. Cinta tak perlu di pupuk lama, tapi bagaimana tetap tumbuh indah selama mendampingi.
-TAMAT-