Nadia Prameswari menjalani kehidupan yang sempurna dengan suaminya di mata publik. Namun sebenarnya, pernikahan itu hanya untuk kepentingan bisnis dan politik.
Nadia seorang wanita aseksual, membuat Arya selingkuh dengan adik tirinya.
Hal itu membuat Nadia bertekad memasang chip di otaknya untuk mengaktifkan hasrat yang selama ini tidak pernah dia rasakan.
Namun, apa yang terjadi setelah rasa itu aktif? Apa dia akan menjerat Arya atau justru terjerat pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Mobil Arya berhenti tepat di area parkir di bawah gedung perusahaan penelitian milik Nadia. Jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Gedung itu tampak sepi, hanya lampu-lampu keamanan yang bersinar redup di beberapa sudut.
Arya dan Rissa segera keluar dari mobil. Mereka berjalan masuk ke dalam perusahaan itu tanpa ada yang curiga.
Mereka langsung menuju lift dan menekan lantai nomor tujuh. Selama lift naik, Rissa mengeluarkan ponselnya. Jari-jarinya dengan cepat mengetik pesan ke seseorang yang kini menjadi 'kunci' bagi ambisi mereka.
"Syukurlah, kebetulan sekali Profesor Axel sedang keluar ," bisik Rissa pada Arya sambil menyunggingkan senyum kemenangan. "Ini waktu yang sangat sempurna."
Lift berdenting lembut, berhenti di lantai tujuh. Saat pintu terbuka, pemandangan yang menyambut mereka adalah ruang koridor yang tampak biasa saja, seperti ruang penyimpanan peralatan cadangan, dengan beberapa rak besi dan kotak kardus tertumpuk rapi. Namun, di ujung lorong yang temaram itu, terdapat pintu ke jantung perusahaan.
Mereka berjalan mendekat. Di ujung lorong, tampaklah sebuah pintu besi tebal, permukaannya mengkilap dan tak memiliki pegangan. Pintu itu sepenuhnya tertanam dalam kusen baja, dilengkapi dengan serangkaian sensor canggih: pemindai retina, panel sidik jari, dan lubang pemindai suara. Keamanan tingkat tinggi yang dirancang untuk melindungi rahasia bernilai miliaran.
"Wah, ruangan ini memang sangat canggih dan tertutup. Kita tidak mungkin bisa masuk ke dalam lab ini tanpa bantuan," komentar Arya.
Rissa hanya menyeringai. Dia mengirimkan pesan. Dalam hitungan detik, lampu sensor di pintu besi itu berkedip-kedip sebentar. Kemudian, terdengar suara klik mekanis yang berat. Pintu baja tebal itu bergeser ke samping dengan suara desisan hidrolik, membuka jalan masuk ke laboratorium utama yang penuh cahaya.
Di ambang pintu, tampak seorang pria muda, mengenakan jas lab putih, wajahnya terlihat sedikit gugup. Itu adalah Romi, seorang asisten riset baru yang mudah tergoda oleh iming-iming uang.
"Romi," sapa Rissa dengan nada memerintah, bukan meminta. "Nanti uang kamu akan aku transfer. Sekarang, aku ingin kamu cepat-cepat memberiku akses ke data proyek inti yang sedang ditangani Profesor Axel."
Romi mengangguk cepat. "Ba-baik, Bu. Saat ini tersisa dua proyek besar yang sedang dalam tahap uji coba intensif. Yang satu baru saja digagalkan karena terdeteksi ada kesamaan formulasi dengan produk perusahaan lain." Romi berjalan cepat ke salah satu server komputer besar. Dia membuka layar digital dan mulai memasukkan serangkaian kode akses yang rahasia.
Sementara Rissa berdiri di samping Romi, mengawasi proses penyalinan data, Arya berkeliling di dalam laboratorium. Matanya takjub. Ruangan itu adalah impian setiap ilmuwan, bersih, steril, dengan peralatan super canggih berjejer rapi, mulai dari mikroskop elektron, mesin sentrifugasi berkecepatan tinggi, inkubator berteknologi tinggi dan lainnya. "Nadia tanpa lab dan alat canggih ini, pasti bukan apa-apa," gumam Arya, rasa iri dan kekaguman bercampur aduk.
Langkahnya terhenti di sebuah sudut terpencil. Dia melihat sebuah prototipe mesin kecil dan sebuah wadah kaca tertutup rapat di sebelahnya, berisi cairan berwarna perak berkilauan. Di atasnya, tertera label yang dicetak tebal: Proyek EROS.
"Apa ini?" Arya segera mendekat, menatap Rissa dan Romi. "Proyek Eros? Aku tidak pernah mendengar Nadia menyebutkan ini."
Romi, yang mendengar pertanyaan itu, langsung menimpali dengan suara pelan. "Itu proyek rahasia Profesor Axel dan Bu Nadia. Sangat tertutup. Sepengetahuan saya, itu adalah prototipe proyek pembangkit ha srat atau li bi do yang dikembangkan melalui stimulasi otak."
