Seorang CEO yang tak sengaja mendapatkan amanah dari korban kecelakaan yang ditolongnya, untuk menyerahkan cincin pada calon pengantin wanita.
Namun Ia malah diminta Guru dari kedua mempelai tersebut untuk menikah dengan mempelai wanita, yang ditinggal meninggal Dunia oleh calon mempelai pria. Akankah sang CEO menikah dengan mempelai wanita itu? Akankah sang mempelai wanita setuju Menikah dengan sang CEO?
Dan sebuah masalalu yang mempelai wanita itu miliki selalu mengganggu pikirannya. Kekhawatiran yang ia rasakan selalu menghantui pikirannya. Apakah masalalu yang menghantui pikiran mempelai wanita itu?
Cerita ini hanya khayalan Author, jika ada kesamaan tokoh, kejadian itu hanya kebetulan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebutir Debu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35 Kecerdasan Ayra bukan Suatu Kesombongan
Ayra berjalan memasuki sebuah gedung yang memiliki 20 lift dengan terbagi menjadi 15 lift layanan khusus dan 5 eksekutif serta lift fasilitas umum.
Ayra berjalan disamping Rani yang mengenakan blazer berwarna silver dan kemeja putih yang sedikit terbuka di bagian dada dan rok yang seksi menunjukkan putih dan mulus ya paha serta kaki jenjang Rani.
Nyonya Lukis berjalan lebih dulu dengan bergandengan tangan bersama Pak Erlangga. Suasana ruang meeting telah dipenuhi oleh banyak orang. Bahkan mayoritas yang hadir diruang rapat itu orang luar negeri.
Ayra duduk bersebelahan dengan Bram dan nyonya Lukis. Ranj dan Bambang duduk bersebelahan. sedangkan Pak Erlangga duduk di kursi paling depan.
Pak Erlangga memulai rapat pemegang saham itu. Dan menjelaskan bahwa akan ada pembagian saham untuk anak nya dan 2 menantunya. Tiba-tiba sebuah pintu terbuka dan muncul lelaki yang mengenakan jas hitam dan berkacamata.
Lelaki itu bertubuh lebih pendek dari Bram namun wajahnya sangat mirip dengan Bram. Ayra yang mendengar pintu dibuka dan Sura laki-laki yang mirip dengan suara suaminya itu ikut menoleh.
Kedua netra Ayra membesar karena lelaki yang baru saja masuk ini begitu mirip dengan suaminya. Hanya saja Bram lebih terlihat berwibawa dibandingkan lelaki yang baru masuk itu. Kacamata yang cukup tebal yang ia kenakan juga membuat mereka sedikit berbeda.
"Maaf saya terlambat."
Tap.
Tap.
Tap.
Lelaki itu duduk di sebelah pak Erlangga. Pak Erlangga menatap sarkas lelaki itu.
"Dia masih saja tidak berubah."
Pak Erlangga mengomentari putra kedua nya itu yang tidak lain adalah adik dari Bram. Beni, ya Dwi Beni Pradipta. Putra kedua nya itu tinggal di apartemen bersama istrinya yang juga seorang model. Beni sering sekali mengecewakan pak Erlangga.
Sikap nya yang tidak pernah mau bekerja keras serta selalu menyalahkan orang ketika dirinya gagal membuat pak Erlangga sedikit keras pada putra nya itu dan itu di salah artikan Beni yang beranggapan jika hanya Bram yang selalu di puji.
Pak Erlangga meneruskan kata sambutanya. Dan Akhirnya ia menyatakan bahwa saham atas nama dirinya sebanyak 70 % akan dibagi tiga pada hari itu. 10 persen untuk Rani, 10 % lagi untuk Ayra dan 20 % untuk Beni.
"All right, ladies and gentlemen. Today I will give 10 percent of my shares to my two daughters-in-law Ayra Khairunnisa and Maharani. And 20 percent respectively to my second son, Mr. Beni.
(Baiklah hadirin sekalian. Hari ini saya akan memberikan saham saya kepada kedua menantu saya masing-masing sebanyak 10 persen dan 20 persen untuk putra kedua saya tuan Beni.)
Semua yang ada diruangan itu memberikan tepuk tangan yang meriah.
Beni menatap tidak suka pak Erlangga ketika mengatakan 20% Saham nya ia bagikan kepada orang lain.
Ketika akan menandatangani penerimaan saham itu salah satu pemegang saham nomor tiga meminta bernama Nikles meminta Ayra sebagai istri CEO MIKEL Group yang kini memiliki saham sebanyak 10 %di Pradipta group untuk menyampaikan sambutan nya di hari pertama bergabung di perusahaan yang bergerak di pertanian sawit dan biji parah itu.
