"Lepaskan aku , Jika kau tak bahagia bersama ku, maka aku pun sudah siap membebaskan mu dari segala tanggungjawab mu terhadap diriku"
Kalimat terakhir yang Asmara ucap sebelum dia benar-benar berpisah dari suaminya.
Sebongkah hati yang kini berubah menjadi sayatan kecil , menyisakan luka yang teramat mendalam.
Tidak ada alasan untuk dirinya tetap bertahan di tempat itu, karena ternyata tidak hanya dirinya yang tidak di terima oleh suaminya, Bahkan anak yang telah dia lahirkan pun tidak pernah di harapkan oleh Bima yang jelas-jelas merupakan ayah kandungnya.
Akankah Asmara mendapatkan cintanya ??..
Ataukah Asmara akan semakin terluka ??
Yukk Saksikan Terus Kisahnya ....
Selamat Membaca , Semoga Suka dengan Karya Baru saya
SENJA ASMARALOKA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35. Pak Basuki
...Jangan ragu untuk berdoa, meski bahkan kamu tidak memiliki kata untuk di panjatkan, karena Allah selalu mengerti apa yang ingin kau sampaikan....
...🍁...
Satu Minggu berlalu.
Sejak pertemuan pertama nya dengan Oma Ima, Asmara kembali pada rutinitas hariannya. Bekerja, Bekerja dan bekerja.
Karena selain dirinya harus berusaha sendiri, Asmara juga tidak ingin bergantung pada siapapun, meski tak jarang pak Basuki menawarkan bantuan.
Banyak perubahan yang mulai Asmara rasakan, terlebih pada putrinya yang saat ini tidak lagi menanyakan Ayahnya.
Meski sederhana, namun setidaknya hal itu cukup membuat Asmara lega. Meski hanya melalui telepon tak jarang Loka berkomunikasi dengan putrinya.
Sejak kedatangan Loka dalam hidupnya agaknya cukup membantu Asmara, Karena senja tidak lagi menanyakan ayahnya, maka Asmara pun tidak perlu repot membuat alasan jika Senja bertanya dan meminta ayahnya untuk datang atau menghubunginya.
Loka selalu menghujani Senja dengan perhatian dan kasih sayang, senja begitu bahagia. Bahkan Asmara sempat melihat bagaimana putrinya itu memamerkan Loka pada teman-teman yang merupakan anak tetangganya, Jika Loka merupakan Ayah nya.
Terlalu dini sejujurnya untuk mengakui hal itu, namun Asmara juga tidak ingin memangkas kebahagiaan sang putri yang baru saja dapat dia rasakan, meski dari sosok yang jelas bukan ayah kandungnya.
"Ngelamun Bae... Galau ?"
Mendengar ucapan sahabatnya, Asmara lantas tersenyum tipis padanya.
"Ran, menurutmu keluarga nya bakal terima aku sama Senja gak ya ?"
Mendengar pertanyaan Asmara, Rani pun menyandarkan tubuhnya pada kursi , seolah tengah ikut memikirkan bagaimana nanti tanggapan keluarga Loka.
"Kalau dilihat dari respon Oma nya, aku rasa orang tua Loka juga akan terima kamu dan Senja deh"
Mendengar ucapan Rani sejujurnya cukup menenangkan hati, namun entah mengapa, Asmara merasakan ketegangan dan gugup meski untuk sekedar memikirkannya.
Namun pikiran buruk segera Asmara tepis, mungkin saja kegugupan yang dia rasakan karena memang belum sekalipun bertemu dengan orang tua Loka. Begitu pikir Asmara.
"Ya elah Ma, gak usah terlalu di pikirin, kalau nggak di terima ya kamu kabur aja, Si Mamas Loka kan banyak duitnya" Kelakar Rani
Sontak ucapan sahabatnya mengundang gelak tawa diantara keduanya, Rani memang selalu seperti itu, seolah dalam hidupnya tidak pernah ada beban melanda dirinya.
"Mana bisa begitu Rani, Dulu aja yang dapet restu pada akhirnya berakhir juga, Apa lagi yang gak ada restu "
Asmara tampak menerawang jauh, mengingat kembali hubungan nya dengan Bima.
"Anggap aja sama yang dulu bukan jodohnya, Ambil hikmahnya aja Asma"
Benar apa yang di katakan Rani, tidak mungkin Asmara terus hidup dalam bayang-bayang Bima, karena sejatinya memang dia harus cepat-cepat melupakan mantan suaminya, hubungan dirinya dan Bima hanyalah karena ada Senja diantara mereka.
Perlahan namun pasti memang Asmara telah melupakan Bima, Bahkan mungkin yang tersisa hanyalah rasa sakit akibat penghianatan yang di lakukan oleh mantan suaminya.
