ISTRI UNTUK TUAN MUDA PSYCHOPATH

Daral tidak sebodoh itu, ketika ia mendapat kabar dari Anton. Dia langsung memutar arah, ternyata ia menaruh GPS di kedua gelang tangan baby Er, dia sudah tahu hal ini pasti akan terjadi. Di dalam mobil, Darel benar-benar sangat marah Divya yang duduk di sampingnya merasakan aura Darel saat ini sangat berbeda.

"Kepung taksi dengan plat xxxx. Di persimpangan jalan Rindu menuju jalan Mawar."

Darel berbicara melalui alat yang ada di telinga nya saat ini, kemudian ia menghubungi Jesi. Meminta nya untuk menyiapkan segalanya.

"Siapkan, semuanya sekarang juga. Aku tidak sabar ingin mengikatnya dengan pernikahan."

Divya yang mendengar itu, mencoba menahan gejolak di dadanya. Bagaimana bisa Darel ingin menikah dengan Zizi, di saat statusnya dan Darel adalah pasangan suami istri. Divya ingin sekali mengeluarkan unek-unek nya tapi, apa daya Divya hanya seorang wanita yang lemah tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat bodyguard Darel memberi kabar taksi itu sudah tidak kelihatan lagi Darel menginjak pedal rem secara mendadak, untung saja Divya menggunakan sabuk pengaman kalau tidak mungkin kepalanya sudah benjol.

"Zizi memang, sedang menguji kesabaran ku."

Darel mengabaikan Divya, ia seolah tidak peduli perasaan Divya. Yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan sendu. Baginya membawa Zizi kembali lebih penting.

•••••

Zizi tetap diam di dalam taksi itu meski sudah terkepung dari berbagai arah. Pelariannya ternyata sia-sia, ia sekarang kebingungan. Keluar dari mobil dan langsung berlari itu tidak mungkin, karena sekarang ia juga harus memikirkan keselamatan dua baby Er. Ingin menyuruh supir taksi itu menabrak orang-orang yang di luar? mustahil, dia dan dua bayinya juga bisa celaka.

Darel keluar dari mobil hitam sport nya dengan gaya angkuh dan sombong, berjalan menuju taksi yang sudah terkepung oleh puluhan bodyguardnya.

Saat ia mengetuk kaca taksi itu semua bodyguard itu mundur beberapa langkah.

"Sayang, keluarlah. Sebelum aku bertindak gila."

Zizi menggeleng, ia masih memeluk dua baby Er dengan sangat erat. Ia tidak mau Darel kembali memisahkan nya dari bayi nya. Supir taksi itu sudah ketakutan tapi di sini lain ia juga kasihan melihat Zizi.

"Rupanya kamu ingin melihat taksi ini hancur, ayo keluar lah sayang … aku tidak akan mencelakai mu."

Darel yang sudah tersulut emosi, mengambil tang dari dalam bagasi mobilnya, ia memukul kaca mobil taksi itu hingga hancur. Meski tanganya terluka karena terkena serpihan kaca, ia tidak peduli. Setelah berhasil membuka pintu mobil itu ia memukul sopir taksi yang tidak tahu apa-apa hingga pingsan.

Zizi memejamkan matanya, ia tidak berani melihat keadaan sopir taksi itu. Yang sudah tidak bergerak tergeletak di atas aspal. Zizi heran kenapa tidak ada satu mobil pun yang melintas supaya dia bisa meminta pertolongan. Ternyata Darel yang sudah menutup jalan itu semua.

***

Zizi pasrah di saat Darel membawanya ke atas altar, tidak ada yang bisa dia lakukan di saat melihat Ayahnya diikat di atas penggilingan daging. Menolak? atau Melawan? itu akan membuat Zizi kehilangan Ayahnya ia tidak ingin itu semua terjadi. Dengan membaca janji suci di tempat yang sama namun dengan orang yang berbeda.

Kini dia sudah resmi menjadi istri dari Darel Pratama, ia baru tahu ternyata Darel begitu licik. Melakukan segala cara agar keinginannya tercapai. Di saat ia menunduk Zizi mendengar suara Pak Hardian mengucapkan selamat kepada Darel.

"Selamat Tuan Darel, Anda sekarang sudah resmi menjadi menantu saya."

"Panggil aku Darel Ayah, tidak usah sungkan, uang yang Ayah minta sudah Darel transfer."

"Kalau begitu, selamat bersenang-senang, Nak. Jangan sampai menyakiti putri ku yang manis ini."

Zizi tidak menyangka, ternyata itu semua hanya jebakan Darel saja supaya dirinya menurut. Ia kemudian mengangkat wajah melihat Ayah dan Ibu tirinya tersenyum kepada dirinya.