Arya terkejut mendengar kata pembangkit ha srat. Dia segera mencari file digital di layar Romi yang berhubungan dengan proyek itu. Matanya membelalak saat membaca sebuah laporan uji coba awal. "Uji coba pertama langsung pada Nadia Prameswari. Dua minggu yang lalu? Hasil: Tidak ada efek. Reaksi spontan dan alami. Apa ini maksudnya?" tanyanya.
"Saya juga tidak terlalu mengerti, Pak. Namun proyek itu memang dikembangkan secara khusus untuk Bu Nadia. Dan sekarang sedang dikembangkan untuk tahap kedua yang lebih spesifik."
Pikiran Arya langsung bekerja liar. Dia tahu betul Nadia adalah wanita aseksual, dingin, dan nyaris tidak pernah menunjukkan gai rah. Jika prosedur pembangkit hasrat itu dilakukan dua minggu lalu lantas, dengan siapa Nadia menguji hasilnya? Siapa yang menjadi subjek pasangannya? "Niko?" Gumamnya, nama itu meluncur begitu saja dari bibirnya, penuh kecurigaan dan cemburu yang membakar meski selama ini dia tidak benar-benar mencintainya tapi dia tetap tidak rela jika Nadia bersama pria lain.
"Arya, kamu pikirkan nanti! Kita harus cepat mengambil data ini, waktu kita terbatas!" Rissa menyentak bahu Arya.
Namun, belum sempat data proyek itu selesai disalin dan terkirim ke flash disk Romi, alarm server kecil berbunyi nyaring dan berulang.
Pintu laboratorium yang baru saja ditutup kembali dengan suara keras. Di belakang pintu itu, berdiri Profesor Axel sambil memegang erat sebuah tablet.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" Suara Axel terdengar tajam dan menusuk. Dia menatap tabletnya yang terhubung langsung dengan komputer pusat lab. Dengan cepat, Axel mengetik beberapa perintah. Dalam sekejap, proses penyalinan data terhenti, dan semua file digital di lab terkunci, membatalkan salinan yang baru sebagian dikirim.
Axel menoleh ke Romi, matanya penuh kekecewaan. "Romi, jadi kamu mata-mata mereka? Kamu pasti tidak tahu, kalau komputer pusat terhubung dengan tabletku. Semua aktivitas transfer data, bahkan upaya hacking sederhana, akan terekam dan memicu alarm. Sekarang kalian semua keluar dari sini, sebelum aku panggil satpam!"
Arya tidak peduli lagi dengan data. Pertanyaannya yang membakar harus dijawab. Dia melangkah mendekati Axel. "Profesor, jawab aku! Benarkah Nadia menanam ha srat di kepalanya? Dia melakukan prosedur itu demi siapa?!"
Axel tidak menjawab. Dia justru mengangkat tabletnya ke telinga, untuk menelepon satpam. "Cepat ke lab lantai tujuh! Kenapa kamu biarkan penyusup masuk tanpa izin, hah!"
"Profesor, aku suaminya Nadia! Mengapa Anda mengusirku dari perusahaan istriku sendiri?" tuntut Arya.
Axel menepis tangan Arya yang mencoba meraih lengannya. Tatapannya menghina. "Kalian datang ke sini untuk mencuri rahasia dagang. Aku tidak peduli siapapun Anda! Atasan saya hanya Bu Nadia, dan dia melarang siapa pun masuk. Tugas saya melindungi aset perusahaan!"
Arya semakin emosi. Rasa cemburu dan marah memuncak. Dia mencengkeram kerah jas lab Axel dengan kasar. "Berani sekali kamu! Jawab pertanyaanku! Kenapa Nadia melakukan prosedur itu! Apa dia selingkuh sama Niko?! Apa dia mempersiapkan dirinya untuk Niko!"
Axel kembali menepis tangan Arya dengan kekuatan yang mengejutkan, matanya tajam dan tidak gentar. "Bukan urusan Anda!"
Saat itu juga, dua satpam datang. Axel memberi kode tegas pada satpam itu. "Usir mereka, sekarang!"
Saat Arya dan Rissa didorong keluar, Axel menatap Romi, yang kini berdiri gemetar. "Romi, besok kamu temui Bu Nadia di kantornya. Dan mulai sekarang, jangan pernah berani-berani menginjakkan kaki di perusahaan ini lagi!" perintah Axel.
Setelah mereka semua keluar, Axel duduk di kursinya. Dia menghela napas panjang. "Proyek eros sudah bocor. Bagaimana dengan Bu Nadia?"
melalui persi masing-masing
kita" kalau Nadia hamil
Arya shok, gak ya???
hottttt
di tunggu updatenya
pasti Nadia luluh...
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
parah ni