Pak Erlangga dan nyonya lukis sedikit kaget dan saling tatap namun Bram membuang napasnya kasar karena hari ini dia akan dipermalukan dihadapan investor di perusahaan papanya itu. Ayra seorang gadis yang dari pesantren mana bisa menyampaikan kata sambutan dalam bahasa Inggris dan mengerti dunia bisnis.
Bram membisikan sesuatu ke telinga Ayra.
"Kau tahu salah satu yang membuat pernikahan kita ini ada tembok tinggi hingga tidak ada kata cocok. Karena dunia kita berbeda. Duduklah, Biar aku yang memberikan sambutan. Mereka tak akan mengerti bahasa Arab dan ceramah mu seperti kemarin-kemarin. "
Ayra tersenyum dan memegang lengan Bram ketika Bram baru akan berdiri dari tempat duduk nya.
"Jika mas mengizinkan aku berdiri disana untuk menyampaikan satu dua kata, maka aku akan naik keatas sana mas."
Bram duduk kembali dan menolehkan wajahnya ke arah Ayra.
"Sombong sekali wanita ini. Apakah ia pikir semua orang akan suka dengan bualan nasehatnya."
"Baiklah, aku sudah berbaik hati agar kamu tidak malu. Jangan menangis jika orang-orang mentertawakan mu. Berbicaralah biar Rafi menjadi mother Lips mu."
Ayra tersenyum.
"Sebodoh itu kah aku dimata mu mas. Jika tadi kamu sendiri yang meminta aku menunjukkan pesona ku, maafkan aku kali ini harus aku tunjukkan dihadapan orang lain. Maafkan aku ya Rabb semua hamba niatkan untuk bisa merebut hati suami hamba yang masih terselip nama perempuan lain."
"Terima kasih mas. " Ayra tersenyum.
Ayra berdiri dan sedikit menundukan kepalanya ke arah pak Erlangga. Sebuah gesture memberikan hormat kepada seorang yang dianggap tua atau jabatannya lebih tinggi ketika akan berbicara di forum.
"Ay... Biar Rafi yang mengartikan dalam bahasa Inggris. beri sedikit saja. cukup perkenalkan dirimu sebagai istri Bram, nak"
Pak Erlangga yang duduk menghentikan langkah Ayra ke podium.
"Insyaallah pa. Ayra lakukan semampu Ayra."
Ayra berjalan menuju podium. Sesampainya di podium itu ia menebarkan senyum nya dan pandangan matanya ia tujukan kepada suaminya.
Bram tersenyum karena ia yakin Ayra mana paham tentang bisnis. Apalagi harus menggunakan bahasa Inggris.
Ayra yang dari tadi menyimak kata sambutan pak Erlangga, telah menarik point-point perusahaan pradipta ini bergerak dibidang apa walau pak Erlangga menggunakan bahasa Inggris.
Ayra menarik napas dan mengucapkan basmalah pada awal kata sambutan nya.
"Bismillahhiromannirrohim. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Good morning ladies and gentlemen. Let me introduce my self. I am the wife of Bramantyo Pradipta. my name is Ayra Khairunnisah. You can call me Ayra."
[Selamat pagi hadirin. Izinkan saya untuk memperkenalkan diri. Saya adalah istri dari bramantyo pradipta. nama saya adalah Ayra Khairunnisah. kalian bisa memanggil saya dengan Ayra.]
"The business world needs to make breakthroughs, explore all forms of opportunities and capitalize on their potential.
In my opinion, the key to facing future economic challenges will lie in the capacity of leaders, including company leaders with strong human resources support.
[Dunia usaha perlu melakukan terobosan, menggali segala bentuk peluang dan mengkapitalisasi potensi yang dimiliki.
Menurut pendapat saya kunci menghadapi tantangan perekonomian ke depan akan terletak pada kapasitas pemimpin, termasuk pemimpin perusahaan dengan dukungan SDM yang tangguh.]
Ayra menarik Microphone kecil itu hingga sedikit menempel pada bibir mungilnya.
"To realize advanced, independent and modern agriculture as the current goal of agricultural development, competent and competitive agricultural human resources are needed as the main key to agricultural development.
So I hope that every branch of Pradipta always provides an opportunity for every loyal and professional employee to take part in training or counseling held by the head office. in work.
We can do that from every company that achieves our annual target so that every employee will compete to be the best and continue to learn so that they have the opportunity to be represented every year at training held by the head office."
