Tumbuh menjadi anak pembantu semenjak kecil, tidak membuat Rifan malu. Dia justru merasa beruntung, selain dibiayai sekolah oleh majikan, Rifan bahkan diperbolehkan bersahabat dengan Alisha, nona mudanya.
Namun satu insiden karena candaan merubah segalanya. Ketika rasa penasaran berubah jadi petaka berkelanjutan. Rifan dan Alisha ketagihan tidur bersama, padahal mereka sudah sama-sama punya kekasih. Sampai suatu hari, ibunya Rifan berhasil memergoki kelakuan putranya dengan sang nona muda, saat itulah Rifan dipaksa pergi dari rumah. Tapi apakah itu akan jadi akhir hubungan Rifan dan Alisha? Tentu saja tidak.
"Kembalilah padaku dan jadilah simpananku." Alisha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter ³⁴ - library
"Tapi... Kalau jadi kau, aku pasti juga nggak bakalan bisa lupain Alisha sih. Dia itu cantik banget, Fan. Jujur ya, pas pertama kali lihat Alisha, aku hampir naksir. Tapi untungnya aku langsung sadar diri. Cewek yang terlalu cantik tuh berbahaya," ungkap Gani.
"Kau menyindirku?" tanggap Rifan.
"Kalau sama kau sih Alisha cocok, Fan. Mukamu tuh selevel sama dia. Tapi dompet aja yang nggak selevel," tukas Gani.
"Sialan kau!" Rifan melempari Gani dengan bantal.
"Fan, kau tahu nggak?” kata Gani sambil menatap Rifan yang sedang menatap kosong ke arah jendela. “Wajahmu sekarang mirip ikan sarden kaleng. Pucat, tapi berkilau karena stress.”
Rifan mendengus. “Aku serius, Gan.”
“Justru itu masalahnya! Hidupmu terlalu serius,” balas Gani cepat. “Kau belajar keras, kau makan cepat, dan kau jatuh cinta dengan lambat. Kau seperti robot dengan jadwal tetap tapi tanpa tombol ‘bahagia’.”
Rifan hanya menatapnya datar. “Aku tidak sedang ingin bercanda.”
“Makanya aku yang bercanda,” jawab Gani dengan senyum lebar. “Dengar, Fan. Alisha itu masa lalu. Cantik, iya. Menarik, iya. Tapi sekarang?”
“Terima kasih atas empatinya,” ujar Rifan datar.
Gani menepuk bahunya. “Serius deh. Coba move on! Dengan cara apapun. Kayak aku, aku sekarang cari cewek kenalan baru di aplikasi. Sudah dapat tiga yang cocok loh."
Rifan menggeleng pelan. “Aku lagi nggak mencari siapa pun.”
“Ya, begitulah cowok cool. Sok tenang, padahal dalam hati butuh pelukan,” sahut Gani dengan tawa kecil.
Rifan hanya memutar bola mata. “Aku rasa aku akan ke perpustakaan saja. Mungkin buku bisa memberiku kedamaian yang nggak bisa manusia berikan.”
Gani memajukan bibir bawahnya. “Baiklah, pangeran kesepian Oxford. Semoga buku-buku itu mau memelukmu.”
...***...
Perpustakaan pusat Oxford sore itu dipenuhi mahasiswa yang sibuk dengan tumpukan referensi. Rifan berjalan menyusuri rak demi rak, mencari buku yang cocok untuk bahan tugasnya. Ia menikmati suasana hening dan aroma khas kertas tua.
Baru saja ia akan duduk, tiba-tiba sebuah buku tebal jatuh menimpa mejanya dengan bunyi keras.
“Ya ampun! Aku benar-benar minta maaf!”
Suara lembut dengan aksen British itu membuatnya menoleh. Di hadapannya berdiri seorang gadis berambut pirang bergelombang, pipinya memerah karena malu. Ia mengenakan mantel krem.
“Tidak apa-apa,” kata Rifan singkat sambil mengembalikan buku itu.
“Terima kasih.” Gadis itu tersenyum malu. “Aku biasanya tidak seceroboh ini, tapi hari ini aku seperti kehilangan gravitasi.”
“Gravitasi?” tanya Rifan, mengernyit.
“Ya, entah kenapa semuanya jatuh… termasuk bukuku.”
Rifan hanya mengangguk pelan. “Baiklah.”
