Menggoda Ayah Dari Wanita Yang Merebut Tunanganku

"Apa sekarang aku lagi ditembak sama bocah,"ucap Drake sembari terkekeh pelan.

"Ck, orang yang Om katai bocah ini, udah bisa diajak bikin bocah tahu? Apa mau dibuktikan?" sahut Dhea dengan berani.

Tuk!

Drake menyentuh kening Dhea dengan menggunakan jari telunjuknya. Ia juga mendorongnya pelan.

"Jangan bicara sembarangan begitu. Mulutmu ini kadang-kadang suka nggak ke kontrol kalau ngomong ya. Apa kamu juga seneng ngomong macam begini sama orang lain?" Tatapan mata Drake menyelidik seolah tak suka dengan apa yang dia pikirkan sendiri. Ya, Drake merasa tidak nyaman membayangkan Dhea yang bicara blak-blakan begini di depan pria lain.

"Nggak lah, cuma sama Om kok. Serius,"sahut Dhea. Memang benar bahwa dia sama sekali tidak pernah bicara seberani dan seterbuka ini kepada pria lain. Bahkan saat dulu masih berhubungan dengan Jayan pun, Dhea bicara dengan penuh kehati-hatian.

"Bagus, jangan pernah ngelakuin itu. Ya udah, ayo kita sarapan nanti keburu dingin."

"Ya."

Cup

Sebelum turun dari pangkuan Drake, lebih dulu Dhea mencium pipi pria itu. Keduanya saling melempar senyum.

Drake merasa tidak keberatan degan pengakuan rasa suka Dhea kepadanya. Pun sebaliknya, Dhea juga tidak keberatan dengan skinship yang mereka lakukan pagi ini.

Keduanya pun akhirnya sarapan bersama. Suasananya begitu hangat, sesekali Dhea menyuapkan makanan kepada Drake dan Drake tidak menolak itu.

Drake juga dengan lembut mengusap bibir Dhea yang ada sisa makanan di sana.

"Haaah, aku sepenuhnya tergoda dengan gadis ini. Ya, dan aku sama sekali nggak menolah setiap apa yang gadis ini lakukan ke aku? Bahkan aku dengan senang hati menerimanya. Di sini, di dada ini terasa hangat. Dhea, apa kamu beneran menghangatkan hatiku yang sudah sekian lama beku?"

Drake bicara dalam hati sambil melihat setiap gerak gerik Dhea. Gadis yang dia anggap bocah itu benar-benar membuat harinya berbeda dari sebelum-sebelumnya.

"Ya udah Om, aku pulang dulu ya. Oh iya, apa beneran nggak ada yang bisa aku bantu Om dalam persiapan pernikahan Virya?"

"Nggak ada Dhe, nggak perlu. Biar mereka menyiapkan sendiri acara mereka. Lagian aku juga nggak ikut andil kok. Aku anterin ya sampe depan, apa aku anterin aja sampai rumah?" Tangan Drake mengulur, menyelipkan beberapa helai rambut Dhea yang mengenai wajah ke telinga.

"Aku bawa motor kok, Om. Jadi nggak usah nganter. Sampai depan aja,"sahut Dhea.

"Ehm, besok kalau kamu mau datang, telpon aja. Nanti aku jemput."

Dhea menangguk sambil tersenyum, dan itu membuat Drake juga ikut tersenyum.

Mereka keluar dari ruangan dan berjalan menuju ke tempat parkir. Jika biasanya Dhea yang menggamit lengan Drake, kini giliran Drake yang merangkul pinggang gadis itu.

"Hati-hati ya."

"Iya Om, semangat kerjanya. Bye, Om."

Bruuummm

Drake masih ada di sana, dia baru masuk setelah Dhea tak lagi terlihat dari pandangannya.

Ia kembali ke ruangannya dan duduk termangu. Drake menyentuh bibirnya, jejak ciuman itu masih terasa.

"Manis," gumamnya lirih.

Drake lalu mengusap wajahnya. Dia tidak percaya bahwa dirinya dan Dhea bisa melakukan itu.

Ini bukan ketertarikan semata. Drake bukan lah pria yang suka bertindak impulsif. Dia tidak akan mencium bibir seorang wanita jika tidak memiliki perasaan terhadap wanita itu.