[Untuk mewujudkan pertanian yang maju mandiri dan modern sebagaimana tujuan pembangunan pertanian saat ini, maka dibutuhkan SDM pertanian yang kompeten dan berdaya saing sebagai kunci utama pembangunan pertanian.
Maka saya berharap dari setiap cabang pradipta selalu memberikan kesempatan kepada setiap karyawan yang loyal dan profesional untuk mengikuti pelatihan atau penyuluhan yang diadakan oleh kantor pusat hal itu bertujuan agar perusahaan di setiap cabang di daerah-daerah kita memiliki SDM yang memiliki pengetahuan,keterampilan, serta profesional dalam bekerja.
Hal itu bisa kita lakukan dari setiap perushaan yang mencapai target tahunan kita sehingga setiap karyawan akan berlomba-lomba menjadi yang terbaik dan terus belajar agar punya kesempatan untuk diwakilkan setiap tahunnya pada pelatihan yang diadakan kantor pusat.]
Kedua netra Bram membesar. Bibirnya sedikit bergerak. Ia tak percaya perempuan yang ia lihat pertama kali disaat akan menikah itu hanya perempuan yang biasa namun dibalik kerudungnya yang terlihat sangat biasa jauh dari kata modis, jauh dari kesan perempuan pintar ternyata memiliki banyak pesona.
Pak Erlangga, nyonya Lukis tak luput Bambang dan Rani yang kemarin sempat memandang rendah Ayra karena caranya berpakaian dan kerudungnya yang selalu menjuntai hingga menutupi bagian dada. Sangat terlihat bahwa dia perempuan yang tak terlalu pandai.
Ternyata dibalik kesederhanaan penampilannya, ia fasih berbahasa Inggris dan paham tentang dunia bisnis dalam sudut pandang seorang pemimpin.
Ayra menyampaikan kata sambutan dengan fluency dan pemikiran nya tentang bisnis yang Pradipta geluti pun betul-betul pemikiran seorang pemimpin juga bisnisman.
"I think that's all I can say. May we all always be given grace by our respective gods so that we can become useful human beings for many people. Because the best people on this earth are those who are useful to others
W assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
[Saya rasa hanya itu yang bisa saya sampaikan. Semoga kita semua selalu diberikan rahmat oleh tuhan kita masing-masing agar bisa menjadi manusia yang bermanfaat untuk banyak orang. Karena sebaik-baiknya manusia dimuka bumi ini adalah yang bermanfaat untuk orang lain.
Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.]
Tepuk tangan meriah diberikan setelah Ayra mengakhiri kata sambutannya. Mereka betul-betul suka cara dan pemikiran yang Ayra sampaikan serta bahasa Inggris Ayra terdengar begitu fluency (fasih).
Ayra berjalan kembali ketempat duduknya. Dan menatap suaminya. Bram pun memandangi Ayra yang berjalan ke arahnya.
"Apakah aku masih terlihat begitu bodoh dimata mu mas."
Sebuah senyum Bram berikan pada Ayra. Senyum pertama yang Ayra Terima selama menjadi istri Bram. Senyum dari hati, senyum kagum pada istrinya.
"Apakah kamu juga belajar bahasa Inggris di pesantren hingga kamu bisa begitu Fluency? Apa lagi pesona yang kamu miliki dan belum kamu tunjukan Ayra. "
Ayra duduk disebelah Bram pertama kali Ayra menatap dua netra hitam suaminya itu memandang dirinya dengan sebuah rasa kagum.
"Ternyata betul, 4 hal yang menjadikan wanita menjadi mulia adalah salah satunya ilmu. Terima kasih Umi, Abi kalian tidak hanya mendidik kami hanya untuk bekal di akhirat tetapi juga bekal didunia.
Aku tidak percaya hanya dengan salah satu ilmu yang aku miliki aku mampu menikmati tatapan tampan nya wajah suami ku disertai senyum manis dan sepertinya berasal dari hatinya. Kali pertama hal yang ia berikan pada ku. Sungguh hamba berterima kasih atas nikmat yang engkau berikan Rabb salah satunya nikmat memiliki kecerdasan."
"Ehm..... Ehm......"
Rafi yang berdiri di belakang sepasang suami istri itu berdehem.
"Apakah tuan menyukai istrinya? ini kali pertama dia menatap perempuan dengan begitu dalam."
soalnya saya banyak kenal orang dari berbagai daerah meskipun pernah mondok, tp tidak sedetail itu tau tentang najis
mau komen keseeell.. ternyata udah ada yg mewakili😆