Gadis itu tertawa kecil, menatapnya penasaran. “Kau tidak banyak bicara, ya?”
“Tidak juga,” jawab Rifan singkat, lalu kembali menatap layar laptop.
“Namaku Inez. Kau?”
“Rifan.”
“Dari Indonesia, bukan?”
Rifan mendongak sedikit, kaget. “Bagaimana kau tahu?”
“Aksenmu. Aku suka mendengar cara orang Indonesia berbicara bahasa Inggris. Ada nada lembutnya. Kebetulan aku juga punya teman orang Indonesia.”
Rifan sempat terdiam. Inez berbicara dengan ekspresi tulus, tanpa niat menggoda.
“Menarik,” kata Rifan akhirnya.
Inez tersenyum, lalu menarik kursi di sebelahnya. “Kau keberatan kalau aku duduk di sini? Semua meja lain penuh.”
Rifan melirik sekeliling. Padahal masih ada beberapa tempat kosong. Tapi entah kenapa, ia hanya mengangguk. “Silakan.”
Beberapa jam berlalu. Rifan berusaha fokus pada layar laptop, tapi kehadiran Inez di sebelahnya terlalu mencolok. Gadis itu suka menggumam pelan saat membaca, kadang menghela napas panjang setiap kali tak paham dengan teori ekonomi di bukunya.
“Kenapa teori Marshall ini tidak masuk akal sama sekali,” gumamnya sambil memutar pulpen.
Rifan menoleh sekilas. “Masuk akal, kalau kau membaca bab sebelumnya.”
Inez menatapnya heran. “Kau sudah baca?”
“Dua kali,” jawab Rifan ringan.
“Wah, aku harus belajar darimu,” kata Inez kagum. “Kau pasti tipe yang suka belajar sepanjang malam.”
“Bisa dibilang begitu.”
“Dan pasti jarang bersosialisasi.”
“Benar juga,” balas Rifan tanpa sadar.
Inez tertawa, lalu menggodanya, “Kau sepertinya tipe pria misterius yang membuat gadis penasaran, ya?”
“Tidak juga,” sahut Rifan, menatap layar lagi.
Inez tersenyum kecut. Jelas dia kecewa dengan sikap Rifan. Dia sepertinya berusaha mendekati Rifan. Namun cowok itu terlalu cuek.
Sementara itu Rifan, dia merasa kalau Inez tertarik padanya. Namun lagi-lagi yang dirinya ingat adalah Alisha. Ia bahkan membandingkan sikap Inez dengan Alisha. Bagi Rifan, tidak ada cewek yang bisa punya aura semenyenangkan Alisha.
Karena tidak mendapat sambutan begitu baik, Inez pergi dari perpustakaan. Saat itulah sebuah tangan menepuk pundak Rifan. Sontak Rifan menoleh.
Ketika kamu memilih untuk hadir tanpa menyembunyikan perasaan atau bagian tertentu dari dirimu, hal itu dapat membantu menciptakan lingkungan di mana kamu merasa diterima apa adanya serta membantu menciptakan hubungan yang lebih dalam dan meningkatkan hubungan..🥰
Kau memanfaatkan waktu luangmu untuk mengambil kerja part time,
Selain mencari pengalaman, kamu juga bisa punya tambahan modal untuk merencanakan sebuah pertemuan kalian bisa lebih seru.
pejuang LDR seringkali butuh lebih banyak modal jika tidak dicermati, bisa membobol tabunganmu jika kamu tak hati-hati.
Andaikan pintu ajaib Doraemon benar-benar ada, kamu nggak akan berjuang dengan susah payah untuk menahan rindu.
Namun sayang kenyataanmya harga tiket perjalanan untuk bertemu dia yang justru nyata ada di hadapanmu...😂🤣
Karena sebaik-baik kita menyembunyikan sesuatu apalagi sesuatu itu adalah aib/keburukan.
Cepat atau lambat Tuhan akan selalu punya cara untuk mengungkapnya..🤫
Kata-kata itu mengingatkan kita bahwa tidak peduli seberapa kuat atau berpengaruhnya seseorang, mereka tidak akan pernah bisa lepas dari konsekuensi tindakan mereka..😰
Bagi beberapa pria yang memiliki prinsip tentang moralitas dan agama sepertinya akan berat menerima kenyataan itu tentu ada perasaan kecewa../Panic/