Perjanjian antara sang Daddy dan Queena, jika dia sudah berusia 18 tahun dia diperbolehkan berpacaran.
"Daddy! Aku sudah mempunyai pacar! Aku sangat menyukainya."
Saat Queena mengatakannya, seakan dunia menjadi gelap. Vard Ramberd seketika emosi. Ia tak rela pria lain memiliki Queena, gadis itu adalah miliknya!
Dengan kasar Vard memanggul tubuh Queena di pundaknya, menjatuhkan gadis itu ke atas ranjang menindihnya. "Queena, kau selamanya adalah milikku!"
Setelah Vard menodai paksa Queena, gadis itu memandang penuh benci pada sang Daddy. "Aku membencimu, Vard Ramberd! AKU MEMBENCIMU!!!"
---Kuy ikuti kisahnya, lovers ♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Xavier, Apa Kamu Mengetahui Semua Ini?
Kakek Elan dengan sigap mempersilahkan masuk tanpa menunggu di ijinkan sang Nyonya majikan, karena saat melihat Nona-nya dia merasa Nona Krystal lah yang sekarang adalah majikan sebenarnya.
Krystal sengaja tak menyapa Marline, dia melewati wanita paruh baya itu begitu saja tak menganggap keberadaan wanita itu sama sekali.
"Tunggu!" Marline tersadar dari rasa shock nya.
Krystal berbalik perlahan, dia tidak tergesa-gesa atau memperlihatkan kegugupan dan ketakutannya. Bagaimana dia tidak gugup dan merasa takut? Karena kini ia harus mulai berhadapan dengan orang-orang yang telah membunuh kedua orang tuanya!
"Ya?"
"Siapa kau?! Berani sekali mengaku sebagai putri Carlotte? Mereka sudah tidak ada karena kecelakaan, bahkan putri mereka."
Krystal tersenyum dingin, "Anda bisa bicara dengan pengacaraku, Nyonya Marline? Ah... apakah Anda bisa menelepon suami Anda?"
Setelah mengatakan nya Krystal berbalik kembali berjalan mengikuti Kakek Erlan seakan rumah itu sudah menjadi miliknya, dia duduk di sofa besar mewah di ruang tamu. Dengan sengaja dia duduk di sofa single paling besar di ruangan tamu itu.
Saat Marline mengikutinya ke ruang tamu seketika wajahnya merah padam melihat wanita itu duduk di sofa yang selalu diduduki suaminya.
"Nyonya, silahkan duduk," ujar Krystal sudah seperti seorang Nyonya rumah.
"Dasar wanita gila! Ini rumahku!"
Krystal tak meladeni kemarahan Marline, dia malah menumpuk kedua kakinya dan bersantai di sofa.
Kemudian Krystal menoleh pada pengacaranya, "Pak, silahkan buka berkas-berkasnya."
Krystal juga menoleh pada Kakek Erlan, "Kakek Erlan, kemarilah. Anda bisa membuktikan keaslian berkas-berkas ini dan bukti-buktinya selagi kita menunggu."
Kakek Erlan mengangguk dengan langkah sedikit terseret dikarenakan faktor usia, sang kepala pelayan itu mendekat ke arah meja lalu memeriksa berkas-berkas itu.
"Nyonya, silahkan menelepon pengacara Anda dan juga suami Anda," ujar Krystal menatap berani wanita paruh baya itu.
Marline beranjak dari tempatnya berdiri, segera berjalan cepat setengah berlari ke kamarnya mencari ponsel. Dia segera menelepon suaminya dan juga pengacara.
Sedangkan Kakek Erlan menangis terharu saat melihat bukti-bukti seperti test DNA dan kalung yang berisi stempel pewaris asli keluarga Oliver. Kakek Erlan terus mengucap syukur kemudian menggenggam tangan Nona-nya. "Nona kecil, Anda berhasil selamat. Kemana saja selama ini, Nona."
"Aku hilang ingatan, Kakek. Lalu seseorang menemukan dan mengurusku. Beberapa waktu lalu, aku baru saja mengingat beberapa potong gambaran masa lalu. Kakek mau membantuku mengingat semuanya tentang orang tuaku serta rumah ini, kan?"
"Tentu, Nona. Anda sangat mirip sekali dengan Nyonya Carlotte."
"Benarkah, Kek?"
Seketika Krystal mengingat Kakek Bernard, dia tiba-tiba merindukan kakek angkatnya itu.
Tak lama pengacara datang, disusul dengan Ronald dan kedua anak lelakinya juga Sabrina.
Orang yang lebih terkejut dari semuanya tentu saja Sabrina, dia bahkan memukul pipinya sendiri ingin memastikan apa yang dilihatnya adalah nyata. Wanita ini adalah wanita incaran Xavier! Tunggu! Apa Xavier sudah lama mengenali wanita ini adalah Krystal?! Jadi karena itu dia mendekati wanita ini!
Sabrina pergi dari ruang tamu meninggalkan para pengacara dan orang tuanya berurusan dengan wanita itu, dia segera menelepon Xavier.
"Ada apa?" terdengar nada malas dari pria itu.
"Datanglah ke rumah, aku ingin bicara."
"Bicara apa? Kau bisa mengatakan nya sekarang bukan?" tolak Xavier.
"Apa wanita bernama Esther itu benar-benar adalah Krystal? Apa sejak awal kau sudah mengetahuinya?!"
"Apa?! Apa maksudmu?" Xavier beberapa hari ini hanya diam di rumah tanpa berkomunikasi dengan Krystal atau pun Vard.
"Wanita bernama Esther itu ada di rumahku! Dia sedang meng-klaim jika dirinya adalah Krystal! Dia bahkan membawa pengacara dengan membawa bukti-bukti. Katakan, Xavier. Apa kamu mengetahui semua ini?"
"Tentu saja aku tidak tau! Aku baru mendengarnya darimu, Sabrina. Aku tidak bohong! Tunggu! Aku akan datang kesana!"
Tuttttttt.
Sabrina menatap layar ponsel, panggilan sudah dimatikan. "Kalau kau tidak berkata jujur, tunggu saja pembalasanku, Xavier!"