'Hanya aku yang menyayangi Ayah, tapi ternyata Ayah sama saja seperti mereka.'

Zizi sudah muak dengan semua ini oleh karena itu, dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Baginya itu hanya buang-buang tenaga, disaat ini dia butuh banyak tenaga untuk berperan sebagai Mommy sekaligus Daddy buat dua baby Er.

•••••

Zizi melempar apa saja yang dia temukan, disaat Darel mendekatinya. Sekarang mereka berdua sudah kembali ke Villa, Zizi merasa jijik di saat Darel tersenyum mesum pada nya.

"Jangn Darel, aku mohon … ."

"Kemarilah, sudah lama aku menunggu momen-momen seperti ini disaat kamu sudah resmi menjadi istri ku."

"Darel … aku belu–"

"Di malam pertama apa yang seharusnya dilakukan pasangan suami istri."

Zizi menggigit kukunya, jujur saat ini dia benar-benar berharap Darel tidak menyentuhnya sedikitpun. Karena ia masih yakin Kenzo masih hidup dan suatu hari nanti akan membawanya pergi dan kedua baby Er.

"Aku tidak akan melakukan apa-apa sayang … cukup kamu mengakui aku sebagai suamimu aku sudah sangat senang. Mendekatlah … jangan membuat pikiran ku berubah."

Darel berbaring dan menepuk-nepuk bantal di sebelah nya, untuk menyuruh Zizi tidur di dekatnya. "Sayang, apa kamu tidak percaya kepada ku?"

"Kamu tidak berbohong, kan?"

"Tidak, asal kamu bersikap manis kepada ku seperti dulu. Itu sudah cukup."

Zizi tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Darel, ia merasa Darel ingin menjebak nya lagi. Dia tidak ingin masuk perangkap untuk yang kesekian kalinya.

***

Tubuh yang sudah tidak terbalut perban itu membuka matanya secara perlahan, setelah lama berbaring. Wajahnya juga sudah berbeda menjadi lebih rupawan, suara hembusan nafasnya terdengar begitu tenang. Kalimat yang pertama kali keluar dari mulutnya membuat Tuan Hercules berusaha terlihat tenang.

"Papa, dimana kita sekarang? kenapa Papa menggunakan kursi roda?"

"Kenzo kamu sudah siuman, Nak."

Tuan Hercules tidak menyangka Kenzo sudah melewati masa komanya, dia begitu bersemangat memperlihatkan Kenzo dua foto baby Er dan juga foto Zizi tapi Kenzo tidak mengambil atau sekedar melirik foto itu.

"Sejak kapan Papa ingin menikah lagi dengan wanita yang masih terlihat sangat muda, dan lebih cocok sebagai anak."

"Apa kamu benar-benar tidak mengingat siapa mereka?"

"Maksud Papa apa, aku sama sekali tidak merasa kenal dengan mereka."

Tuan Hercules mengira Kenzo sedang bercanda, mana mungkin dia bisa melupakan anak serta istrinya. Di saat keadaan nya sudah pulih begini.

"Kamu jangan bercanda Kenzo." Tuan Hercules berharap Kenzo sekarang ingin mengerjai dirinya saja.

Dokter itu masuk di ikuti Daniar,

Diniar sengaja memanggil Dokter itu atas permintaan Tuan Hercules, sebelum Kenzo tadi membuka mata.

Dokter itu begitu senang melihat salah satu pasien yang sudah dikabarkan tidak akan bertahan lama setelah melakukan operasi ternyata salah besar, sekarang Kenzo malah terlihat semakin gagah. Dan sehat.

"Tuan bisa kita bicara sebentar?"

Tapi sebelum Tuan Hercules berbalik Kenzo menanyakan keberadaan Niko.

"Pa, apa Niko ada di sini juga?"

(Buat Kakak-Kakak yang sudah baca karya Ayuza yang baru pemula ini, tolong banget ya Kak tinggalkan jejak dengan cara Like dan Komen. Supaya Ayuza makin bersemangat untuk up tiap hari … jangan sudah baca tapi tidak meninggalkan jejak. Ayuza nangis bombay 😭🤧 karena dengan cara itu karya Ayuza yang receh ini merasa dihargai. Jangan lupa juga Bunga🌹 beserta Votenya. Ayuza tidak mengemis tapi alangkah baiknya supaya mental author yang masih seumuran jagung ini tidak down. Sekian dan terima gaji😌 entah itu kapan, eetss … jadi panjang gini ya, gak apa-apa kan, tetap pantengin terus ISTRI UNTUK TUAN MUDA PSYCHOPATH. Salam manis dari nama panggilan Ayudira Zahira😘😍)