"Eh. Omong-omong kemarin Sampek malem baru di pulang in , Mamas Loka gak Nyoba nyicil kamu kan Ma?"
"Astaga Rani !! Nyicil nyicil... Emang aku panci di cicil. Ya nggak lah, Tunggu sampai LUNAS baru boleh di pakai" Kelakar Asmara membalas banyolan sahabatnya.
Keduanya kembali tertawa dengan guyonan receh yang selalu saja ada.
"Syukur deh kalau gitu, ya takutnya kan lama nggak di pake gitu tiba-tiba pengen tes Drive atau pemanasan gitu"
"Rani !!" Asmara sampai harus tepuk jidat mendengar ucapan sahabatnya.
"Serius Asma, aku aja kalau seminggu nggak di absen rasanya udah gimana gitu"
"Emang sekolah di absen !!"
Asmara hanya geleng-geleng kepala, mendengar ucapan absurd sahabatnya yang sudah mulai di tahap akut.
Seperti biasa, bukan marah Rani justru hanya tertawa, bahagia melihat reaksi Asmara yang kini mulai malu-malu dengan pembahasan yang berkaitan dengan olah raga malam.
"Ngobrolin yang lain aja Rani. Kalau di denger pasien nggak enak"
Asmara mencoba menghentikan kekonyolan sahabatnya, meski pasien di luar sana buka pasien ruang KIA , namun Asmara merasa penting untuk menjaga kenyamanan pengunjung Puskesmas, salah satunya tidak membuat gaduh dengan obrolan dirinya dan Rani seperti sebelumnya.
***
Jam pulang kantor telah tiba, Asmara berencana untuk langsung pulang kerumahnya, tidak seperti sebelumnya dia lebih dulu mengantarkan Rani pulang.
Hari ini Rani cukup beruntung karena Bagas menjemputnya lebih awal. Dan Asmara juga tidak perlu repot mengantar Rani pulang.
Keluar dari kantor Asmara teringat jika kebutuhan dapur nya mulai menipis, mungkin dia akan singgah sejenak ke pasar untuk membeli beberapa barang kebutuhan.
Tidak lupa termasuk susu untuk Senja yang sepertinya juga telah habis.
Langsung saja Asmara memacu kuda besinya, berjalan menyusuri ramainya jalanan, hingga Asmara memarkirkan motornya di sebuah pasar yang terletak tidak jauh dari Tempat tinggalnya.
Setelah mendapatkan semua barang yang dia butuhkan, kini Asmara kembali mengendarai motor Scoopy nya, tidak butuh waktu lama Asmara telah sampai di rumahnya.
Kedatanganya seperti biasa akan di sambut oleh Senja dan mbok Jum di teras rumah.
"Ibuk...!!" Senja tampak berlari menghampiri Asmara
Asmara lantas tersenyum pada putri kecilnya, namun pemandangan berbeda dia lihat dari Senja.
"Cantik sekali boneka nya"
Senja menganggukkan kepala. Asmara tampak menanyakan sebuah boneka Barbie yang tengah di pegang putrinya.
"Sayang punya siapa Boneka nya ?"
"Unyaa Enja Ibu"
Asmara tampak menautkan kedua alisnya, seingat Asmara dia tidak pernah membelikan mainan seperti yang saat ini sedang di pegang putrinya.
Pasalnya selain harga yang terlalu mahal juga karena mainan seperti itu hanya ada di store store besar di kota.
"Enja dapat dari mana ?"
Asmara kembali bertanya pada putrinya. Namun senja seolah tidak menggubris omongan Asmara, karena terlalu fokus memainkan bonekanya.
"Pak Loka buk yang kasih" Mbok jum pada akhirnya ikut menjawab.
Mendengar jawaban mbok Jum yang tidak mungkin membohonginya, barulah Asmara paham, namun bagaimana bisa Loka memberikannya sementara sejak seminggu ini tidak sekalipun Loka menampakkan batang hidungnya.
Mbok Jum juga menceritakan jika boneka itu di berikan Loka melalui karyawan nya yang bekerja di daerah tidak jauh dari rumah Asmara.
Asmara tampak menganggukkan kepala, paham dengan penjelasan yang di berikan oleh asisten rumah tangganya.
Setelah sambutan hangat dari putrinya, Asmara bergegas masuk, seperti kebiasaan setiap harinya, Asmara akan membersihkan diri terlebih dahulu sebelum kembali bermain main dengan Senja.
Tidak butuh waktu lama Asmara telah selesai dengan kegiatannya, kini saatnya dia standby di tempat praktik nya sembari menemani senja bermain dan belajar.