"Mungkin aku juga menyukainya?" gumamnya lagi.

Ketika Dhea tadi berkata bahwa dirinya menyukai Drake, pria itu hanya memberikan senyuman. Semua itu karena dirinya masih belum tahu apa yang dirasakannya.

Tapi sekarang, Drake menyadari bahwa apa yang ia rasakan dan dilakukannya terhadap Dhea bukan hanya sekedar ketertarikan spontan atau penasaran. Dia merasakan rasa yang sama dengan gadis itu.

"Dhea, dia benar-benar gadis yang kuat. Kepribadiannya bai dan juga pantang menyerah. Bagaimana bisa si brengsek itu berpaling dari gadis seperti Dhea. Dan juga, kenapa Virya menginginkan pria yang sudah memiliki wanita. Haah beneran bikin aku pusing mikirin nya. Tapi, apa memang harus kayak gitu dulu agar aku bisa bertemu dengan gadis itu. Tak tahu lah. Hari pernikahan Virya dan Jayan semakin dekat. Apa bener Dhea baik-baik saja?"

Drake tiba-tiba mereka khawatir dengan hati Dhea. Bagaimanapun Jayan adalah calon suaminya dulu. Mereka sudah siap akan menikah. Pasti akan ada rasa terluka yang dirasakan oleh Dhea.

"Aku beneran nggak nyangka kalau kelakuan Virya begitu di luar rumah. Apa semua itu karena dia tidak punya ibu? Apa ini akhirnya semuanya adalah salahku ya? Haaah, aku sudah menghancurkan impian seorang gadis yang mau menyongsong kehidupan barunya. Anak yang salah, dan sebagai orang tuanya pun aku ikut andil di dalamnya."

Tiba-tiba Drake merasa sagat bersalah kepada Dhea. Ia tahu bagaimana rasanya dikhianati dan itu sungguh sakit.

Berbeda dengan Drake, saat ini putrinya itu tengah tersenyum lebar melihat dekorasi pernikahannya.

Mengingat kondisinya tengah hamil, Virya ingin menikah di rumah saja. Dia akan mengundang pendeta untuk melakukan pemberkatan.

Awalnya dia akan menikah di gereja terdekat, tapi akhirnya ia mengubah rencananya itu.

"Apa ini sudah sesuai dengan apa yang Mbak Virya mau?"

"Iya Mas, bagus banget. Aku suka."

Virya sungguh puas dengan hasil dekorasinya. Ia pun tidak sabar menanti hari H pernikahannya.

Tiba-tiba, wanita itu teringat dengan sang calon suami. Sudah beberapa hari ini dia tidak bertemu. Jayan berkata sedang berada di tempat kerja karena memang ada pekerjaan yang mendesak.

Meski Jayan mendapat waktu untuk menyelesaikan tesisnya, namun jika ada pekerjaan yang mendesak maka dia harus tetap datang ke tempat kerja.

"Sayang, kamu sibuk ya?" Virya melakukan panggilan video. Selain ingin melihat Jayan, dia juga ingin tahu apa yang dilakukan oleh calon suaminya itu.

"Iya, sedikit. Ini ada dokumen setumpuk yang harus aku kelarin. Ada apa, Vir?" Jayan tetap menjawab panggilan Virya. Tapi mata dan tangannya tetap tertuju pada pekerjaan.

"Anak kita, dia ingin makan sesuatu yang seger. Tapi kamu lagi sibuk, ya udah nggak apa. Aku beli aja lewat online,"jawab Virya. Dia tidak berbohong, dirinya saat ini memang tengah menginginkan sesuatu. Ya saat ini Virya tengah dalam fase mengidam. Usia kehamilannya ternyata sudah 4 minggu.

"Maaf ya, aku nggak bisa beliin. Aku beneran sibuk ini, harus selesai hari ini juga,"sesal Jayan.

Virya mengangguk, tak lama ia pun mematikan panggilan videonya itu.

"Huft, aku pikir aku bisa lebih sering bersamanya. Tapi malah menuju hari H, dia jadi sibuk banget gini. Semoga setelah nikah, kita beneran bisa punya banyak waktu. Ya, Jayan udah jadi milikku sepenuhnya. Dan aku adalah wanita satu-satunya baginya. Aku yakin kita akan bahagia nantinya."

TBC