Sementara mbok jum tengah menyiapkan makanan, senja akan bersama dengan Asmara.
Beruntung senja sangat penurut, hingga setiap kali ada pasien datang dia langsung keluar ruangan dan akan kembali setelah pasien ibu nya pergi.
Cukup banyak pasien sore itu, ada yang datang untuk suntik kontrasepsi, ada yang datang untuk sekedar konsultasi, tak jarang juga ada yang datang untuk pemeriksaan rutin kehamilan ANC.
Asmara memang belum menceritakan rencana baiknya dengan Loka pada Senja, hal itu bukan tanpa alasan dia lakukan, Asmara hanya tidak ingin memberi harapan lebih pada putrinya, sementara rencana ini masih bersifat rencana, bagaimana nantinya tidak ada yang tahu.
"Assalamualaikum Asma"
Terdengar suara yang tidak asing tengah mengetuk pintu rumahnya.
Ya benar saja Suara tidak asing itu dari sosok pak Basuki yang tengah berdiri di depan pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam Bapak" Jawab Asmara sembari membuka pintu untuk pamannya.
Asmara mengajak pak Basuki untuk masuk, dan mempersilahkan pamannya untuk duduk. Sementara itu Asmara langsung ke belakang untuk membuatkan kopi hitam kesukaan pak Basuki.
Tidak butuh waktu lama Asmara keluar dengan membawa secangkir kopi hitam dengan ubi goreng yang baru saja di angkat dari penggorengan oleh mbok Jum.
"Diminum pak"
"Ya Nduk, terima kasih"
Pak Basuki langsung menyeruput Kopi buatan Asmara, selalu nikmat dan terasa pas, sama seperti kopi buatan Bu Retno sang istri, begitu menurut pak Basuki.
"Nduk ada yang ingin bapak bicarakan sama kamu"
Pak Basuki menyampaikan maksud dan tujuannya setelah dia letakkan kembali cangkir kopi milik nya.
Menyandarkan tubuh pada sandaran kursi, menerawang jauh, pak Basuki memulai dengan helaan nafas dalam. Dan hal itu tentu menjadi kan Asmara semakin penasaran dengan apa yang akan di katakan oleh pamannya.
"Benar, Oma Sima itu nenek nya Mas Loka ?"
Asmara tampak menautkan kedua alisnya , dan anggukan kepala menjadi jawaban atas pertanyaan pamannya.
Melihat reaksi Asmara, pak Basuki tampak kembali menghela nafasnya.
"Memangnya kenapa pak ?"
Asmara tampak bertanya, pasalnya pak Basuki terlihat menampilkan wajah yang berbeda.
"Tidak papa Nduk, Hanya saja mereka itu dari keluarga ningrat, keturunan darah biru , keluarganya sangat kaya, dan bahkan sukses membangun usaha di luar kota juga di luar negeri "
Pak Basuki tampak memberi penjelasan dengan terperinci pada Asmara, jujur untuk hal itu memang Asmara tidak mengetahuinya, karena Loka juga tidak pernah bercerita, sementara Asmara juga tidak pernah bertanya.
Namun sampai di sini Asmara paham dengan kekhawatiran dari pamannya, begitu juga dengan Asmara yang mendadak merasakan cemas dengan hubungan yang baru saja akan berjalan. Dia yang bukan siapa-siapa, sementara Loka, 'Sangat luar biasa' begitu batin Asmara.
"Tapi kamu tidak perlu khawatir, Oma Sima dan keluarganya orang orang baik, dan mereka dari keluarga terpandang"
Pak Basuki tampak tengah menenangkan perasaan Asmara, seolah tahu apa yang kini tengah di rasakan keponakannya.
Asmara hanya menanggapi ucapan pamannya dengan senyuman.
Semua yang berkaitan dengan dirinya memang tidak pernah dia sembunyikan dari pak Basuki yang bagi Asmara merupakan orang tua keduanya.
Sejak ucapan Loka yang ingin serius pada nya, Asmara memang telah menceritakannya pada pak Basuki. Tidak hanya itu saja , nyatanya Loka juga telah meminta izin langsung pada pak Basuki untuk niatan baiknya.
Hal itu tentu yang semakin meyakinkan Asmara jika Loka tidak hanya ingin main-main saja, namun menyadari kenyataan siapa keluarganya, agaknya membuat Asmara sedikit minder.
"Berdoa saja semoga Gusti ngijabahi Nduk" Pak Basuki menasihati.
Asmara menganggukkan kepala sebagai jawaban, tidak lupa senyum terbaik selalu dia tampilkan, meski entah bagaimana perasaanya saat ini, dia mungkin akan pikirkan nanti.
***